35

70 18 0
                                    

Lagi dan lagi, Xiaoting mangkir dari jadwalnya sebagai seorang debutan guna menghadiri acara formal sebagai seorang Duke Herzogin.

Gadis yang kini tengah menyandarkan kepalanya, memejamkan mata guna dapat terlelap barang sebentar saja karena semalaman begadang guna mempersiapkan semua materi yang akan di bahas dalam pertemuan, sering kali merasa iri pada gadis lain. Xiaoting tahu bila generasi muda seperti Youngeun, Bahiyyih, dan Hikaru menatap dirinya sebagai idola, seorang gadis yang memiliki hak dan dapat berperan besar bagi kerajaan. Sesuatu yang tidak seindah kelihatannya.

"Sebentar lagi kita akan sampai," ucap Kun membangunkan Xiaoting. Kehadiran pihak luar pada pertemuan ini sebenarnya didasarkan untuk pelaporan pemberharuan hubungan politik antar dua kerajaan yang akan diadakan sore ini setelah pertemuan. Kun tentu sebenarnya bisa-bisa untuk tinggal lebih lama di Rumah Putra, tapi dia tidak yakin Xiaoting bisa. "Xiaojun sudah memberitahuku, kau tidak perlu khawatir saudari sepupu."

"Terima kasih atas pengertiannya sepupu Kun. Aku sangat berhutang untuk perkara ini," ucap Xiaoting sambil tersenyum namun diiringi dengan helaan napas. "Biasanya aku akan menghadiri pertemuan dengan menjadi salah satu yang berada pada pihak Archduke Kniagina, Kai Huening."

Kerajaan Tsaritsa memiliki sejumlah 30 keluarga bangsawan yang menyandang gelar sebagai Duke, dengan keluarga Huening sebagai satu-satunya yang bergelar Archduke. Beberapa calon Duke ataupun Duke muda yang masih berada dalam pengawasan secara perlahan memang mulai diposisikan untuk terbiasa dengan kesibukan para kaum elitis, dan Xiaoting adalah salah satunya. Satu-satunya gadis yang ada. Membuatnya menjadi seperti diwajibkan untuk mengenal tiap golongan muda meski bila ingin dikata jujur, dia hanya dekat dengan Kau Huening dari Kniagina dan Jay Park dari Furstin.

Dua orang yang senang hati mendengarkan ucapan Xiaoting dan benar-benar menanggapinya dengan cara yang tepat.

"Pertemuan kali ini akan membahas terkait perjodohan dengan Riena, kebanyakan Duke dari golongan tua berniat menjodohkan sang Pangeran dengan Tuan Putri Kerajaan. Aku tentu berada pada pihak Kai Huening yang mana akan selalu mengamankan calon tunangannya itu."

"Calon tunangan?"

"Budaya perjodohan untuk mengamankan darah murni kerajaan. Kau mungkin pernah penasaran bagaimana jadinya Tsaritsa tanpa adanya penerus laki-laki, Kai Huening tentu dipastikan akan naik tahta, dan untuk melindungi Putri Kerajaan, Raja Kim telah menjodohkan keduanya."

"Aku paham, tapi bukan itu yang aku maksudkan," ucap Kun. "Kai Huening, aku beberapa kali bertemu dengannya, dan sebagai seorang yang telah terjun dalan dunia politik, dia seharusnya tidak mempertaruhkan dirinya seperti ini. Xiaojun memberitahuku bila Kai Huening membuat janji temu beberapa bangsawan golongan muda dengan Putri Kerajaan, aku pikir mereka kala itu membahas perkara hal ini dengan Xiaojun sebagai pemberi sudut pandang dari luar. Cukup terkejut kala kau ternyata tidak ada dalam pembentukan persekutuan itu."

"Itu karena Kai Huening tahu kalau aku pasti akan selalu berada di pihaknya," jawab Xiaoting santai, meski begitu dia akan menyimpan informasi ini. Untuk berjaga-jaga mungkin juga akan membentuk sebuah persekutuan.

Kun sedikit terdiam, seakan mencoba membiarkan suara helaan napas berat Xiaoting terdengar. "Lalu untuk motif di baliknya, apa kau tahu kenapa?"

