4

165 39 1
                                    

Namanya Yeseo Kang.

Bahiyyih tahu dari ayahnya bila gadis yang kini menempati satu dari beberapa kamar tamu yang ada di kediaman Huening itu terpaut dua tahun lebih muda darinya. Dari gosip yang beredar melalui mulut para pelayan diketahui alasan mengapa putri dari Viscount Kang itu mempercepat debutnya adalah dikarenakan telah ditunangkan sedari lama. Ada yang mengatakan dengan salah satu keluarga terpandang di Kniagina, tapi keputusan untuk membuat gadis itu menginap di kediaman Huening justru menimbulkan tanda tanya. Kenapa tidak menginap di rumah calon suaminya?

Hal yang seketika saja menjadi buah bibir banyak pelayanan. Bahiyyih sendiri baru bertemu dengan Yeseo pada acara makan malam, gadis manis yang penuh dengan tata krama. Sedikit keyakinan bila keluarga Kang telah menyiapkan dirinya untuk siap menikah dalam jangka waktu dekat. Terlihat dari postur dan bagaimana halusnya gadis itu memegang sendok dan garpu pada saat jamuan, Bahiyyih hanya mengamati. Entah mengapa merasa tertarik kala Yeseo seperti menunjukkan jika dibalik sentuhannya yang terlihat lemah ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya.

"Nona Kang," panggil Bahiyyih dengan mengambil langkah cukup lebar untuk bisa sampai di depan Yeseo yang kini telah berbalik.

Selayaknya seorang gadis terhormat pada umumnya, sedikit membungkukkan badannya guna memberi hormat. Dalam kasus ini dikarenakan Bahiyyih bukan hanya terpaut dua tahun lebih tua darinya tapi juga status gadis itu sebagai putri seorang Archduke. "Apakah ada sesuatu hingga Putri menemui saya selarut ini?" tanya Yeseo secara formal.

Bahiyyih hampir saja mengerutkan keningnya bila tidak ingat jika ada Yeseo di sana. Selarut ini? Yang benar saja, perutnya baru saja diisi oleh makan malam belum sampai camilan dan beberapa permainan ringan sebelum tidur. "Aku ingin menanyakan sesuatu, tapi sebelum itu, bisa kita membuat sebuah kesepakatan?" Bahiyyih menunggu respon, baru melanjutkan ucapannya saat Yeseo menganggukkan kepalanya. "Jika hanya berdua saja, dan dengan Kak Yujin dan Youngeun pastinya, bisa kita gunakan bahasa yang sedikit informal? Maksudku, jangan panggil aku dengan sebutan Putri."

"Bukankah akan terdengar lancang bila putri seorang Viscount memanggil seseorang dengan nama depannya saja?"

Bahiyyih sedikit mengendurkan pundaknya. "Tidak masalah, aku yang menyuruhmu, kan? Aku tidak menyukainya jika kau ingin tahu, itu panggilan untuk kakakku dan rasanya seperti aku baru saja mencuri hal itu."

"Anda tentu tidak mencurinya Putri," balas Yeseo yang justru dibalas dengan tatapan malas dari Bahiyyih. "Baiklah, maaf. Kak Bahiyyih. Kakak seharusnya tidak merasa tidak nyaman dengan panggilan itu, Kakak adalah putri sah dari Archduke Huening dan meski sebentar lagi Kakak akan menikah, mengganti nama keluarga Kakak, asa usul Kakak tetaplah putri dari keluarga ini. Putri Kniagina." Dari nadanya kentara sekali bila Yeseo sebenarnya tidak begitu nyaman, tidak begitu terbiasa dengan percakapan informal, terlihat dari penggunaan kata 'Kakak' alih-alih menggunakan kata ganti lainnya untuk menyebut Bahiyyih.

"Terima kasih untuk penjelasannya, tapi aku tidak memiliki ketertarikan untuk menikah," ucap Bahiyyih.

"Kenapa Kakak berpikiran seperti itu?" tanya Yeseo tidak seperti kebanyakan orang yang justru menasehati Bahiyyih dengan kata-kata, "Banyak gadis di luar sana yang berharap untuk dapat menikah dan memperbaiki perekonomian keluarganya." Bahiyyih cukup tersentuh untuk kepedulian murni yang dimiliki Yeseo, sedikit yakin bila keduanya bisa berteman dekat selama di Rumah Putri.

"Entahlah, aku hanya merasa pernikahan dan aku bukanlah sesuatu yang bisa disandingkan bersama-sama," jawab Bahiyyih. "Kau sendiri? Aku dengar dari para pelayan jika kau telah ditunangkan sedari lama."

