28

80 21 0
                                    

Kedatangan Kai Huening nyatanya bukan menjadi satu-satunya yang menggemparkan hari ini.

Diwaktu yang hampir bersamaan, sebuah kertas berwarna biru tua khas dari wilayah Ehzerhogin tiba-tiba saja tertempel di salah satu pilar yang ada di dekat ruang dansa. Sebuah pesan yang menurut Youngeun terdengar seperti tantangan.

Surat Terbuka aku tujukan kepada Yang Terhormat Tuan atau Nona Anonim yang akhir-akhir ini menjadi buah bibir para bangsawan.

Aku yakin surat ini akan menganggu harga diri Anda yang kental akan syarat kemisteriusan, namun sebagai seorang yang menghormati Anda, agaknya aku tidak ingin membuat Anda lupa bila salah seorang penghuni Rumah Putri telah membuat kekacauan. Aku tidak akan mengatakan siapa ataupun menuduh kehadiran Anda sebagai salah satu debutan, marilah sebut seorang pengganggu itu adalah aku, hanya saja apakah adil bila aku yang buruk ini disalah pahami sebagai Anda?

Aku menghormati Anda, dan tulisan Anda mencerminkan sebuah kerhomatan atas kejujuran.

Salah bila Anda berpikir aku menuntut agar Anda mengungkapkan identitas. Aku hanya tengah menuntut kebenaran agar tidak disalah pahami sebagai seorang yang hebat seperti Anda.

Tertanda,

Dayeon Kim dari Grafinya.

Youngeun terbilang menjadi golongan mereka yang tidak langsung mendengar kabar terkait surat terbuka itu. Secara prosedural sebagai yang pertama kali menyadari kedatangan calon penerus Archduke Huening dari Kniagina, Youngeun haruslah menjamu Kai, paling tidak menemani si pemuda itu untuk berkeliling sambil sedikit basa basi hingga para pelayan selesai mempersiapkan kamar.

Beruntunglah Kai bukanlah seorang yang menyebalkan. Pemuda itu dengan senang hati menyuruh Youngeun untuk melanjutkan apa yang ingin gadis itu lakukan sebelumnya kala sampai pada rumah kaca di halaman belakang. Meski sebelum dilepaskan, ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh Youngeun. "Aku tidak melihatmu bersama Hiyyih, apa dia membuat masalah denganmu?"

"Tidak!" Youngeun menggelengkan kepalanya panik. "Hanya sedikit perbedaan pendapat, tapi tidak masalah."

"Tentang keluargamu? Kau dan Hiyyih selalu berbeda pendapat seingatku."

Mengulum bibir bawahnya singkat, Youngeun sedikit melangkah mendekat sambil punggung yang sedikit membungkuk. Memberi tanda bagi Kai bila dia ingin si pemuda ikut menunduk karena ini adalah hal yang cukup rahasia, sepertinya. "Menurut Kakak, apakah aku salah mengharapkan seseorang untuk jadi kakak iparku?" tanya Youngeun ragu. "Aku selalu menginginkan seorang saudara perempuan, dan sosok ini memunculkannya. Apakah salah bila aku berharap dialah yang akan dilamar oleh Kak Johnny?"

"Kau ingin Hiyyih menjadi calon istri Kak Johnny?" tanya Kai.

"Eh?! Bukan!"

"Lalu? Kak Yujin, ya?" Tebakan beralih. "Tapi bila ini tentang Kak Yujin, bukankah seharusnya kau mendiskusikannya dengan Kak Beomgyu?"

Ah, benar juga ya.

Kai pasti tengah salah paham karena Youngeun mengatakan hal itu padanya yang notabene adalah kakak dari Bahiyyih. Tapi Youngeun melakukan hal itu juga bukan tanpa alasan.

Pertama, Kai adalah seorang laki-laki yang mana sudut pandangnya Youngeun perlukan dalam masalah ini. Kedua, dari pihak keluarga Yujin sendiri Youngeun hanya dekat dengan Beomgyu, sisanya hanya sebatas kenal, dan si bungsu Choi itu tengah membuat masalah dengannya hari ini. Ketiga, Kai terpaut dua tahun lebih tua dari Youngeun dan dengan pengalamannya berada di kerajaan seberang pastilah membuat pemuda itu memiliki banyak pengetahuan untuk dijadikan referensi. Keempat, terkahir dan mungkin menjadi alasan terkuat, karena Youngeun percaya pada pemuda ini.