Sedikit membenarkan posisi duduknya, Xiaoting sedikit mengingat-ingat terkait hubungan yang terjalin di antara Kai dan Chaehyun. "Seorang teman yang ingin melindungi teman masa kecilnya." Chaehyun mungkin menghabiskan belasan tahun masa hidupnya bersembunyi di bawah perlindungan istana, sedangkan Kai pastilah menjadi satu-satunya teman seusianya yang bisa dengan mudah keluar masuk. Xiaoting pernah sekali bertanya tentang hubungan mereka diluar konteks perjodohan politik dan Kai membenarkan kecurigaannya bila baik dia ataupun Chaehyun adalah kawan sedari kecil.

Namun sorot mata Kai mana kala menceritakan hal itu terlihat berbeda.

Tidak seperti para bangsawan yang menatap Chaehyun dengan sorot seakan memuja layaknya seorang dewi. Dimata Xiaoting, Kai melihat sosok Chaehyun dengan sebuah perasaan yang sensasinya sama seperti dikala siang hari. Panas, tapi tidak sampai gosong, hanya saja sedikit terbakar.

"Aku rasa hubungan mereka lebih dari sekedar itu, salah satu pihak sepertinya menginginkan sesuatu yang lain."

"Sepupu Kun sangat pandai hingga bisa mengamati kejanggalan itu, pasti karena sudah sering bersitatap dengan banyak tipe bangsawan." Mengembangkan sebuah senyuman, kecepatan laju kereta kuda yang mulai melambat menandakan bila mereka kini telah sampai pada halaman depan gedung pertemuan. Mungkin tengah berbaris antri dengan kereta kuda lainnya. "Para Duke biasanya akan datang bersama Marquess atau serendah-rendahnya Ksatria yang didukung oleh keluarga mereka. Aku bersyukur karena sepupu Kun mau menyempatkan diri, terima kasih."

"Tidak perlu membandingkan diri sepupu Xiaoting dengan seorang Duke yang tidak lagi muda ini," ucap Kun sambil menggenggam tangan Xiaoting yang sedikit bergetar takut. Entah sedari kapan hal ini sudah terjadi, Kun semula mencoba untuk mengabaikan beberapa gestur tubuh aneh yang ditimbulkan oleh Xiaoting.

Mulai dari beberapa kali membenarkan posisi duduk. Merubah kaki yang disilangkan atau memainkan ibu jari. Hingga yang paling tidak bisa Kun abaikan kala tahu bila sepupunya ini berada dalam kondisi yang tidak stabil, tangan yang tidak henti bergetar. "Apa ini sering terjadi?"

Menganggukkan kepalanya. "Serangan panik, biasanya aku mengahadapi ini sendirian."

"Apa Paman Shen tahu?" Xiaoting menggeleng pelan.

"Sepupu Kun seharusnya juga tidak perlu tahu. Tapi entah mengapa rasanya lebih lega karena sepupu Kun yang mengetahuinya." Menguatkan genggamannya di tangan Kun yang dibalas sama kuatnya guna mengurangi efek bergetar akibat rasa panik. Xiaoting boleh merasa jika dirinya adalah putri tunggal kebanggaan ayah ataupun kesayangan sang Ibu, bahkan sepupu terbaik yang dimiliki oleh Xiaojun hingga yang bersangkutan selalu mengiriminya beberapa kotak bibit untuk diujicobakan di rumah kaca. Namun Kun adalah sesuatu yang berbeda, sesuatu yang selalu bisa membuat Xiaoting kadang kali merasa lepas kendali untuk menunjukkan sisi bayangannya."Rasa menggelikan saat seorang Duke dari wilayah Herzogin nyatanya justru seperti ini."

"Duke," panggil Kun dengan nada pelan selayaknya berbisik. "Tatap mataku," perintahnya. "Apa yang bisa Duke lihat di sana?"

Ada sebuah rahasia yang disembunyikan oleh para keturunan Kaiserin dari kerajaan Tsaritsa, para keturunan bangsawan mereka memang kerap kali disebut sebagai dewa yang diberkahi kekuatan untuk melihat kebenaran melalui mata seseorang. Sebuah kelebihan yang dimiliki baik Kun maupun Xiaojun dan pastinya juga diturunkan pada Xiaoting. Kekuatan yang diharapakan mampu membantu gadis muda itu dalam posisinya sebagai seorang Duke.

"Langit senja pada musim gugur."

Menganggukkan kepala, benar. "Jika Duke bisa melihat hal itu maka seharusnya itu lebih dari cukup untuk meyakinkan Duke bila para golongan tua itu bukanlah apa-apa."

I Love How I'm CalledWhere stories live. Discover now