43

67 16 0
                                    

Dayeon sebenarnya bukan seorang yang suka menggunakan hatinya dalam memutuskan sesuatu. Dia sangat menyukai hal itu. Memutuskan sesuatu sesuka hatinya tanpa memikirkan perasaan orang lain, Taehyun bahkan sering mengatakan jika dia adalah gadis paling egois yang pernah pemuda itu temui. "Undang aku bila pada akhirnya nanti kau akan bertemu dengan seseorang yang menggunakan pikirannya. Kalian berdua pasti akan berdebat sengit."

Dayeon bisa membayangkan hal itu dan juga bisa dibilang cukup menantikannya.

Jadi mana kala dirinya bertemu dengan Beomgyu yang mana selalu menggunakan pikirannya untuk bisa menyelesaikan masalah namun tetap menghargai orang lain, Dayeon sebenarnya agak tertantang. Namun sepertinya perdebatan yang terjadi tidak sehebat bayangannya.

Pertemuan pertama di aula dansa, Beomgyu memberikan kesan sebagai seorang yang menyebalkan dan suka ikut campur dalam urusan orang lain. Meski Dayeon cukup tahu bila apa yang pemuda itu lakukan pada hari itu semata-mata tidak lebih sebagai upaya untuk menahan pergerakan si gadis Kim dari Grafinya. Beberapa pertemuan selanjutnya terasa berjalan lebih normal karena keduanya mulai bisa mengenali karakter masing-masing. Dan hal menarik terjadi pada pertemuan tidak sengaja mereka yang mungkin saja bisa menjadi alasan untuk pertemuan-pertemuan mereka di masa depan.

Setidaknya Dayeon berpikir begitu. Beomgyu mungkin seorang yang menyenangkan untuk diajak bicara bila pemuda itu tengah fokus.

"Menemani Nona Ezaki? Anda pasti bercanda," ucap Dayeon setengah tertawa dalam jalannya menuju perpustakaan bersama Beomgyu yang beberapa waktu tidak sengaja bertemu dengannya. Pemuda yang beberapa waktu lalu memberinya saran untuk menjalin hubungan dengan Hikaru Ezaki. "Anda mungkin lupa tapi gadis itulah yang membuatku mendapatkan pengawasan lebih pada awal musim debut."

"Itulah yang aku maksudkan," jawab Beomgyu dengan nada yang terdengar seperti main-main.

"Anda pasti bercanda."

"Tidak. Ini namanya memanfaatkan kesempatan, gadis layang-layang."

"Aku belum mengatakan jika aku setuju dengan panggilan itu mohon maaf sebelumnya."

"Aku tidak memerlukan izinmu," jawab Beomgyu dengan sebuah cengiran guna memberikan kesan polos namun justru terasa menjijikkan bagi Dayeon. Ada sedikit rasa iba yang membuatnya ingin mengenakkan Beomgyu pada Yeseo agar bisa berlatih dalam menunjukkan ekspresi polos. "Di antara semua debutan dan pelayan, Anda pastilah yang memahami bagaimana rasanya dianggap sebagai penghianat. Anda mungkin bisa memberikan satu atau dua saran pada Nona Ezaki agar bisa memanfaatkan keadaan ini?"

"Anda ingin memujiku atau apa?" tanya Dayeon. "Lagi pula, pada situasi seperti ini Anda masih memikirkan orang-orang Furstin?"

Mengehentikan langkahnya, Beomgyu membuat Dayeon melakukan hal yang sama. Dengan posisi tubuh yang kini saling menghadap satu sama lain. "Aku yakin Anda memiliki sesuatu yang sebenarnya cukup diinginkan oleh Nona Ezaki. Selain pengakuan rasa percaya, gadis muda yang berapi-api seperti dirinya biasanya dapat dengan mudah jatuh cinta pada seseorang." Dayeon menaikkan sebelah alisnya, tindakan tidak sopan tapi masa bodoh dengan hal itu, dia hanya tidak paham dengan apa yang diucapkan oleh Beomgyu. "Jangan berpikiran aneh-aneh. Yang aku maksudkan adalah Ksatria Nishimura, dia ada di pihak Anda, bukan?"

Menghela napasnya. Dayeon ingin mentertawakan pikiran yang bisa-bisanya berpikir bahwa yang ditanyakan oleh Beomgyu adalah sesuatu yang seperti orientasi ketertarikan romansa. Tapi mendengar nama keluarga Nishimura, membuat gadis itu merubah sorot matanya. "Darimana Anda tahu itu semua?" sergah Dayeon cepat sambil mengambil satu langkah mendekat. Memojokkan Beomgyu pada dinding. "Apa Anda adalah kaki tangan si anonim?"

Beomgyu terlihat menghela napasnya, menahan jarak antara dirinya dengan Dayeon agar tidak semakin terkikis. "Apa Anda merasa terancam?" tanya Beomgyu. "Sudah pernah aku katakan bila orang-orang sering mengabaikanku, orang denganmu mengabaikanku Nona Kim. Tidak seperti Anda yang kini justru menaruh perhatian lebih. Tapi tenang saja, aku tidak akan mengatakan hal itu pada Marquess Choi, dia musuhmu."

"Aku rasa aku tidak memiliki masalah dengan kakakmu."

"Memang tidak tapi mungkin akan. Kakakku berada di pihak Tuan Putri Kerajaan, dia bahkan menasehatiku untuk mulai menjauhimu."

Menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Itu artinya ada ketakutan kau akan membocorkan rahasianya padaku," ucap Dayeon sedikit mendongak. Bila bersama dengan dua kakaknya, Beomgyu mungkin bisa dikata terlihat mungil, namun bila dibanding dengan dirinya si pemuda itu sudah terbilang tinggi. "Anda mengenal si anonim?"

"Anda juga mengenal si anonim Nona Kim jika Anda lupa."

Dayeon sedikit lengah. Ada sebuah kebiasaan baginya untuk menatap lawan bicara tepat pada mata mereka untuk mencari apa sebenarnya yang diinginkan. Langkah yang agaknya perlu dicatat karena tidak mempan untuk Beomgyu. Saat Dayeon mencoba menelisik kejujuran dalam sorot mata gelap itu, gadis itu justru jatuh pada tatapan mata yang dipenuhi daya tarik. Sesuatu yang bisa membuat Dayeon menjadi lalai dan tergiur untuk sedikit menurunkan pertahanan dirinya.

Dan dalam kelalaian itu, Beomgyu memanfaatkannya. Layaknya momentum yang dinanti karena mungkin tidak akan datang untuk kedua kalinya.

Dalam gerakan lambat Dayeon bisa merasakan sentuhan lembut nan canggung yang tiba-tiba saja terasa dipingangnya. Tubuh Dayeon kemudian diputar, saling bertukar posisi dengan Beomgyu yang kini tengah memojokkan dirinya. Tubuh yang secara paksa dipojokkan itu mungkin akan sedikit merasa sakit kala bertabrakan dengan dinding bila tangan kiri Beomgyu berada di pundaknya. Seakan memberikan perlindungan.

"Aku tidak pernah tahu kau bisa senakal ini, Choi."

Suara berat nan serak membuat Dayeon tersadar bila Beomgyu kini mungkin tengah mencoba untuk menyembunyikan dirinya. Menyembunyikan bukti kalau keduanya baru saja membicarakan sesuatu yang sebenarnya terbilang privasi. Perdebatan dan rasa curiga yang membuat Dayeon terfokuskan pada Beomgyu mungkin membuat gadis itu tidak mendengar suara langkah kaki yang mendekat.

"Ah, Marquess Wong. Aku kira siapa," ucap Beomgyu dengan nada agak canggung entah suatu hal yang disengaja untuk memberikan kesan tambahan atau memang itulah yang si pemuda rasakan. Namun tetap tidak bergeming dari posisinya yang masih memunggungi Hendery, hanya sedikit menoleh, bergerak sedikit saja maka Dayeon akan ketahuan. "Bisakah Anda pergi tanpa keributan? Aku mohon, kami bahkan baru memulainya."

Jika bukan karena dalam posisi tersudut Dayeon ingin mencekik Beomgyu.

"Ah, ini menggelikan. Baiklah, aku paham dengan dirimu. Pasti susah menahan hormon disaat kau bungsu dengan tiga kakak yang belum menikah." Suara tawa terdengar dari Hendery sedangkan Beomgyu hanya membalasnya dengan tawa canggung. "Aku sarankan untuk meminjam beberapa ruangan daripada harus melakukannya di sini. Oh, dan atau lagi, setidaknya kau harus memberikan alasan bila Marquess Choi sampai mengetahuinya."

Marquess Choi. Yeonjun Choi.

Hendery benar, sosok itu penuh akan tipu muslihat.

Dengan hubungan yang sebatas saling kenal seperti ini saja Beomgyu sudah mendapatkan peringatan untuk tidak dekat-dekat dengan Dayeon.

Tubuh Beomgyu baru menjauh kala langkah kaki Hendery sudah tidak lagi terdengar. "Maaf, aku tidak punya cara lain," ucapnya dengan napas yang bisa dikatakan tidak tenang. "Tapi ingat kembali kata-kataku, usahakan untuk dekat dengan Nona Ezaki. Seorang yang memberikan kepercayaan pada dia yang disudutkan adalah orang yang paling beruntung, karena dia akan membalas dengan segala hal yang dimiliki."

Dayeon masih bersandar pada dinding. "Kenapa?"

"Anda bertanya kenapa? Bukankah sudah jelas?" Beomgyu sedikit berjengit tidak percaya dan bingung bagaimana bisa Dayeon justru bertanya 'kenapa?'. "Itu yang namanya balas—"

"Aku sudah tahu apa itu balas budi!" potong Dayeon cepat. "Yang aku tanyakan, kenapa Anda melakukan ini? Memberitahuku untuk melakukan hal itu?" Perlu diingatkan bila Beomgyu adalah adik dari Yeonjun yang notabene calon musuh Dayeon.

"Karena hanya Anda yang bisa meliahtku."

I Love How I'm CalledWhere stories live. Discover now