86

60 12 0
                                    

Nama Xiaoting Shen memang tidak pernah terasa asing seperti nama-nama gadis yang berasal dari wilayah lain lainnya.

Hampir sama kasusnya dengan Dayeon Kim, nama Xiaoting itu meninggalkan sebuah pesan dan kesan yang lebih berbobot dari pada gadis-gadis biasa. Mungkin yang paling berat. Bukan berarti gadis-gadis lainnya lebih rendah dari sosok itu, Xiaoting bagaikan sebuah lambang atas kehidupan bebas yang diinginkan mereka. Xiaoting mungkin terlihat tidak melakukan apa-apa, namun dia selalu bisa menjadi pusat perhatian.

Dan bagi Soobin, itu aneh.

Patut untuk diselidiki.

Selain karena sosok itu pada waktu sekolah pernah sekali bermasalah dengan Yeonjun. Mengatai bila, "Mengapa seorang sepertimu yang di masa depan harus menjadi Marquess Choi?"

Tidak ada yang pernah meragukan Yeonjun atas jabatannya. Semua selalu setuju dan sepaham bahkan sedari usia dini bila si pemuda memang yang paling cocok untuk posisi itu. Lalu seperti apa tolak ukur dari Xiaoting?

Soobin lupa-lupa ingat kapan dia melakukan tindakan mata-mata pada Xiaoting. Hanya ingat kalau itu bahkan terjadi sebelum musim debut pertamanya, dibantu oleh Duke Qian pastinya, yang meski dirasa-rasa Soobin itu bukanlah sebuah bantuan. Karena sosok itu justru seperti diam-diam mengiring Soobin pada sisi jalan yang salah, bukannya mendekat justru semakin menjauh dari tujuan. "Kak Kun menyukai Tuan Putri Herzogin?" Kala itu Xiaoting belum mendapatkan gelarnya sebagai Duke.

Soobin juga sebenarnya hanya asal berceloteh. Dia tahu bila Kun adalah sepupu dari gadis yang tengah dia selidiki, tindakannya cukup masuk akal. Yang tidak masuk akal adalah Kun yang justru berdeham, menganggukkan kepalanya, memberikan respon bila dia sejalan dengan apa yang diucapkan secara asal oleh Soobin.

"Ah, aku tidak terkejut, tipe Kakak berarti gadis yang memiliki aroma seperti siap terjun ke medan perang."

"Itu bukan tipe, itu Xiaoting. Hanya dia."

"Kalau begitu, apa Kakak tidak mau membantuku?" Soobin bertanya sambil memasangkan sebuah senyuman. Sedikit membuat suaranya agar bernada cukup halus, seperti seorang anak yang meminta uang saku tambahan pada neneknya. "Apa Kakak tahu siapa putri pertama dari Duke Herzogin?"

"Itu Xiaoting."

"Bukan itu, maksudhku, tentang rumor bila dia memiliki seorang Kakak. Apa benar sudah meninggal? Aku yakin Kak Kun tahu sesuatu."

"Duke Herzogin hanya memiliki Xiaoting." Soobin hampir kembali berucap atau mungkin lebih memilih pergi karena yakin bila Kun tidak akan membantunya, bila saja tidak menyadari bila, sejak kapan kebenaran terdengar seperti kebohongan? "Yang hidup adalah Xiaoting.  Begitupun yang meninggal, itu juga Xiaoting."

Dari penyelidikan pribadi, rumor ini berasal dari seorang pelayan yang secara tidak sengaja menemukan gundukan tanah tanpa batu nisan di pemakaman keluarga Shen. Gundukan tanah yang dari ukurannya terlihat bila yang terbaring adalah anak kecil.

Sebuah skenario tentang Tuan Putri Pengganti seketika saja terpikirkan oleh Soobin. Itu hal yang bisa dikatakan cukup wajar untuk terjadi pada tahun-tahun ini terlebih lagi dikarenakan kemunculan demam burung Kolibri yang merenggut banyak nyawa bangsawan muda. Para anak haram yang selama ini hanya bisa bersembunyi dan dititipkan pada keluarga setingkat Baron, seketika saja mendapatkan harapan baru mereka untuk merasakan yang namanya 'nama keluarga' yang sah.

Tapi Kun lagi-lagi membuat Soobin berhenti dari imajinasinya. "Mereka yang hidup selalu mengatakan bila kematian pertama adalah yang paling menyakitkan."

"Bagaimana dengan kematian yang sebenarnya?"

"Entahlah. Kau coba saja sendiri, bertanya pada mayat orang yang baru saja kau bunuh."

Meski konyol setidaknya Soobin tahu bila makam itu hanyalah perumpamaan bila jati diri Xiaoting yang asli telah menghilang. Mungkin dirinya yang asli adalah anak gadis yang manis terlewat baik hati hingga terlalu mudah untuk dibunuh. Bukannya sosok penuh wibawa seperti yang kini ada di depan Soobin.

Xiaoting duduk di sofa, meluruskan kakinya dengan mata tertutup dan kepala bersandar pada tangan kanannya yang bertumpu pada tangan kursi. Tapi sama sekali tidak menurunkan pengawasannya.

"Pertama. Kita sama. Aku sama bencinya dengan dirimu dan Marquess Choi hingga ingin membunuh Marquess Ezaki, memasukan tubuhnya ke liang lahat, menyisakan kepalanya saja di bagian atas untuk menikmati penyiksaannya. Jadi bila kau khawatir aku dan Hendery akan mengkhianati Tsaritsa, itu suatu hal yang tidak perlu, buang-buang waktu. Kami tidak akan melakukannya." Hal yang Soobin nilai di sini bukanlah pemilihan kata yang Xiaoting gunakan meski itu terdengar sangat bila dia seperti benar-benar benci. Tapi nada. Nada yang dipakai lebih seperti tahap terakhir atas gejolak emosi masa remaja, balas dendam.

"Aku tidak akan bertanya mengapa Anda bisa sebenci itu pada Marquess Ezaki."

"Hampir sama seperti Youngeun, aku juga korban dari sosok itu." Padahal Soobin sudah mau memposisikan diri, mencoba untuk seperti Yeonjun, yang bisa menaruh rasa percaya. Tapi sepertinya Xiaoting sudah menyelidiki kebiasannya untuk memasang berlapis-lapis prasangka pada orang asing. "Sore ini, pergilah ke rumah kaca, aku menempatkan seorang pelayanku di sana. Bawalah dia pergi ke kerajaan Riena, jalur hutan adalah yang paling aman dari para penyamun karena keluarga Park sendiri yang mengelola tanah itu. Meski begitu Hikaru mengatakan jalannya jadi sedikit terjal pada musim seperti ini, aku harap kau bisa berhati-hati karena pelayanku itu tengah mengandung."

"Tunggu, sebentar!" Soobin mengajukan keluhan, masalahnya tanda ada perkenalan atau apa Xiaoting sudah menyuruhnya untuk melakukan hal yang tidak biasa. "Siapa Anda berani menyuruhku melakukan hal ini?"

"Apa menurutmu kedatangan kami hanya untuk membereskan Marquess Ezaki?"

"Dan apakah mengamankan seorang pelayan adalah hal yang penting? Apa Anda ingin mengirimnya sebagai budak hadiah secara terahasia guna mendapatkan hati salah satu bangsawan Riena?" Soobin sebenarnya tidak yakin karena mengapa seseorang ingin menyelamatkan pelayan yang hamil? "Dia bukan dihamili oleh salah seorang bangsawan dan Anda ingin membuatnya berada di perlindungan Riena, kan? Apa dia dihamili oleh Ksatria Sihir Lee?" Sebenarnya Pangeran Jake juga bisa, tapi rasanya itu terlalu lancang unguk diprasangkakan

Xiaoting menggelengkan kepalanya. "Tidak, bawa saja yang bersangkutan ke Riena dengan selamat. Kau bisa bertanya pada Ksatria Park tentang jalur hutan itu. Untuk perkara bisakah menembus gerbang atau tidak, itu serahkan saja padaku, karena nanti sore tempat ini akan aku pastikan berakhir menjadi lautan api. Dan ngomong-ngomong, sejak kapan kau dekat dengan Duke Qian hingga memanggilnya Kakak?"

I Love How I'm CalledWhere stories live. Discover now