"Apa Kak Yujin menyukai Kak Johnny?"

Youngeun menggelengkan kepalanya.

"Apa Kak Johnny menyukai Kak Yujin?"

Kembali menggelengkan kepalanya.

Youngeun merutuk, ingin mengumpat jika bisa dan lupa kalau dia seorang gadis bangsawan. Bagaimana bisa dia merasa marah kala pasangan yang dia harapkan terancam tidak dapat bersama disaat dia sendiri tidak tahu seperti apa perasaan masing-masing dari mereka. "Aku rasa aku harus bertanya pada Kak Johnny setelah ini." Tidak akan menyalahkan bila Kai kini tersenyum dengan tangan kanan berada di bawah dagu guna menahan diri untuk tidak tertawa, menimbulkan suara kekehan.

"Lalu kenapa Seo? Apa Hiyyih berniat menjodohkan seseorang pada Kak Yujin?" tanya Kai. "Atau mungkin, kau diam-diam menyukai pemuda itu?"

Dan Kai yang menggoda dirinya adalah kelemahan Youngeun.

Meski gadis itu belum tahu seperti apa perasaannya kini tengah berlabuh pada siapa, pertanyaan dengan nada menggoda dari Kai seakan bisa membuat dirinya secara spontan menunduk dengan wajah sedikit memerah.

"Aku tidak menyukai Hendery Wong."

Youngeun tidak akan berbohong bila Hendery Wong itu mirip seperti patung dewa yang ada di kuil, sebuah pahatan sempurna yang terlalu indah untuk jadi nyata. Tubuh tegap, perangai yang terlihat ringan namun penuh wibawa, entah karena apa Youngeun seakan bisa melihat aura mahal dan mewah menguar dari tubuh si Marquess muda. Namun itu bukan selera Youngeun, dia suka seseorang yang terasa nyata.

Mungkin tipikal laki-laki idamannya akan seperti seorang berwajah biasa saja hingga hanya Youngeun saja yang  mau menerimanya.

Seseorang yang tidak akan bisa direbut oleh gadis lainnya atau pun berpikir untuk melirik gadis lain.

Karena menjadi adik seorang Johnny Seo sudah membuat Youngeun kesal untuk berurusan dengan pemuda tampan.

"Menyukai pun juga tidak masalah. Seo sudah besar, itu hal yang wajar," ucap Kai membuat Youngeun menaikkan pandangan. Menampilkan raut wajah yang sedikit memendam rasa kecewa. "Menyukai seseorang itu wajar Seo, semua yang dewasa pasti akan mengalaminya entah itu aku, kau, Kak Johnny ataupun Hiyyih."

***

"Nona Sakamoto—"

"Kak Mashiro sedang keluar, Tuan Putri Kerajaan memanggilnya untuk mendoakan masa depan kerajaan yang semakin diujung tanduk ini." Gadis berperawakan tegap dengan kedua tangan yang berada di pinggang menjadi yang pertama kali Youngeun lihat kala pintu kamar asrama yang dihuni Mashiro terbuka. "Kau sudah membuat janji dengannya?" Tidak perlu waktu lama bagi Youngeun untuk tidak tahu bila yang ada di hadapannya adalah Dayeon Kim. Si yang diramalkan akan menjadi ujung pedang dari kerajaan Tsaritsa. "Sepertinya tidak ya?"

Meneguk ludahnya kasar. Youngeun tahu bila ini salahnya. Kesalahannya lagi pada hari ini yang dia lakukan karena terlalu terburu-buru.

"Kak Dayeon, ada siapa?" Sebuah suara dari dalam kamar membuat pintu itu terbuka sedikit lebih lebar. Menampilkan wajah seorang gadis pemilik rambut hitam yang dikepang cantik. "Oh, kau. Aku mengenalmu di kelas melukis."

Dayeon mendecih dan menjauh dari daun pintu. "Silahkan menikmati reuninya," cibir Dayeon sebelum benar-benar pergi.

Gadis dengan tinggi terbilang mungil itu terlihat tidak begitu terganggu. Kelakuannya hampir mirip seperti Youngeun, perbedaannya gadis ini masih memiliki hawa bila dia masihlah polos dan keceriaannya adalah suatu hal yang murni, bukan di buat-buat.

"Ayo, lebih baik kita berjalan-jalan sebentar. Kak Mashiro pasti baru kembali beberapa jam lagi," ajak gadis itu dengan riang.

I Love How I'm CalledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang