85

69 13 0
                                    

Salah seorang mata-mata membangunkan Soobin dari tidur lelapnya. Beberapa hari tinggal di Markgraf dan semuanya telah hampir sempurna, semua bukti telah ada dan kini dia hanya tinggal menunggu momentum untuk pergi dari kota ini. Selama itu pula Soobin terpaksa untuk tidur pada salah satu kamar yang ada di kediaman keluarga Park. Dia bukan lagi seorang pelayan pedagang, sedikit naik tahta menjadi pelayan Sunghoon.

Ah, ralat budak.

Mungkin itu juga alasan mengapa Soobin ditempatkan pada kamar yang seperti ini. Berlokasi di ruangan bawah tanah dekat tempat dimana kandang kuda berada. Sebuah kamar sempit dengan alas serupa kasur keras entah dari apa, tanpa adanya bantal apa lagi selimut. Mengerikan memang karena jauh berbanding terbalik dengan kamarnya yang berada di kediaman Choi di Boyar, medan perang yang mengerikan bahkan masib membiarkan Soobin untuk tidur pada sebuah tenda besar yang nyaman. Ah, kamar tidur para pelayan yang ada di rumahnya juga lebih bagus.

Tapi kau bukan pelayan Soobin, kali ini kau adalah budak.

Seseorang yang bahkan tidak memiliki hak atas kehidupannya sendiri. Yang bahkan kematian pun tidak benar-benar dapat membebaskan. Soobin harusnya tidak perlu merasa keberatan, bukankah hidupnya sendiri sudah seperti itu?

Menjadi anak laki-laki kedua Marquess Choi, berarti menjadi bayangan dari sang Kakak.

"Ada apa?" tanya Soobin pada Sunghoon yang kedapatan memanggilnya untuk menghadap. "Aku berani bertaruh para pelayanmu yang tidak tahu akan bergosip bila Ksatria Park diam-diam menaruh perhatian pada seorang budak laki-laki yang baru saja datang dari Kniagina."

"Tidak masalah, setidaknya mereka tidak akan curiga dengan keberadaan Kak Soobin di sini," jawab Sunghoon lalu menyerahkan sebuah gulungan surat yang habis dia baca. "Ada rombongan yang datang."

"Dari Kniagina?"

Sunghoon menganggukkan kepalanya. "Lebih tepatnya rumah debutan."

Soobin rasa dia masih bisa menyembunyikan raut wajah terkejutnya. Ada yang bertunangan? Di situasi seperti ini? Konyol sekali. Tapi tidak bertahan lama kala membaca dua nama bangsawan berbeda ideologi yang tertulis pada surat undangan itu. Sudah pasti mereka yang akan bertunangan, bukan? Jika tidak buat apa dituliskan? "Ini bukan lelucon, kan? Kak Yeonjun tidak mungkin membiarkan hal ini tanpa sepengetahuannya."

Soobin tahu bila Yeonjun menyukai Mashiro, tapi dia tidak percaya bila sang Kakak akan bisa mempertaruhkan kesetiaan keluarga Choi hanya untuk memihak si gadis Sakamoto.

"Ini terjadi atas persetujuannya, di bawah pengawasannya." Sunghoon menjawab lalu menoleh pada salah satu sisi jendela. "Anda bisa keluar sekarang Ksatria Nishimura."

Nishimura? Soobin mungkin agak asing dengan sosok jangkung yang keluar dari persembunyiannya di balik tirai jendela yang ditutup guna menghalau cahaya matahari. Namun nama keluarga yang di pakai sangatlah familiar, Soobin tentu tidak akan berbohong bila sosok itulah yang nanti akan menggantikan posisi Earl Sakamoto.

Saudara sepupu Mashiro yang bagi Soobin hidup selayaknya anjing dengan tali kekangan.

Sosok Choi itu ingin sekali tertawa. Mendapati bila tiga dari mereka yang berkumpul di ruangan ini adalah anjing penjaga bagi keluarga masing-masing. Para anjing yang mengabdikan diri pada pemimpin keluarga.

Soobin rasa dia harus berhati-hati.

"Kami yang bertahan di rumah debutan terpaksa melakukan hal ini karena tidak ada lagi cara yang bisa dilakukan untuk dapat mengabarkan pada kalian berdua untuk segera kembali. Mengirimkan pesan lewat kurir rahasia juga bukan hal yang bagus karena Lady Freifrau berhasil membalikkan keadaan," ucap Niki diikuti dengan beberapa pelaporan terkait kondisi yang ada di kedua rumah debutan selepas keberangkatan Sunghoon dan Soobin. "Meski para penyamun masih mendominasi para pelayan, Lady Freifrau secara bertahap mulai memberikan balasan. Beberapa bangsawan yang berada di pihak kita menghilang."

"Diculik." Soobin meralat. "Siapa saja?"

"Viscount Seo, Duke Gertsog, Dayeon Kim dari Grafinya, dan Beomgyu Choi dari-"

"Kalian berani mengusik seorang Choi?!" potong Soobin menyentak. Entah mengapa tidak pernah bisa merasa tenang kala meninggalkan keluarga Choi hanya dengan berada di bawah pengawasan Yeonjun, bukan karena tidak percaya, Soobin hanya memiliki sedikit banyak ketakutan. Termasuk hal ini.

Sang adik bungsu diculik. Dan itu bisa jadi salahnya karena tidak begitu cakap dalam menyelesaikan tugas ini hingga tidak segera kembali ke Kniagina.

Niki tidak memberikan perlawanan saat Soobin menarik tinggi kerah kemeja yang dia pakai. Lain dengan Sunghoon yang sudah berdiri dari duduknya dan mencoba untuk memisahkan keduanya, meski agak sia-sia karena cengkeraman Soobin tidak main kuatnya. "Kak Soobin. Kak!" Jika boleh jujur Sunghoon sebenarnya juga tidak begitu dekat dengan Niki, ada sedikit fakta bila pemuda itulah yang disukai Hikaru jadi meski Niki adalah teman dekat dari gadis yang dia taksir, Sunghoon merasa jika keduanya tidak bisa dekat untuk waktu-waktu ini.

Bukannya tidak suka, hanya lebih baik cukup menjaga jarak daripada ada hal buruk yang terjadi.

Namun bagaimana pun juga saat ini Soobin tengan memegang identitas sebagai seorang budak, bisa jadi masalah bahkan nanti sore ada kepala yang terpenggal di alun-alun bersamaan dengan rumor seorang budak yang menyerang seorang ksatria. Dan Sunghoon adalah orang yang membubuhkan tanda tangannya dalam surat tanda kerja perbudakan palsu milik Soobin sebagai seorang majikan.

"Bukankah Nona Sakamoto telah berjanji bila tidak akan ada satupun dari keluarga Choi yang akan terluka?" Yeonjun yang memberitahu Soobin hal itu. Soobin seharusnya tidak terlena, tidak dengan mudah merasa percaya dan melakukan penyelidikan lebih lanjut dahulu, bulannya meninggalkan Yeonjun dengan banyak masalah.

"Kak Soobin tenanglah, biarkan Niki melanjutkan ucapannya." Soobin tau, sebelum dirinya dipanggil Niki pasti telah lebih dahulu membicarakan hal ini dengan Sunghoon. Apa yang bisa dia harapkan kala berada di tanah yang asing? Meski Sunghoon mengklaim bila keduanya bisa menjadi kawan yang dekat karena nasib yang hampir sama, Soobin rasa tidak.

Tidak begitu buruk. Namun juga tidak begitu bagus.

"Untuk Duke Gertsog dan Viscount Seo, aku akui hal itu. Aku dan Nona Sakamoto terlibat di dalamnya dan kami telah mencoba sebisa mungkin mengamankan diri mereka." Kalimat Niki yang barusan diakhiri dengan nada yang menggantung, membuat Soobin tidak bisa menahan dirinya untuk tidak membayangkan hal yang tidak-tidak. Kemungkinan terburuk sudah di depan mata tapi apakah salah bila Soobin berharap?

Dari pada Yeonjun, jauh lebih banyak darah yang menetes dari ujung pedangnya. Soobin tahu dia pendosa bahkan meski telah sebisa mungkin mendekatkan diri pada semesta.

"Dayeon Kim dan Beomgyu Choi menghilang."

"Kak Soobin!"

Satu pukulan benar-benar melayang pada sudut bibir Niki, membuat ksatria itu sedikit terhuyung ke belakang sambil memegang sesuatu yang kini beraroma anyir.

"Aku mungkin tidak akan membunuhmu sekarang ini." Kata menghilangkan sebenarnya dapat memiliki dua arti. Kemungkinan pertama adalah tentang Lady Freifrau yang sengaja tidak memberitahu Niki dan Mashiro karena merasa curiga. "Berdoalah bila adikku itu kini tengah bersembunyi dan bersiap untuk membunuh Lady yang selalu kalian bangga-banggakan itu."

Kala mendengar nama Dayeon ikut terseret, Soobin bisa dikata cukup lega. Dia tahu seberapa licik gadis itu dalam urusan bertahan hidup dan melindungi orang-orang yang dia sayangi. Jika boleh jujur, Soobin bahkan lebih memberikan restu bagi Beomgyu dan Dayeon daripada Yeonjun dan Mashiro. Termasuk alasan pemukulan tadi, Soobin tidak mau pihak sekutu mereka ini bertindak santai.

Perlu ada sedikit ancaman guna menegaskan kekuatan seorang Choi. Dan itu selalu menjadi tugas Soobin, karena citra dari Yeonjun haruslah selalu bersih.

"Lalu mengapa harus Marquess Wong yang bertunangan dengan Nona Ezaki?" Hal yang patut dicurigai, meski Xiaoting berada di pihak kerajaan, hal itu tidak sama menjamin bila Kaiserin yang lain juga akan memihak kerajaan.

Bagaimanapun juga Kaiserin hanyalah negara tetangga yang bekerja sama dengan Tsaritsa. Kehancuran kerajaan ini dengan para pemberontak yang mereka dukung pastilah akan menghasilkan balas budi yang cukup banyak.

"Agar Duke Herzogin memiliki alasan untuk kemari."

I Love How I'm CalledWhere stories live. Discover now