46

74 17 0
                                    

Jika Youngeun bisa jujur, demam burung Kolibri itu tidak benar-benar menyakitkan selama itu bukan difase kritis dan kondisi tubuh masih baik-baik saja.

Heeseung Lee pada tempo hari mungkin pingsan karena meski dirinya adalah seorang ksatria, perbedaan topografi antara Riena dan Tsaritsa pasti membuat tubuhnya cukup terkejut. Youngeun juga sedikit yakin bila sosok itu sedikit kelelahan karena harus membuat banyak sihir pelindung untuk meminimalisir kemungkinan terburuk. Ada yang pernah mengatakan bila sebuah mantra sihir mungkin terlihat sederhana dan praktis, namun rasa lelah yang ditimbulkannya bisa sama mengerikannya dengan seorang Ksatria yang berkuda sepanjang hari tanpa istirahat.

"Ksatria Lee terlihat lebih hidup hari ini daripada kemarin," ucap Youngeun pada Sunghoon yang menemaninya untuk menjenguk si ksatria sihir dari kerajaan tetangga.

Kembali pada niat awal Youngeun yang sebenarnya ingin menjenguk kedua kawannya yang kini tengah melakukan pemeriksaan terakhir. Sunghoon menawarkan diri untuk menemani Youngeun sekaligus mendatangi kamar Heeseung Lee. Pemuda itu mungkin memang berstatus sebagai salah seorang warga Furstin, namun Sunghoon terbebas dari pengecekan karena dia menghabiskan lebih banyak waktunya di Kniagina. Dan karena hanya dia yang terbilang senggang tanpa tugas, Duke Huening memberinya perintah untuk memastikan kondisi Ksatria Lee.

"Aku tidak paham, perawat mengatakan jika kondisinya baik sedari kemarin tapi Ksatria Lee masih belum kunjung terbangun dari tidurnya."

"Kakak mau buah?" tawar Youngeun yang baru saja mengupas beberapa apel.

"Terima kasih," ucap Sunghoon saat menerima sepotong. "Aku ingin meminta maaf atas nama Duke Park jika aku bisa."

"Dia seorang ksatria, daya tahan tubuhnya pastilah sangat bagus namun kelelahan dalam penggunaan sihir bisa saja terjadi," jawab Youngeun sebatas hanya pada apa yang dirinya ketahui. "Kakak adalah sepupu Duke Park, sepupu Kak Johnny, yang mana itu artinya Kakak juga adalah sepupuku meski hanya sebatas tiri. Ini hanya permasalahan antar sepupu, Kakak tidak perlu sampai berbuat seperti itu, tidak ada yang perlu minta maaf."

"Tapi aku rasa Jay sudah sedikit kelewatan," ucap Sunghoon yang pastinya mengarah pada tindakan Jay yang seakan mengotakkan Youngeun sebagai sebuah makhluk yang asing. "Tolong jangan benci dia. Jay itu baik, dia sebenarnya baik."

Meletakkan pisau yang semula dipegang. Entah karena sudah selesai atau karena kehilangan minat lagi. "Tanpa Kakak beritahu aku pun sudah tahu kalau dia seorang yang baik," ucap Youngeun sedikit tersadar bila bagaimana pun Sunghoon adalah seorang Ksatria yang mengabdikan diri pada Jay. Meski tidak mendukung, akan ada pada waktunya Sunghoon mau tidak mau mendukung Jay karena itu adalah sebuah perintah.

Rasanya menjadi orang baik tidak akan pernah cukup bila tidak memiliki kuasa.

Youngeun sedikit melirik pada sebuah vas kaca bunga berwarna jingga. Sepertinya bukan hanya untuk hiasan, tetapi juga untuk pengharum ruangan. Parfum bunga sedang populer dikalangan keluarga bangsawan. Latar belakang sang Ibu yang berasal dari keluarga Hwang yang mana adalah bangsawan yang bertugas pada penataan rumah kaca istana membuat Youngeun sedikit paham dengan nama dan jenis bunga itu.

Bunga trompet. "Siapa yang menaruh bunga itu di sana?" tanya Youngeun yang dengan sigap berdiri dari duduknya. Mengambil vas kaca itu bersamaan dengan pintu ruangan yang tiba-tiba saja terbuka. Seorang perawat terlihat terkejut dengan tingkah Youngeun, mungkin hampir memarahi si putri Viscount bila tidak lebih dulu ditanyai. "Siapa yang menaruh bunga ini di sini? Siapa yang berani memesan bunga trompet?"

"Aku tidak tahu Nona, sepertinya pelayan baru yang menaruhnya."

Mengambil langkah panjang, tidak ada waktu bagi Youngeun untuk menjelaskan apa yang tengah dia lakukan pada Sunghoon. Namun melihat si pemuda yang mengikutinya keluar dari ruangan rawat Heeseung Lee setelah memerintahkan dua pengawal khusus untuk berjaga di depan pintu, Youngeun ingin tersenyum. "Kak Sunghoon di sini saja," ucap Youngeun berusaha memberitahu kalau tidak ada seorangpun yang bisa dipercayai untuk saat ini.

Sedikit nasib beruntung karena Youngeun tidak mengenakan gaun khasnya hari ini. Hanya sebuah terusan sederhana layaknya gadis dari golongan rakyat dan mungkin itu yang membuat Jay Park marah karena Youngeun tidak mengenakan korset. Penjara yang membuat gadis itu tersiksa tiap kali selesai menghadiri perjamuan. Namun membayangkan dirinya yang berlari dengan gaun menyapu lantai, itu mimpi buruk. Lagi pula ini hari bebas, tidak ada acara dan Youngeun sebenarnya ingin bersantai jika saja hal ini tidak terjadi.

Jika masalah biasa dia mungkin bisa abai dan menyerahkan hal itu pada Sunghoon atau Ksatria lainnya.

Tapi para laki-laki tentu tidak akan memahami hal ini kecuali jika mereka berasal dari keluarga keibuan Youngeun.

Bunga terompet itu beracun.

"ADA YANG BUNUH DIRI!"

Empat kata yang menyambut Youngeun kala gadis itu membuka pintu ruangan khusus para pelayan dan perawat yang ditugaskan di ruang kesehatan.

Siapapun itu tentu saja akan panik kala sebuah tubuh tiba-tiba saja ambruk ke belakang, jatuh pada posisi tidak mengenakkan, dengan mulut mengeluarkan busa. Dengan tangan yang semakin mengeratkan pegangannya pada gagang pintu. Youngeun yakin wajahnya kini pucat pasi, bahkan tidak peduli sudah berapa banyak pelayan ataupun perawat yang tanpa sengaja menabrak dirinya dikarenakan terburu-buru keluar.

Youngeun masih terdiam, seperti membisu kala mendapati tubuh yang terlihat pucat pasi sedikit membiru dengan cairan muntah seperti sisa sarapan yang tidak dicerna dengan baik. Kedua tungkai kakinya serasa lemas, namun alih-alih terjatuh dia justru tetap berdiri, tidak kuat untuk berlari.

Bahkan kala sebuah lengan menarik Youngeun, gadis itu masih diam saja. Hanya sebatas tahu kalau tubuhnya agar tidak terus menerus menatap si jasad, membawa Youngeun dalam dekapannya dan melangkah pada sebuah jalan rahasia secepat mungkin dari tempat itu kala suara langkah kaki yang diduga adalah para pelayan yang membawa pada pengawal untuk melakukan penyelidikan.

Dalam dekapan sosok itu Youngeun tidak tahu apa yang sebenarnya dia lakukan. Dirinya tidak terisak. Bahkan tubuhnya juga tidak bergetar. Tidak ada bentuk ketakutan ataupun trauma layaknya hal yang biasa dialami saksi atas kejadian tidak mengenakkan. Tubuhnya hanya lemas, tidak sampai pingsan meski pandangannya sedikit kabur. Kalau hal ini diyakini sebagai efek karena terlalu dekat dengan bunga terompet.

Entah apakah karena Youngeun memiliki alam bawah sadar yang teramat kuat atau justru sebaliknya. Sudah lebih dulu hancur hingga hal-hal seperti ini justru tidak berbekas apapun di benaknya.

Ada alasan tersendiri mengapa Youngeun tidak memberontak ataupun berteriak mengingat dirinya kini seperti tengah sedang diculik. Ada sebatas keyakinan bila sosok ini adalah tunangannya, suara detak jantung yang terdengar menenangkan dan posisi tangan yang memberikan perlindungan untuk dirinya, hanya satu orang ini saja yang bisa melakukan hal itu pada Youngeun.

"Apa aku bisa percaya pada Anda?" tanya Youngeun pelan dan lebih mirip seperti gumaman. "Ayah menjodohkanku dengan Anda, tapi aku takut Anda akan meninggalkanku seperti Ayah."

Dalam pandangan yang mengabur Youngeun tahu bila dia kini berada pada sebuah ruangan kamar yang entah ada di mana. Dibaringkan pada sebuah kasur, yang Youngeun dapatkan dari sosok itu adalah sebuah tangan kanan yang kini menutup kedua matanya. Menyuruh kedua manik gelap itu beristirahat sebelum mengalami iritasi yang lebih parah lagi.

Hanya saja dalam ruangan yang sunyi dengan indra pengelihatan yang ditutup, Youngeun setidaknya mampu mendengar sebuah dehaman.

"Bisakah Anda meninggalkanku sebelum aku menyukai Anda?" Karena Youngeun sangat takut pada seorang yang seperti ayahnya.

I Love How I'm CalledWhere stories live. Discover now