18

95 30 0
                                    

Xiaoting melewatkan sisa kelasnya hari ini.

Sebenarnya semua kelas yang ada mengingat pagi tadi dia pergi keluar sebelum menyelesaikan dua bait instrumen. Tapi rombongan dari Kaiserin tidak dapat ditinggalkan begitu saja, lebih-lebih dalam kondisi yang seperti ini, Xiaojun mungkin menyuruhnya untuk tetap tenang dan percaya diri. Namun tugas untuk menjodohkan tiga pemuda dari negeri seberang pada gadis-gadis yang masih dalam kategori asing bagi Xiaoting bukanlah sesuatu hal yang mudah.

Tuan Putri dari Herzogin itu baru kembali ke Rumah Putri kala senja mulai menampakkan ronanya. Bagaimanapun juga dia harus membersihkan diri, bersiap untuk pesta nanti malam dan kembali bertemu dengan para sepupu sambil membawa paling tidak beberapa nama gadis muda yang sekiranya cocok bila bersanding dengan mereka.

Ah, bukan cocok. Lebih mirip dengan gadis mana yang sekiranya bisa menjadi teman hidup.

"Aku percaya padamu, Ting. Kau gadis dengan mata paling tajam yang pernah aku kenal," ucap Xiaojun dengan bahasa yang informal sambil menepuk bahu Xiaoting yakin. Menyandarkan kepalanya pada sisi punggung dudukan yang ada di kereta kuda. Xiaoting menggelengkan kepala pelan, dia jelas butuh bantuan. Tapi siapa?

Xiaoting cukup mengenal Xiaojun, seharusnya cukup mudah untuk mencari tipikal gadis macam apa yang bisa diajak berbicara cukup lama dengannya. Seseorang yang dalam sekali pertemuan dapat memberikan kesan bila dia memiliki wibawa dan harga diri tinggi namun kau berhasil masuk dalam dunianya, itu tidak lebih seperti dunia yang baru saja hancur. Xiaojun itu ribut, Xiaoting akui hal itu dan terkadang heran bagaimana dia bisa dekat dengan sepupunya itu. Xiaojun bisa bersikap gila, terutama saat terlalu banyak minum anggur, dan untungnya toleransinya cukup tinggi. Gila yang dimaksudkan Xiaoting di sini bukan seperti mengumpat atau semacamnya, meski memiliki efek yang sama yaitu hilangnya harga diri.

Pernah sekali Xiaoting pergi menemani Xiaojun pergi dan pulang dengan mabuk berat dibantu Hendery. Setidaknya masih bisa bertahan hingga sampai di rumah meski setelah itu muncullah drama seperti Xiaojun yang kerasukan berbagai macam arwah.

Tidak henti-hentinya menampar wajahnya sendiri. Mengatakan jika kakinya patah. Hingga berhalusinasi bila dia tengah diracun dan kini tengah berkomunikasi dengan utusan iblis di pintu neraka. Padahal yang kala itu tengah berbicara adalah ayahnya sendiri.

Pastinya akan sulit untuk menemukan seorang gadis yang mampu menyesuaikan diri untuk bisa mengimbangi seberapa aktif Xiaojun dalam mengayunkan bandul emosional. Atau mungkin menahan laju bandul itu?

Pemuda satunya yang bernama Hendery juga tidak ada bedanya bagi Xiaoting. Kembali pada ingatan Xiaojun yang mabuk hingga membuat Xiaoting sedikit trauma, Hendery memang membantunya. Pemuda berwajah dingin dengan rahang yang tegas hingga digilai banyak gadis muda dan sempat mencuri perhatian Xiaoting itu memang bisa dikatakan masuk dalam kategori idaman. Untuk sementara, selama satu Minggu Xiaoting tinggal di kediaman Xiaojun dan pupus pada malam itu juga.

Karena dalam drama Xiaojun yang tidak kunjung sadar dalam pengaruh alkohol, Hendery yang jelas-jelas sadar justru menanggapi kegilaan itu. "Tolong buatkan aku janji temu dengan Nona Sakamoto," ucap Xiaoting pada salah seorang pelayan yang menyambut kedatangannya. "Beritahu padanya bila aku memberikan sebuah undangan resmi untuk minum teh, waktu akan aku pasrahkan pada dirinya, namun jika bisa secepatnya."

Sampai mana tadi.

Ah, pemuda Qian. Sepupu Kun, Duke Caballero.

Xiaoting akui dia tidak begitu mengenal dengan yang satu ini, jarak umur mereka sebenarnya tidak terlalu jauh. Namun perbedaan generasi dengan Kun yang satu tingkat di atasnya, dan masih diperbolehkan bilamana ingin dipanggil Paman, agaknya memberikan dampak berupa jarak yang lebih jauh daripada Hendery yang berada satu generasi di bawah Xiaoting. Dalam ingatan masa kecil yang Xiaoting habiskan di Kaiserin, tidak banyak adegan yang menempatkan dirinya dan Kun dalam satu zona yang sama. Baru kala memasuki usia remaja sebagai seorang calon Duke, Xiaoting mulai berhasil dalam usahanya untuk mendekati seseorang yang hanya bisa dia lihat dari jauh.

Namun Duke Caballero tetaplah Kun yang Xiaoting kenal, terlalu sulit untuk didekati. Terlalu sulit untuk ditebak. Terlalu sulit untuk dipahami.

Mencarikan gadis untuk Kun mungkin akan menjadi yang paling berat.

"Tuan Putri Shen."

Xiaoting yang sampai pada area kamar asrama Rumah Putri menoleh, menatap aneh pada gadis yang masih ada di sini. "Nona Seo," ucapnya pada gadis yang seharusnya secara normal tengah berada di ruangan rekreasi guna bersiap. "Bukankah Anda seharusnya tengah bersiap saat ini? Bukan hal yang bagus bagi seorang gadis bangsawan untuk memakai gaun yang sama pada dua acara bersebalahan."

"Aku akan bersiap nanti. Aku menunggu Anda, ada yang ingin aku tanyakan."

Sedari kelas terakhir? Xiaoting memuji tekat Youngeun. "Jika bisa langsung saja utarakan maksud Anda karena waktu kita tidaklah banyak."

"Aku tidak akan lama, tapi bisakah hanya kita berdua yang tahu percakapan ini?" ucap Youngeun yang disanggupi oleh Xiaoting. Memberikan kode bagi para pelayan untuk lebih dahulu mempersilahkan pemandian dan gaun yang akan dia kenakan. "Aku hanya ingin bertanya, apakah Anda si penulis anonim itu?"

Mempertahankan raut wajah datarnya. "Darimana Anda bisa menyimpulkan hal itu?"

"Jadi itu benar? Anda penulisnya?"

"Aku akan menjawab hal itu nanti, tapi setidaknya beritahu aku mengapa Anda bisa menuduhku."

"Anda tentu tahu atau mungkin saja juga pernah ikut merasakan yang namanya ketimpangan gender yang ada di Tsaritsa, meski Anda adalah satu-satunya gadis yang memiliki kuasa dalam tatanan pemerintahan kerajaan untuk saat ini, aku yakin hak-hak yang diberikan tidaklah sama besar seperti yang diberikan kepada para pemuda. Mungkin karena merasa lelah untuk terus memberikan keluhan, Anda mulai merancang opsi lain dengan menyerang satu per satu keluarga yang pernah mengusik Anda," jawab Youngeun yang diperhatikan Xiaoting membaca sebuah buku catatan bersampul merah marun. "Selain itu Kak Johnny mengatakan jika Anda adalah gadis yang aling menentang sistem patriki di Tsaritsa sejauh yang dia kenal. Semasa sekolah Anda sering menulis beberapa surat terbuka untuk diedarkan bersama dengan koran hari Minggu. Bukankah itu masuk akal?"

"Jadi Viscount Seo adalah kakak Anda?" tanya Xiaoting. "Tolong sampaikan salamku padanya, dia dulu adalah mentorku sesama sekolah. Anda seharusnya bertanya pada Viscount Seo seperti apa sikapku, jika bisa aku pasti akan melaksanakannya terlebih lagi rencanamu itu terdengar menggiurkan, aku belum seberani dia. Berhati-hatilah Nona Seo, Anda bisa salah langkah dan secara tidak sengaja justru membuat masalah dengan si anonim."

"Anda mengenalnya?"

"Sangat mengenalnya, mungkin?"

"Dan Anda tidan melaporkan hal ini pada Lady Freifrau? Putri Earl Grafinya harus ditahan karena hal ini."

"Biar aku tanyakan pada Anda, apa si anonim menyinggung kekuarga Anda? Anonim itu tidak menyinggung kekuargaku, sama sekali tidak, tapi jika iya maka aku yang akan turun tangan." Youngeun terdiam dengan kedua tangan meremat sisi gaunnya. "Tapi jika Anda tertarik, aku bisa memberitahu siapa yang sekiranya menyebar surat kabar itu kemarin malam. Tentunya tidak dengan gratis."

I Love How I'm CalledWhere stories live. Discover now