54

83 16 1
                                    

Xiaoting rasa dirinya sudah gila kala menyanggupi ucapan Kun.

Berdiri di belakang si pemuda, ruangan itu memang tertutup dari pandangan luar mengingat korden jendela yang sengaja tidak dibuka. Namun dalam kondisi yang agak temaram seperti ini, Xiaoting justru merasa jika waktu berjalan lambat.

Melucuti gaun luaran yang dia kenakan sambil sesekali mencuri pandang pada Kun yang sama sekali tidak terganggu. Xiaoting mulai melucuti pakaiannya secara bertahap, dia masih sadar dan tidak naif bila si saudara bagaimana pun juga adalah seorang pemuda normal. Maka Xiaoting masih menyisakan dalaman tipis alih-alih melepaskan semuanya secara total. Entah perasaannya saja atau suara teriakan Xiaojun kini sudah tidak lagi terdengar, membuat suasana menjadi lebih menakutkan.

Beruntung gaun yang digunakan Xioating bukanlah tipikal yang rumit. Hanya sebuah gaun sederhana layaknya gadis desa hingga tidak butuh waktu lama untuk melepasnya.

"Aku sudah selesai." Xiaoting berucap kala dia sudah selesai mengenakan pakaian serupa golongan bangsawan kelas menangah ke bawah. Kemeja berkerah rendah dengan jas hitam senada dengan celana berwarna coklat kemerahan.

Indra pendengaran Xiaoting menangkap sebuah gerakan pelan sang Duke dari Caballero itu beranjak dari duduknya. Mengambil langkah mendekat pada Xiaoting, membuat si gadis harus sedikit mendongak mengingat perbedaan tinggi yang hampir menyentuh angka 10 senti. Cahaya matahari sore yang sesekali mengintip dari celah-celah korden menghiasi wajah keduanya.

"Sepupu-" Xiaoting baru saja bermaksud untuk menghilangkan suasana aneh yang berada di antara keduanya kala Kun memotong hal itu dengan membalik tubuhnya cepat. Terkejut pastinya, hampir sedikit limbung bila kedua tangan Kun tidak menahan pundak Xiaoting erat.

Kedua tangan Xiaoting masih dalam posisi membekap diri sebagai bentuk keterkejutan kala jari jemari Kun terlihat bergerak di belakang sana. Mengumpulkan rambut sewarna kecoklatan Xiaoting dengan perlahan seakan sentuhan dari tangan dari dia yang sudah belasan kali terlibat dalam peperangan bisa menyakiti si gadis bila diberi tenaga lebih. Mengikat lalu menggulung tinggi rambut itu sebelum menyembunyikannya pada sebuah topi yang sedari tadi berada di atas meja.

"Sudah, kau bisa berbalik sekarang."

Dalam posisi sedekat ini, Xiaoting rasa Kun pasti tahu bila dirinya tengah dalam kondisi yang tidak tenang. Pundak yang bergerak naik turun tidak pasti. "Sepupu." Xiaoting yang sebenarnya berencana menanyakan sesuatu seketika merasa urung kala melihat sorot sendu yang ditujukan Kun pada dirinya.

"Apa kau takut padaku?"

Butuh beberapa waktu sendiri bagi Xiaoting sebelum menjawab hal itu dengan sebuah gelengan pelan.

Xiaoting yakin dirinya tidak takut pada Kun. Berpikir bila mungkin Kun menganggap semua yang telah gadis itu lakukan karena tidak pernah menolak ucapannya berlandaskan pada sebuah ketakutan, tidak salah memang. Namun itu tidak benar. Xiaoting melakukan itu semua dikarenakan dia percaya dan menghormati Kun.

Maka saat tangan kanan Kun menggengam lalu menarik tangan kanannya, Xiaoting tidak melawan. Melakukan hal itu karena secara sepenuhnya merasa percaya.

"Apa kau takut padaku?" ulang Kun.

Dan kali ini Xiaoting menjawabnya bukan hanya sebatas dengan gerakan tubuh. "Aku percaya pada saudara sepupu."

"Lalu kenapa kau menyembunyikan hal ini dariku."

Apa yang terjadi selanjutnya tidak pernah terbayangkan dalam otak Xiaoting.

Berpikir alasan mengapa Kun membawa tangan kanannya adalah untuk menjalin sebuah relasi, ternyata adalah sebuah kesalahan. Kun tidak menggengam tangannya, jangankan sebagai saudara alih-alih relasi politik juga tidak.

I Love How I'm CalledWhere stories live. Discover now