32

75 20 0
                                    

"Siapa yang membenci siapa?"

"Bukan siapa-siapa, kau masih terlalu kecil," jawab Mashiro membuat Hikaru mencibir. "Oh, Ksatria Park. Lama tidak berjumpa, apa Anda datang karena debut atau karena apa? Aku tidak melihat Anda selama pesta berlangsung."

Sunghoon sedikit membungkukkan badannya. "Jangan terlalu formal padaku, Kak," ucapnya. "Sebenarnya tidak bia dikatakan bila aku sedang debut karena aku baru saja lulus dari akademi, ayah juga sudah setuju bagiku untuk menunda debut hingga mendapatkan tanah dan gelar yang mapan dengan tanganku sendiri di Markgraf. Aku kemari karena Lady Freifrau menyuruhku untuk si kecil ini."

"Hei! Kau!" Hikaru hampir kembali memukul Sunghoon bilamana tidak dihentikan oleh Mashiro.

"Hikaru jangan!" ucap yang paling tua menengahi dengan Sunghoon yang kini bersembunyi di balik punggungnya. "Kau sekarang mungkin lupa dan dulu juga tidak tahu, tapi Sunghoon lebih tua darimu."

Sebenarnya tidak juga. Hikaru tahu hal itu.

Meski dulu semasa kanak-kanak tinggi pemuda ini sepantaran dengannya, Hikaru tidaklah terlalu polos untuk tahu bila keponakan Duke Park yang hobi membolos itu terpaut dua tahun lebih tua darinya. Hikaru hanya basa basi, sekaligus malas untuk memanggil seseorang dengan kelakuan menyebalkan dengan imbuhan 'Kak'.

Anak laki-laki yang dulu sering mengajaknya membolos hanya untuk memiliki seorang teman untuk berseluncur di atas permukaan danau di pinggiran Markgraf yang membeku tiap akhir hingga awal tahun.

"Oh iya, Kak. Aku ingin bertanya karena Hikaru yang menceritakannya padaku," ucap Sunghoon memulai percakapan pada sesuatu yang selalu dibenci Hikaru, keseriusan. "Apa benar, di wilayah Furstin beredar rumor bila Dayeon Kim adalah putri di luar nikah dari adik perempuan Earl Grafinya?"

Mashiro menunjukkan raut terkejutnya, tapi tidak bertahan lama. Ditambah faktor bila Hikaru degan tiba-tiba saja menyala. "Aku alergi dengan semua ini!" sentaknya yang justru menunjukkan raut yang benar-benar terkejut pada wajah Mashiro. "Kak Mashiro. Sunghoon. Izinkan aku untuk kembali ke Rumah Putri daripada menjadi gadis bodoh pada sebuah percakapan politik. Hikaru Ezaki undur diri."

Melangkah dengan langkah ringan seperti tidak memiliki beban dan dosa karena telah bersikap tidak sopan. Hikaru rasa dia ada pasti akan terkena karma.

Tapi tidak sekarang.

"Kau kembali sendirian?" tanya Mashiro.

"Tidak, Niki bersamaku. Meski bukan untuk debut, di datang karena penobatannya sebagai Earl akan berlangsung pada akhir musim ini."

Niki?

Riki Nishimura?

"YA! HIKARU PERHATIKAN JALANMU!" Sunghoon tentu saja berteriak sebagai bentuk spontanitas kala gadis yang semula dia pikir akan kembali ke Rumah Putri dengan santai dan langkah kaki ringan tanpa dosa itu tiba-tiba saja berlari. Seakan baru saja dikejar seekor anjing penjaga. "Anak itu. Benar-benar kekanakan."

"Hikaru bukan kekanakan. Anak yang memberikan rekasi berlebihan kadang kali mereka bukannya kekanakan, hanya jujur pada apa yang mereka rasakan." Mashiro mengoreksi sambil sedikit menelengkan kepalanya. "Tapi, lagi pula, ini tentang Niki. Dia satu-satunya anak di Furstin yang bisa menghabiskan banyak waktu membolos bersama Hikaru setelah kepindahanmu ke Kniagina. Itu pun tidak terlalu sering karena bagaimanapun juga Niki harus berada di Condesa."

"Pasti sedih rasanya saat tahu bila saudara sepupumu itu justru dekar dengan orang asing."

"Tidak juga. Aku malah menyukai hal ini."

"Oke. Aku mencoba memahami hal itu, kau ingin menjodohkan mereka?"

Hikaru menyukai Niki.

Siapapun tahu itu dan sering melihat dua anak dari Furstin itu kemana-mana bersama selayaknya saudara kembar yang berbagi sel otak yang sama. Niki adalah anak kecil pendek yang menemani Hikaru selama tiga tahun setelah kepergian Sunghoon. Dulunya sebelum anak itu juga pindah. Hikaru ingat bila dia kala itu pernah menangis hampir seharian dan berakhir berucap kasar pada Kniagina karena berpikir gempat itu adalah perebut teman-temannya.

I Love How I'm CalledWhere stories live. Discover now