Yeseo sedikit mengulum senyum entah mengapa kala mendengar hal itu. "Sebenarnya kami hanyalah teman masa kecil," ucapnya. "Dia dan keluarganya pernah menginap cukup lama di kediaman keluargaku. Dia juga cukup dekat dengan kakakku karena selalu menjagaku. Kak Bahiyyih pasti tahu seberapa beratnya menjadi seorang siswi pada sekolah bangsawan pada tahun pertama."

Menganggukkan kepalanya ribut, Bahiyyih dengan jelas paham. Alasan mengapa Archduke Huening membuatnya menjalani kehidupan sekolah di rumah adalah karena beberapa anak bangsawan kurang ajar yang sering kali menggoda para gadis muda. Bahiyyih masih ingat jika dulu sang Kakak sampai harus selalu mengikutinya tiap waktu istirahat, dan mendengar cerita dari Yeseo "Sosok itu pasti sangat membuatmu jatuh cinta. Benarkan? Biar aku tebak!" Bahiyyih menunjukkan semangat seperti saat dia baru saja mendapatkan sebuah objek baru untuk diulas.

Yeseo adalah gadis yang secara tidak terlahir dengan baik dan manis, dia menunjukkan gestur yang murni tanpa dibuat-buat. Dia bukan gadis-gadis lain yang menyukai para bangsawan pewaris nama besar keluarga, tapi jika bisa mendapatkan maka itu adalah harga yang sesuai untuk jaminan masa depan. Yeseo pasti juga bukan golongan penyuka pemuda yang konon dikata keren karena kerap membuat ulab atau banyak meminum gelas anggur dalam sebuah pesta. "Dia pasti pemuda yang sangat baik. Alih-alih menghajar para pengganggu dia pasti memilih untuk menemanimu. Menghiburmu, mungkin? Misal saja saat kau tidak sengaja terjatuh dia pasti menjadi yang paling panik."

Yeseo terperanjat, menutup mulutnya. "Bagaimana Kakak bisa tahu?" ucapnya tidak percaya.

Sedang Bahiyyih hanya menepukkan kedua tangannya sambil tersenyum bangga. "Aku suka mengamati perilaku seseorang, tidak sopan memang. Tapi itu menyenangkan. Dan tunanganku itu, apa kau yakin dia seorang bangsawan dari wilayah ini? Karena setahuku tidak ada seorangpun pemuda yang bersikap seperti itu."

Yeseo terlihat menimbang-nimbang sesuatu. "Maaf sebelum Kakak, tapi—"

"Tidak masalah, aku tahu. Itu privasi," potong Bahiyyih kala merasa Yeseo yang sedikit takut untuk menolak ataupun menjawab pertanyaannya. "Tapi tolong undang aku pada hari pernikahan kalian, oke? Kau mungkin bisa menghentikan rasa penasaranku untuk saat ini, tapi tidak dengan suka cita kala salah seorang yang aku kenal nyatanya telah bertemu dengan cintanya. Oh, dan lagi, beritahu aku bila dia membuatmu patah hati. Aku jamin dia akan berpikir dua kali saat bertemu dengan tinjuku."

Bahiyyih tidak berbohong, meski beberapa orang yang dia temui mengatakan jika wajahnya kala memberikan ancaman alih-alih terlihat garang justru terlihat menggemaskan, nyatanya gadis itu bisa dibilang mahir dalam seni bela diri. Hanya pelajaran dasar berupa pertahanan diri dikala terancam yang dia dapatkan dari sang Kakak, tapi mengingat Archduke Huening mendatang pelatih bela diri terbaik di istana untuk melatih si penerus nama keluarga. Kemampuan Bahiyyih tentu tidak dapat diragukan.

Termasuk cerita lama tentang bagaimana cara gadis itu membanting tubuh seorang putra bangsawan hanya karena diejek. "Dia mengatakan aku adalah anak yang tidak diinginkan. Hatiku saat dan aku rasa hal itu sepadan." Sedikit pergeseran sendi yang dialami salah seorang putra Duke nyatanya justru menjadi kebanggaan tersendiri bagi Archduke Huening.

Pria nomor satu di Kniagina itu justru membagikan banyak manisan untuk rakyat dari tangan-tangan para pelayan. "Bahkan putriku mampu melindungi dirinya sendiri." Itu pujian, bagi beberapa orang yang berpikir seperti itu.

Namun Bahiyyih itu adalah sebuah keharusan, karena dalam lingkungan masyarakat yang menuntut kesempurnaan pada diri seorang gadis, Bahiyyih mau tidak mau harus memiliki kuda-kuda serta tendangan yang keras untuk menyadarkan orang-orang itu.

Jika para pemuda itu juga sebenarnya tidak sempurna-sempurna amat.

I Love How I'm CalledWhere stories live. Discover now