61

86 17 2
                                    

Dalam hidupnya, Heeseung selalu mengira bila dia adalah seorang paling netral, tidak pernah mau memihak, yang pernah hidup di dunia ini. Belasan tahun hidup sebagai penyihir dan tidak pernah tertarik maupun peduli dengan pendapat orang lain. Terlalu teguh pada keinginannya sendiri yang bahkan benar-benar diperhatikan oleh kerajaan Riena.

Heeseung melakukan apa yang dia mau. Dan bertanggung jawab atas semua kekacauan dalam dalih ingin bersenang-senang.

Lalu apakah pilihannya kali ini masih mempertahankan prinsip itu?

"Berhati-hatilah," ucap Jake sebelum pesta berlangsung. "Aku mengatakan hal ini bulan sebagai seorang Pangeran kepada Ksatria Sihir kepercayaannya, tapi sebagai seorang teman terhadap temannya. Aku tidak memang tidak pernah meragukan kemampuan yang kau punya, tapi Kak Heeseung, kau sendiri yang memberitahuku untuk tidak terjatuh dalam permainan seorang penyihir."

Dan Heeseung menentang ucapan bahkan prinsip hidupnya sendiri demi sosok anonim ini.

"Meski Kakak juga seorang penyihir, berhati-hatilah."

Bolehkah Heeseung memberikan pengakuan kalau dia terlalu meremehkan si anonim?

Alasannya? Pertama, si anonim itu terdengar kekanakan. Menggunakan kekuatan yang dia miliki untuk mengungkap permasalahan yang ada di dalam tubuh para bangsawan yang selama ini dijunjung tinggi oleh rakyat tidak lebih seperti mimpi masa muda yang sulit untuk diwujudkan. Hanya anak-anak yang percaya bila dia bisa menjadi pahlawan dan menegakkan keadilan disaat yang harus dia lawan adalah pihak yang berwenang.

Kedua, semua sihir dia pelajari secara otodidak. Ini sebenarnya bukan sekali atau dua kali Departemen Menara tempat Heeseung bertugas menemui indikasi seorang penyihir yang terlahir di luar kerajaan Riena, beberapa ditemukan sewaktu masih belia namun kebanyakan saat sudah menginjak usia dewasa dan pastinya telah menyadari bakatnya itu. Namun tidak ada yang benar-benar bisa memanfaatkan bakat itu dengan benar selayaknya penyihir yang telah dilatih.

Dari pengalaman pribadi dan beberapa literatur yang dibaca oleh Heeseung, beberapa dari tunas liar itu mengembangkan diri pada beberapa bidang yang dapat membantu sekitar. Seperti tenaga kesehatan bila seorang itu bangsawan dan beberapa pekerjaan bersih seperti pelayan atau juru masak bagi rakyat biasa. Tidak jarang ada yang menggunakan kekuatan itu untuk melakukan tindak kejahatan, tapi itu jarang terjadi.

Ketiga, mempermainkan alur gosip.

Untuk poin terakhir yang sempat membuat Heeseung merasa bila itu hanya hak yang konyol, dia menarik ucapannya.

Itu hal yang jenius.

"Dia membuat perjanjian denganku, sepakat bila aku membantunya untuk menuntaskan urusan ini maka dia akan ikut dengan kita kembali ke Riena."

Maka di sinilah Heeseung. Duduk pada ujung meja persegi panjang besar di tengah-tengah aula yang sebelumnya telah dia mantrai. Dengan jubah sepekat malam itu dia tidak lebih terlihat seperti seorang pemimpin pertemuan. Atau memang itulah kebenarannya karena si anonim berhalangan hadir malam ini.

Sedikit menggelengkan kepalanya, Heeseung melirik singkat pada beberapa bangsawan berwajah tidak asing yang kini mulai mendudukkan diri pada kursi masing-masing. "Kalian mungkin sedikit kebingungan tapi aku sengaja menyatukan aula di kedua rumah debutan untuk mempersingkat mobilitas," ucap Heeseung seakan membaca tatapan penuh mengamati dari Mashiro.

Putra tunggal Earl Sakamoto itu duduk di sisi kanan Heeseung, menunjukkan bila dia masuk melalui aula Rumah Putri. Sepertinya diajak masuk oleh Yeonjun yang pastinya kini tengah berjaga di luar, atau bisa juga bersama dengan Dayeon dan Hikaru yang notabene adalah teman sekamarnya. Sedangkan di ujung terjauh sisi kanan, terdapat Jay yang tengah menatap semua ini dengan pandangan tidak minat.

I Love How I'm CalledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang