45

73 17 1
                                    

"Oh, Nona Kang?! Menunggu seseorang?"

"Nona Seo, apa yang Anda lakukan di sini?"

Dan bagaikan sebuah jebakan, Youngeun dengan cepat tahu bila yang tengah dinanti Yeseo adalah Dayeon.

Tidak ada yang salah dalam ucapan maupun raut wajah yang tergambarkan oleh Yeseo. Hanya Youngeun dan firasat gadis itu yang seringkali menjurus pada kebenaran. "Aku bermaksud mencari Marquess Hendery Wong lalu pergi menjemput Putri Bahiyyih dan Ksatria Yang dari ruang kesehatan," jawab Youngeun menjelaskan keberadaannya agar tidak disalahpahami. "Kebetulan sekali karena aku bertemu Anda di sini."

"Ada apa sesuatu?"

"Tidak. Bukan apa-apa sebenarnya. Kakakku, Viscount Seo berada pada tim penyelidikan yang sama dengan Viscount Kang. Kakakmu itu menitipkan pesan agar kau tidak perlu menunggu ataupun mencemaskan dirinya."

"Kakakku memang seorang yang mudah khawatir." Yeseo memberikan komentar sambil sedikit mengulum senyum.

Youngeun sedikit mengambil langkah mendekat dan membungkuk pelan. "Karena hanya ada kita berdua, bolehkan aku menggunakan bahasa yang lebih santai?" tanya Youngeun yang sebenarnya tidak perlu menunggu balasan dari Yeseo. Secara, keduanya berada pada golongan yang sama sebagai putri seorang Viscount. Namun sebagai bentuk penghormatan, Youngeun tetap menunggu hingga gadis itu menganggukkan kepala, kemudian menyenggol lengan Yeseo pelan. "Bukankan semua kakak laki-laki akan seperti itu pada adik mereka?" ucap Youngeun dengan nada yang lebih mirip seperti tengah menceritakan keluh kesahnya.

"Kau dan kakakmu mungkin tidak akan merasakan tekanannya, tapi aku dan kakakku? Astaga, ini mirip seperti mimpi buruk." Youngeun menggelengkan kepalanya. "Kami bahkan lahir pada generasi dan dekade yang berbeda."

Yeseo tertawa. Menutup mulutnya dengan punggung tangan kanan, tertawa bukan karena lelucon tetapi merasa terhibur oleh gurat ekspresif yang ditunjukkan oleh Youngeun. Gadis itu bagaikan kaca bening yang siapapun itu bisa dapat dengan mudah menebak apa isinya. "Aku pikir Kak Youngeun sudah terbiasa dengan hal itu, Kakak dekat dengan Yujin Choi bukan?"

"Kak Yujin sebenarnya juga cukup menyebalkan, tapi kakakku itu luar biasa menyebalkan jika kau ingin tahu," cibir Youngeun. "Entah sudah berapa banyak debutan yang coba dia jodohkan untukku disaat dirinya sendiri saja belum bertuangan."

"Lalu bagaimana denganku?" Mengingatkan Youngeun bila yang ada di depannya ini adalah seorang gadis yang sudah memiliki tunangan. Lebih muda darinya, namun sudah memiliki masa depan yang menjanjikan. Masa depan yang telah dipastikan entah atas sepengetahuannya atau tidak. "Nasih Kak Youngeun mungkin akan sama sepertiku."

Menikah dengan seorang bangsawan lalu pergi dari rumah. Itu seperti mimpi buruk baik Youngeun. "Yeseo," panggil Youngeun pelan seperti berbisik. "Sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu sedari lama."

"Tentang siapa tunanganku?" Tidak ingin menyalahkan Yeseo yang terlalu cepat menebak, Youngeun yakin pasti ada banyak orang yang telah berbincang-bincang dengan Yeseo, melakukan beragam basa-basi hanya untuk menarik perhatian si gadis dan pada satu titik akhirnya menanyakan tujuan asli mereka.

Metode pendekatan yang sebenarnya juga dilakukan oleh Youngeun. "Bukan." Johnny Seo pasti akan membebaskan banyak budak kalau sampai tahu adiknya itu peduli pada gosip ataupun orang lain. Youngeun itu terkenal terlalu mencintai dirinya hingga tidak peduli pada hal lain. "Bagaimana caranya jatuh cinta pada seorang pemuda?"

Pertanyaan konyol?

Ah, Youngeun sebenarnya memiliki kesempatan untuk menanyakan hal itu baik pada Johnny ataupun Yujin. Tapi dua orang yang kini mulai mendekati dewasa itu bahkan belum pernah melamar maupun dilamar. Selain itu Youngeun juga masih memikirkan akan seperti apa nasibnya nanti, bisa diejek habis-habisan dirinya nanti apa bila Bahiyyih sampai tahu.

I Love How I'm CalledWhere stories live. Discover now