9

123 32 0
                                    

"KAK JOHNNY!"

Youngeun yang semula tengah menggerutu sebal karena sebentar lagi dia akan memulai debutnya kini justru berlari. Menubruk tubuh tinggi besar seorang pemuda yang kini tidak bisa lagi dikatakan muda, sudah memasuki usia dewasa dimana teman-temannya sudah pasti telah menikah bahkan memiliki anak di saat dirinya masih lajang. Viscount Seo yang melihat kedatangan putra tertuanya hanya menggeleng kepalanya. "Lihat. Bujangan ini akhirnya ingat jika dia punya rumah dan keluarga," sindir pria itu sebelum membekap sang putra dengan bangga. "Beri Ayah kabar baik. Kau tidak akan pergi lagi, kan?"

Melepaskan pelukan itu, Johnny mendongakkan kepalanya dengan rasa bangga. "Lebih dari itu. Aku lulus. Dengan penuh kehormatan," ucapnya sambil menyerahkan sebuah perkamen yang di bagian bawahnya dibubuhi sebuah stempel berwarna perak, pertanda bila perkamen itu dikeluarkan oleh salah satu institusi yang telah dipercayai oleh kerjaaan. Ada dua jenis warna stempel yang beredar di wilatah Tsaritsa, yang satu lagi adalah stempel khusus kerajaan dan keluarga bangsawan yang berwarna serupa emas yang kemerahan, identik dengan kesan yang mewah.

Youngeun sempat menanyakan hal itu. Kenapa harus menggunakan warna emas? Kenapa bukan warna lain seperti warna tanag untuk memberi kesan jika golongan bangsawan ingin sedikit mendekat agar bisa merangkul rakyat, namun sang Ayah hanya mengatakan jika para pendahulu ingin stempel itu tidak hanya memiliki kuasa tapi juga memberikan tekanan pada rakyat agar tetap berada pada tempatnya.

Youngeun ingin berteriak keras. Dia memang akan debut tahun ini tapi dengan kedatangan sang Kakak, ada kemungkinan bila Viscount Burggraf akan mengadakan sebuah pesta penyambutan, hal yang wajar dilakukan untuk seorang putra lebih-lebih si pewaris nama keluarga. Hanya saja Johnny masihlah seorang Kakak laki-laki yang sama seperti kebanyakan mereka yang suka berselisih paham ataupun menjahili adik mereka. "Pesta penyambutanku bisa diundur hingga akhir musim ini Ayah, tahun ini adalah milik Youngeun, aku tidak ingin menganggu debutnya."

Ingin sekali bila Youngeun tidak ingat tentang tata krama dan kesopanan yang diajarkan oleh Yujin. "Jujur aku tidak apa. Benar-benar tidak apa. Aku bisa mengikuti debut dipertengahan musim setelah pesta selesai. Bahkan jika mau aku dengan ikhlas dan senang hati akan menunda debutku hingga tahun depan." Jika bisa, Youngeun ingin mengatakan hal itu, karena demi Johnny yang kini sudah lebih tinggi dari ayahnya, dia sangat membenci acara debut.

Youngeun benci pernikahan di tengah masyarakat yang seperti ini. Yang konon menganggap hal itu sebagai suatu yang keramat padahal aslinya para tetua itu sebenarnya telah menodai makna dari pernikahan itu sendiri. Dan Youngeun selalu membenci fakta bila dia terlahir pada kondisi keluarga yang sempat berada di ujung tanduk dan selalu bernasib hampir seperti itu setiap saatnya hanya karena sesuatu hal bodoh bernama perjodohan. Cerita lama tentang Viscount Seo yang sempat tidak kunjung memiliki seorang putra bahkan setelah sepuluh tahun pernikahannya dengan Viscountess Seo, perempuan yang telah melahirkan Youngeun itu nyatanya pernah hampir kehilangan status sosialnya hanya karena rumor mandul.

Kedua orang tuanya saling mengenal melalui acara debut, saling tertarik dan merasa cocok hanya dalam satu musim, kemudian menikah. Hal konyol yang tidak masuk akal di otak Youngeun, fakta bila dia adalah buah hasil dari cinta monyet?

Terkadang gadis itu berpikir, bagaimana bila kedua orang tuanya tidak saling bertemu hari itu? Atau bagaimana bila pada hari itu sang Ayah bertemu dengan Ibu Johnny lebih dulu sebelum dengan ibunya? Pasti kisah perjalanan penurunan hak waris keluarga Seo bisa lebih mulus dengan keabsenan dirinya dan sang Ibu. Youngeun tidak munafik bila Viscount Seo adalah Ayah terbaik yang bisa dimiliki di dunia ini dan Ibu Johnny yang hanya bisa dipanggil dengan sebutan Mrs. Seo karena judulnya Lady telah digunakan ibunya adalah perempuan paling murah senyum yang pernah dia temui. Tapi Youngeun tidak menampik jika dia ingin sekali keluar dari rumah ini.

Kembali pada beberapa tahun sebelum kelahiran Youngeun, berdasarkan pada apa yang gadis itu dengar dari mulut ke mulut para pelayan yang kini sudah ditendang dari rumahnya. Pada suatu malam di musim gugur, berlatarkan pesta di salah satu satu rumah bangsawan, Viscount Seo yang terpaksa datang sendiri karena yang istri sedang mengalami demam untuk kali kedua jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang janda perang. Putri dari salah seorang Viscount yang menikah dengan seorang Ksatria yang tidak bisa kembali dengan selamat dari medan perang. Sesuatu yang pastinya memicu kontroversi besar-besaran selain karena sang Viscount yang sudah beristri tetapi juga fakta bila sosok yang menyita perhatiannya adalah seorang janda.

Youngeun rasa hal-hal selanjutnya tidaklah begitu penting. Tentang bagaimana Viscountess Seo dengan lapang dada mengantarkan suaminya untuk menikah lagi dan menganggap sosok itu seperti adiknya sendiri. Cibiran orang luar pastilah ada, dan tentunya masuk lalu terdengar hingga telinga Viscountess Seo. Alasan mengapa beberapa tahun setelah kelahiran Johnny, dia memutuskan untuk mengajukan perceraian.

"Ibu hampir kehilangan keluarga ini jika bukan karenamu," ucap Viscountess Seo tiap malam sehabis sesi membacakan dongeng pada Youngeun.

Dia yang semula sudah melepaskan hampir semua atribut keluarga Seo nyatanya seakan tidak direstui oleh semesta untuk mengambil langkah menjauh. Viscountess Seo hamil pada usia yang terbilang tidak lagi muda. Sebuah kehamilan yang cukup ajaib karena pada waktu itu ketiga orang dewasa yang ada di rumah secara sepakat berjanji bilamana yang terlahir adalah seorang putra maka dia akan menjadi sang calon Viscount namun bila perempuan Johnny akan mengambil peran itu dengan catatan putra dari anak perempuan itulah yang akan memimpin dimasa yang akan datang.

Alasan mengapa tidak ada seorangpun yang berani berkomentar terkait kehamilan Viscountess Seo maupun Youngeun hingga gadis itu mulai dewasa. Cibiran orang seakan teralihkan, terbagi pada intensitas lain dan salah satunya adalah Johnny.

"Kau tidak bersekolah. Kau kabur dari rumah." Youngeun tahu dia hanyalah adik tiri bagi Johnny tapi sedari kecil keduanya telah berbagi kasih sayang dari tiga orang tua secara adil. Keduanya tidak terlihat dekat namun dalam beberapa hal bisa saling mengerti satu sama lain, seperti contoh saat ini. Pada hari keberangkatan Johnny yang konon kata ingin menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

Namun alih-alih marah dengan sebuah senyuman yang mengembangkan Johnny menjawab dengan suara yang terdengar ramah. "Seseorang mengatakan padaku bila seekor burung ingin menjadi dewasa sering kali dia harus mentahkan sayapnya agar bisa jauh lebih kuat lagi. Aku yang sekarang ini tidaklah cukup kuat untuk melindungimu, melindungi keluarga kita."

"Tapi bukan ini caranya, Kak. Kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku."

"Tidak, ini satu-satunya cara karena pembunuhan hanya akan memburuk citra bangsawan di hadapan rakyat. Lagi pula, kita masih bisa saling bertukar surat." Johnny berucap memberikan solusi, meski akhirnya Youngeun merutuki dirinya yang terlalu cepat memuji sang Kakak menjadi sosok yang dewasa dan penuh perhitungan karena setelahnya Johnny terus mempermainkan Youngeun melalui sebuah kalimat yang justru meninggalkan tanda tanya besar. "Lagi pula, aku ingin terlihat pantas kala beranding dengan gadis yang aku sukai."

Sesuatu yang selalu Youngeun tanyakan dalam suratnya namun tidak juga kunjung terjawab selama bertahun-tahun.

"Jadi, siapa?" tanya Youngeun pada Johnny yang hari ini ikut bersama dengan dirinya untuk mengikuti debut.

"Apa tidak bisa menebaknya?"

A/N :

Setelah hampir 10 part akhirnya aku memutuskan untuk membuat author note.

Sebenarnya buka apa-apa, cuma cerita ini niat awalnya selain untuk lapak fangirling author terhadap Kep1er tapi juga lapak curhat.

Maka sebelum terlalu jauh, cerita ini terinspirasi dari salah seorang temanku yang memutuskan untuk menikah muda. Entah dikarenakan alasan apa atau mengapa, aku rasa tidak begitu sopan untuk menanyakan hal itu. Jadi yang bisa aku lakukan hanya mengirimkan doa dan sebuah cerita yang mungkin tidak seberapa namun sekiranya ini adalah sesuatu yang aku pelajari dari dirinya.

I Love How I'm CalledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang