67

84 19 3
                                    

"Rombongan ini bersamaku, apa ada masalah?"

Soobin yang semula hampir terkena kendala dalam inspeksi oleh para penjaga di pintu masuk wilayah Markgraf menghembuskan napasnya lega. Jubah sewarna karung goni masih dia kenakan guna menutupi identitas. Mengaku sebagai salah seorang pelayan yang ditugaskan mengantarkan barang dagangan milik si Tuan.

Soobin tidak banyak berprasangka buruk.

Ini hanyalah penyelidikan kecil-kecilan, maka dari itu dia hanya membawa tidak lebih dari lima mata-mata. Seharusnya itu cukup. Terlebih lagi akses masuk sebuah wilayah seharusnya tidak seketat ini. Sesuatu yang membuat Soobin merasa dia harus menaruh sedikit banyak perhatian tambahan tentang apa saja yang akan dia laporkan pada si Kakak.

"Kak Soobin bisa lihat sendiri, kan? Pengamanan di tempat ini." Para penjaga tadi baru mau melepaskan Soobin kala Sunghoon menjaminkan dirinya beserta rombongan, meski barang yang dibawa harus mendekam di pos keamanan selama dua hari untuk diperiksa. "Ini semua atas perintah Marquess Ezaki, dia beralasan bila meski gencatan senjata dan surat perjanjian damai antara Tsaritsa dan Riena telah ditandatangani, perang masih bisa terjadi kapan saja."

Tindakan yang sebenarnya patut untuk diapresiasi. Marquess Ezaki pastinya bisa mendapatkan penghargaan sebagai bangsawan paling waspada di seluruh penjuru Tsaritsa, tentunya akan mendapatkan hal itu hanya bila tidak ada yang dia sembunyikan. "Kak Yeonjun sudah memberitahuku, kau dan Duke Park, kalian berdua selama ini telah mencoba untuk mengumpulkan semua bukti untuk bisa menjerat Marquess Ezaki."

Percakapan itu seharusnya tidak dibicarakan secara gamblang di sebuah kedai kecil yang menjual sup kacang merah pada salah satu sudut pasar yang berjarak tidak sampai stau meter dari pos pemeriksaan. Sunghoon memang mengatakan bila itu adalah tempat makan favoritnya dan perlu diakui bila rasa masakannya memang lezat. Tapi, apa itu faktor yang bisa dipertimbangkan?

"Tempat ini milikku," ucap Sunghoon. "Aku yakin Kakak pasti merasa penasaran, jadi aku mengatakannya. Tempat ini mirip seperti galeri seni yang Kakak kelola di Boyar." Rumah tempat jual beli informasi pada tiap-tiap wilayah Marquess memang hanya diketahui oleh beberapa bangsawan, kebanyakan adalah ksatria karena hal itu bersinggungan langsung dengan tugas mereka.

"Apa Marquess Ezaki tahu?"

Mengambil satu sendokan besar. "Dia tahu. Tentu saja tahu." Mengunyah makanannya terlebih dahulu hingga habis. "Itu tujuan atas dibangunnya kedai ini. Kami membatasi serta mengelola informasi macam apa saja yang keluar masuk bagi wilayah ini, bagi Markgraf begitu juga bagi Marquess Ezaki."

"Kalian agen ganda begitu?" tanya Soobin.

Lima orang yang dia bawa mengambil tempat duduk pada meja yang memungkinkan mereka untuk mengawasi titik buta masing-masing. Dan kala sebuah kode samar berupa memutar sendok terlihat, Soobin tahu bila Sunghoon telah mengatur posisi duduknya. Sengaja di dekat pintu menuju dapur tempat pelayan keluar masuk membawa hidangan. Ambang pintu tempat sekiranya seseorang tengah menunjukkan gelagat yang mencurigakan.

"Kami bekerja untuk Duke Park, sekarang, di masa depan, selamanya." Sunghoon memberikan kode bagi si pelayan untuk mendekat. Membawakan sepiring manisan dari tepung ketan berbentuk bola-bola berwarna merah muda dan hijau, manisan tradisional wilayah Furstin yang seingat Soobin memiliki isian yang berbeda-beda.

Si pelayan adalah seorang pemuda yang jangkung namun begitu kurus hingga tiupan angin seperti bisa merubuhkan tubuhnya. Kaki kanannya sedikit lebih panjang membuat area tulang kering sedikit mencuat ke luar, benar-benar kentara kala pemuda itu berjalan.

Bila yang dimaksudkan oleh Sunghoon sebagai 'kami' adalah para pelayan tempat ini. Maka Soobin akui, mereka tidak memiliki kriteria sebagai seorang mata-mata yang baik, bahkan untuk lolos ujian tahap pertama ksatria juga tidak. Pelayan yang berada di balik meja kasir yang mencatat pesanan mereka adalah seorang perempuan dengan tubuh kerdil. Pertumbuhan tulang yang tertahan pada usia terlalu muda sepertinya.

I Love How I'm CalledWhere stories live. Discover now