BAB XCI

1.4K 208 19
                                    


Siang itu langit Seoul dihiasi beberapa iring-iringan awan tipis berwarna abu-abu. Awan itu berasal dari lapangan luas di mana beberapa tentara yang masih tersisa akibat peperangan sedang mengkremasi mayat-mayat sisa peperangan. Mereka membakar mayat itu sembarangan tanpa menunggu konfirmasi dari keluarga yang telah kehilangan salah satu keluarganya di peperangan. Mengerikan memang, tetapi itu lebih baik daripada harus membiarkan mereka membusuk di jalanan.

Suasana Seoul setelah perang ternyata tidak terlalu parah seperti yang dibayangkan. Hanya rumah-rumah penduduk kasta rendah yang paling banyak terkena imbasnya. Entah bagaimana rumah para kasta atas bisa bertahan dari bom-bom berkekuatan tinggi saat perang.

Taehyung memandang jauh lapangan luas itu. Lapangan yang tadinya bekas perumahan padat para kasta rendah sekarang sudah rata dengan tanah akibat dari peperangan. Dan kompleks itu jugalah tempat di mana rumah Taehyung dulunya berada.

Sekarang, Taehyung benar-benar tidak memiliki apapun. Rumah dan keluarganya sudah tidak tersisa lagi. Kemana ia harus pergi sekarang? Minta bantuan kepada teman-temannya? Hah, bagaimana pun juga Taehyung masih memiliki harga diri untuk tidak mengemis-ngemis. Mungkin, ia bisa tidur di depan bekas reruntuhan pabrik dimana ia dulu pernah bekerja. Pasti banyak orang-orang kasta rendah yang bermalam di sana.

"Kudengar Pangeran Jeon Jungkook sudah kembali ke istana bersama keluarganya."

Pembicaraan itu kembali terdengar. Entah sudah keberapa kalinya Taehyung mendengar topik itu seharian ini. Tentang Jungkook dan keluarga kerajaannya yang sudah kembali ke istana.

"Ah, ya. Aku melihat mereka di layar. Aku mengagumi tunangan si Pangeran. Dia terlihat lebih cantik akhir-akhir ini. Kira-kira, di tempat pengungsian keluarga kerajaan apakah juga ada tempat perawatan untuk menjadi cantik seperti itu?"

Taehyung diam-diam tertawa geli mendengar perbincangan dua wanita berumur lebih dari empat puluh tahunan itu. Ia pun bermaksud untuk berhenti menguping pembicaraan mereka sampai ketika topik pembicaraan itu beralih ke lain.

"Dan hari ini aku mendengar berita lagi kalau keluarga kerajaan bersiap-siap mengadakan sebuah pesta. Katanya untuk merayakan kemenangan atas perang ini. Sepertinya, kita para rakyat akan ikut merayakan bersama mereka."

"Oh ya? Aku kira itu adalah pesta perayaan untuk pernikahan sang Pangeran dan tunangannya. Apa kau tidak salah dengar?"

Tepat saat itu juga, Taehyung segera melangkahkan kakinya untuk menjauhkan telinganya dari pembicaraan lebih lanjut itu. Namun sayangnya, baru beberapa langkah ia menjauh, sebuah layar lebar—dimana rakyat dengan kasta bawah menonton berita yang akan ditampilkan oleh pemerintah—menampilkan Ratu Jimin sedang mengadakan konferensi pers.

"Pagi ini juga, kami pihak istana mengumumkan bahwa pernikahan Pangeran Jeon Jungkook dan Kim Jungah akan dilaksanakan dua minggu dari sekarang."

Dengungan-dengungan itu terdengar lagi. Kali ini Taehyung tidak bisa menjauh lagi, ia membeku di tempatnya dan membiarkan hatinya retak setiap kali mendengar sanjungan dan gumaman senang mereka tentang calon pengantin sekaligus calon pemimpin mereka itu.

Sudah cukup, Taehyung memang tidak diperuntukkan mendapatkan happy ending dalam hidupnya. Mungkin selamanya, ia ditakdirkan untuk menjadi makhluk yang malang.1

[][][]

Penyebaran gosip tentang pernikahan sang Pangeran dengan tunangannya akan segera dilaksanakan. Seluruh istana yang tadinya masih diliputi suasana suram dan murung, tiba-tiba berubah menjadi cerah. Terima kasih kepada Ratu Jimin yang pagi-pagi sudah mengadakan konferensi pers di hadapan media yang menyatakan pernikahan sang Pangeran akan dilaksanakan dalam waktu dua minggu lagi.

THE SELECTION [KookV] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang