14

93 29 0
                                    

Pagi pertama di Rumah Putri selalu digambarkan sebagai sesuatu yang menyenangkan. Banyak dari peserta debut yang setelah semalam bersenang-senang dan saling mengenal pada lawan jenis melalui beberapa putaran dansa pada pagi hari ini akan mendapatkan lamaran. Para debutan yang berada di Rumah Putra akan diberikan bunga mawar merah yang mana nantinya akan diletakkan pada sejumlah kotak surat yang telah disusun rapi di pintu masuk menuju aula Rumah Putri. Masing-masing kotak surat berwarna degradasi merah tua menuju merah muda itu telah dilabeli dengan nama para anak gadis yang kini tengah berbondong-bondong untuk memeriksa meski hanya bisa dari kejauhan karena para pengawal telah memasang pita merah agar tidak sembarang orang bisa mendekat.

Mengantisipasi tangan-tangan nakal yang mungkin saja mau memindahkan satu bunga ke tempat lain.

Dengan tinggi badan yang bisa dikatakan mungil untum anak gadis bangsawan lainnya Hikaru sudah pasti terhimpit hampir seperti seekor ikan lohan yang tersesat dan lebih parah lagi masuk dalam pusaran tsunami. Sedikit beruntung kala Mashiro selaku teman sekamar dengan sigap memegang lengan atas tangan kanan gadis yang hampir jatuh terjengkang dengan posisi yang tidak etis. "Terima kasih Kak, Mashi," ucap Hikaru tersenyum. Dia sudah mengenal Mashiro sedari cukup lama, sebatas mengenal putri dari Earl Sakamoto, putri dari sebuah keluarga yang terkenal mampu mendatangkan keberuntungan. Hikaru juga yakin bila Mashiro tentunya sering mendengar atas dirinya mengingat Marquess Ezaki sering kali meminta bantuan Earl Sakamoto untuk mendoakan hasil panen wilayah Markgraf.

Dua gadis itu terpaut usia empat itu memang baru berkenalan kemarin siang sebagai teman sekamar, tapi sebagai sesama yang berasal dari wilayah Furstin, tidak alasan bagi keduanya untuk menahan diri guna tidak menjadi sahabat. Terbukti dengan lengan yang saling bertaut kala menuruni anak tangga.

"Biasanya beberapa gadis alih-alih mendapatkan bunga mawar justru akan mendapatkan lamaran," ucap Mashiro sebagai yang berpengalaman dalam perkara ini. "Untuk tahun ini pasti akan sedikit berat karena saingannya adalah Tuan Putri Kerajaan."

Ah, sepertinya banyak pihak mulai menyadari bila Tuan Putri Kerajaan Chaehyun Kim tidak akan menikah dengan putra Archduke Kniagina.

"Meski aku yakin tidak semua pemuda berani mengajukan lamaran pada Tuan Putri Kerajaan, aku yakin kotak suratnya akan menjadi yang paling penuh di antara yang lainnya." Hikaru berucap riang. Jujur semalam gadis itu sempat merasa murung terhadap Dayeon. Entahlah, Hikaru tahu seharusnya Dayeon yang merasa marah padanya karena telah membuat gadis itu berada dalam masa sulit hingga dipindahkan ke kamar khusus yang ada di samping kamar Lady Freifrau, tapi kala sarapan bersama tadi, Hikaru justru merasa Dayeon seperti memperhatikannya dengan tatapan selayaknya elang yang ingin menyantap seekor ular.

Ada yang mengatakan jika hal itu bisa saja diartikan sebagai firasat dan entah benar atau salah, Hikaru merasa hari ini dia memang tidak ditakdirkan untuk tersenyum lebar. Para gadis yang semula bersemangat untuk melihat siapa yang sekiranya akan mendapatkan bunga paling banyak kini justru terdiam dalam lamunan masing-masing.

Tidak ada.

Tidak ada satupun mawar yang ada di sana.

Dari balik kerumunan yang kini mulai berganti sibuk untuk saling bergosip Hikaru bisa melihat wajah sedih Chaehyun yang menunduk dalam. Tuan Putri Kerajaan pastilah berada di barisan terdepan sebagai yang penasaran, terlalu dipuja bila akan mendapatkan banyak bunga, tapi kenyataannya tidak ada seorangpun dari pihak para pemuda yang tertarik pada gadis-gadis yang ada di Rumah Putri.

"Apa ini karena rumor semalam?"

"Sepertinya iya, aku tidak tahu efeknya bisa sebesar ini."

"Percaya atau tidak nasib seseorang kini bukan lagi menjadi rahasia takdir, si anonim bisa saja menjatuhkan hidupmu dalam satu kali edisi surat kabar."

I Love How I'm CalledWhere stories live. Discover now