65

86 22 1
                                    

Orang tua Jake sedari lama telah mengajarkan si putra bungsu untuk tidak terlalu menonjol. Jake tidak terlalu paham alasan atas beberapa amarah atau omelan keras yang harus dia alami sedari kecil. Padahal dia dan sang Kakak memiliki hubungan saudara yang bisa dikata cukup erat untuk ukuran anak seorang penguasa, hampir tidak pernah bertengkar ataupun berkompetisi. Hanya secara perlahan ketika Jake mulai dipaksa guna menjadi dewasa, dia secara perlahan mengetahui bila dirinyalah ancaman terbesar bagi sang Kakak.

Beserta tahta Riena.

Yang terpaut dua tahun lebih tua dari Jake itu bukanlah sebatas seorang Kakak ataupun Pangeran, tetapi juga Putra Mahkota, calon pemimpin kerajaan. Sosok yang pastinya sangat dicintai rakyat dan secara bersamaan memiliki musuh yang selalu siap siaga mencari kesalahannya. Maka dari itu sebagai seorang adik yang baik sekaligus Pangeran bungsu, mau tidak mau, Jake harus membuat sang Kakak terlihat sebagai seorang yang superior. Satu-satunya kandidat yang paling pantas untuk tahta yang kini dipegang sang Ayah.

Dan Jake entah menyesal atau tidak untuk menerima takdir itu. Dia menyayangi sang Kakak, tapi tidak tahu bila sebuah perasaan memerlukan pengorbanan.

Jake pintar.

Lebih pintar dari anak-anak di kelasnya, bahkan satu angkatannya di sekolahnya. Namun dalam perkumpulan bangsawan, dia harus berusaha untuk tidak menunjukkan hal itu. Sebagai Pangeran, Jake dituntut untuk menjadi seorang yang terpelajar. Namun demi sang Kakak, Jake tidak boleh sampai melampauinya.

Jake ingat bila dulu sekali dia adalah seorang anak yang memiliki banyak teman. Namun semakin dewasa dan satu per satu teman-temannya mulai memiliki jabatan tersendiri dalam kerajaan, Jake memilih untuk menjauh. Menarik diri dari pusat pembicaraan perkumpulan bangsawan. Dia tidak memiliki relasi atau apa pun itu yang dinamakan dengan persekutuan. Hanya memiliki Heeseung yang notabene adalah Ksatria yang dia beri dukungan selama di pendidikan, pertemanan dengan Kai Huening saja menurut Jake terlalu berlebihan dan menarik perhatian.

Dia adalah Duke yang berpotensi menjadi Raja selanjutnya untuk Tsaritsa.

Namun untuk yang satu ini Jake tidak bisa melepaskan kawannya. Kai Huening yang waktu itu adalah seorang penerima beasiswa seakan dengan mudah dapat membaca dirinya. "Anda sungguh mengenaskan."

"Maaf? Apa?" Bila Jake menjadi dirinya dia tentu tidak akan mengucapkan tiga kata itu dihadapan Pangeran bungsu kerajaan asing.

"Ah, tidak. Kalau kata adikku seorang yang seperti Anda itu mengenaskan."

"Aku tidak yakin adik Anda akan berani mengatakan hal itu.".

"Oh, dia akan pastinya. Karena dia pernah menyebutku seperti itu." Jake pernah berpikir bila Kai adalah seorang lawan yang tidak mudah untuk dikalahkan, sangat kompetitif selayaknya putra Duke lainnya. "Hidup tapi sebenarnya di dalam sana telah tewas dengan mengenaskan." Dalam beberapa poin, Kai benar kala itu. Jake memang merasa bila hidupnya itu datar, tanpa adanya lonjakan naik turun yang berarti, membosankan. "Aku mengenal dua orang dari wilayah kerajaan Tsaritsa yang mungkin akan bisa berteman baik denganmu, setidaknya hidup mereka penuh dengan tantangan dan tipu muslihat."

Dari pertemanannya dan Kai, Jake mengenal Chaehyun. Dekat dengan gadis yang menurutnya senasib, namun tidak mengembangkan perasaan hingga berujung pada romansa. Pada beberapa saat Jake rasa itu adalah kondisi dimana hidupnya masih berjalan seperti biasanya namun ada beberapa sosok baru yang Kai tambahkan guna membuat perjalanan itu tidak terasa membosankan. "Entahlah, tapi aku merasa kalian berdua mirip seperti kedua orang tuaku."

Tanpa ingin menyalahkan, Jake cukup paham bila sang Kakak memerlukan banyak curahan perhatian dari kedua orang tuanya mengingat banyak beban yang harus dia emban. Maka kala Kai secara perlahan mulai mengenalkan teman-temannya dari Tsaritsa selayaknya seorang Ayah yang mendorong anaknya untuk berteman dan Chaehyun yang selalu memiliki cerita seru dalam tiap kunjungan bahkan dalam surat yang dia kirimkan secara khusus, Jake seakan belajar bila keluarga bukan hanya tentang dirinya dan orang tua.

I Love How I'm CalledWhere stories live. Discover now