11

115 32 0
                                    

Di antara semua gadis yang ada di Rumah Putri pastilah akan selalu ada seorang yang merasa terasingkan. Bukan tanpa alasan, para orang tua terutama Ibu dari masing-masing gadis itu pasti telah memberikan beberapa petuah, seperti mungkin untuk tidak terlalu dekat dengan Putri Kerajaan karena anak gadis mereka pasti akan kalah bersaing. Selain itu bukan hal aneh bila beberapa mulai terlihat saling menggangam tangan satu sama lain segera setelah diturunkan dari kereta kuda, saling membuat aliansi.

Namun secara garis besar yang bisa digambarkan oleh Yeseo, ada garis magis yang seakan membatasi antara para debutan lama dan yang tahun ini baru saja debut. Dan dua teman sekamarnya yang lain adalah contoh representatif yang tepat.

"Rumah Putri tidak semengerikan yang terdengar tapi juga tidak semenarik apa yang ada di bayangan kalian." Gadis berkulit pucat dengan postur tubuh tinggi tegap itu telah melakukan debut sebanyak tiga kali, bukan hal yang aneh bila dia memberikan saran dan petuah pada yang lebih muda. Xiaoting putri dari Duke Herzogin bukanlah seorang gadis bangsawan kelas atas lainnya yang akan berakhir sebagai seorang istri yang mana gelar dan kedudukannya akan menyesuaikan dengan sang Suami. Semua orang yang ada di Tsaritsa tahu bila dalam pohon keluarga keluarga yang berakar pada wangsa Chevalier tidak ada pandangan buruk bagi seorang gadis untuk naik tahta menjadi Kepala Keluarga. "Kalian akan terjebak dalam berbagai pesta maupun jamuan, tahun pertamaku dihabiskan dengan banyak tarian dansa hingga membuat kakiku lecet. Tapi sisi lainnya, ada banyak gaun bagus yang bisa dicoba. Ibu-ibu kita pasti ingin membuat kita selalu tampil cantik."

Seperti kebanyakan gadis yang telah debut sebelumnya, Yeseo melihat Xiaoting sebagai seorang yang memiliki aura serta kepercayaan diri yang kuat. Tidak berapi-api seperti para debutan baru, Xiaoting terlihat tenang dan seperti memiliki rencananya sendiri, memberikan kesan jika dalam tiap langkah serta gerakan yang dia ambil mampu memberikan kesan tersendiri. Yang berpengalaman pasti berbeda, dalam sekali lihat Yeseo seakan bisa merasakan aura tersendiri dari cara Xiaoting berdiri, sangat jauh dari dirinya yang sering kali masih merasa takut dan ragu berujung pada pandangan masyarakat yang menganggapnya sebagai seorang yang pemalu.

"Para pelayan di rumahku mengatakan jika pada pertengahan musim sering kali diadakan permainan antar debutan baik dari Rumah Putri ataupun Rumah Putra." Berlainan dengan Putri Kerajaan Chaehyun yang terlihat sangat bersemangat. Yeseo tahu dari rumor yang beredar bila Chaehyun mungkin tidak akan berakhir bersama putra Archduke Kniagina, meski kebenarannya masih dipertanyakan, melihat antusias yang terpaut tiga tahun lebih tua darinya itu bisa dikatakan Chaehyun kini seperti tengah mencari calon pelamar lain.

Entah karena apa. Mungkin karena intrik pribadi pada tubuh bangsawan kawasan Ibu Kota atau karena apa. Yeseo tidak mau ikut campur selama tidak ada yang mengusik dirinya dan si tunangan.

Chaehyun terlihat baik. Memberikan kesan yang baik. Pada permulaan dia lebih dahulu memberikan anjuran untuk tidak begitu mempermasalahkan terkait hukum tata aturan kebangsawanan untuk mengurangi kecanggungan. Beralih pada tata urutan sesuai usia.

"Tidak lebih seperti perburuan harta Karun pada umumnya, banyak pasangan bangsawan terlahir dari permainan itu. Para tahun pertama adalah yang paling antusias tapi keberuntungan selalu memihak debutan lama." Xiaoting dengan sabar menjawab semua rasa pertanyaan yang lebih muda, sebagai yang paling tua di kamar itu, dia tentu bertanggung jawab lebih. "Yeseo, aku dengar kau telah ditunangkan sedari lama. Apa debutmu ini menandakan jika dia akan menikahmu sebentar lagi?"

Dan di sinilah Yeseo dan posisinya yang terbilang ambigu. Ini adalah tahun pertamanya, yang mana seperti kebanyakan gadis lainnya, berambisi untuk mendapatkan banyak kenangan masa muda selagi masih bisa bebas. Bebas dalam artian tetap bertanggung jawab. Tapi di satu sisi, dia juga bernasib tidak lebih seperti para debutan lama yang tidak begitu bersemangat dikarenakan sudah memiliki calon. Yeseo tidak perlu lagi bersusah payah menarik perhatian seorang pemuda karena dia telah menerima sebuah lamaran, dan meski salah seorang bibinya mengatakan untuk tetap berusaha tampil menarik sebagai bentuk antisipasi terburuk Yeseo rasa tidak perlu.

Calon tunangannya tidak akan melirik gadis lain. Tidak akan berani.

"Tidak. Ini hanya sebagai alur dari formalitas karena keluarganya ingin kami mengungkap hubungan pada publik. Pernikahan pasti akan dilaksanakan, tapi tidak sekarang." Entah mengapa pada surat yang dikirimkan sang Tunangan tempo haru Yeseo sedikit merasa ragu jika pengungkapan hubungan pertunangan mereka adalah murni keinginan pemuda itu secara pribadi. Dia seorang yang menyukai privasi. "Pada akhir musim ini aku yakin kakak-kakak akan menjadi yang pertama mendapatkan undangan untuk pertunangan kami yang secara formal." Karena pertunangan sebelumnya hanya dihadiri wakil kedua keluarga.

"Kau bisa menyewa salah satu kastil di Kniagina, aku dengan akan memberikan restuku," ucap Chaehyun yang sebenarnya hanya dibalas dengan senyuman tipis oleh Yeseo.

"Aku tentu berharap bisa seperti itu." Karena entahlah, Yeseo sedikit tidak ingin percaya pada gadis-gadis yang ada di Rumah Putri. Sembilan puluh sembilan gadis yang tinggal di tempat ini, tidak semua dari mereka layak diberikan kepercayaan. "Bukankah nanti malam adalah jadwal untuk pesta pembukaan musim?" tanya Yeseo mengalihkan.

Meski berbagi kamar yang sama, masing-masing gadis di Rumah Putri memiliki ruangan rekreasi masing-masing yang berisikan lemari penuh pakaian dan perhiasan yang telah dipersiapkan keluarga asal mereka.

Yeseo yakin bila baik Chaehyun ataupun Xiaoting bisa memahami maksud ucapannya secara umum. Bukan hal baru bila ada seorang gadis yang lebih memilih untuk berdiam diri di ruangan itu alih-alih beristirahat di dalam kamar asrama, merias diri atau mungkin menenangkan diri untuk momen yang bisa dikatakan cukup mendebarkan. Momen yang menjadi tolak ukur atas masa depanmu. Dua teman sekamarnya itu tentu saja berpikir kalau Yeseo ingin tampil cantik di hadapan sang Tunangan, tidak ingin pemuda yang telah terikat padanya justru tertarik dan jatuh pada pangkuan gadis lajang.

Memberi kesan bila Yeseo adalah seorang yang cukup kompetitif.

"Bisa tinggalkan aku sendiri? Aku butuh waktu, debut membuatku takut," ucap Yeseo pada sejumlah lima pelayan yang tadi mengekori dirinya.

"Kami akan menunggu di luar, Nona bisa memanggil jika memerlukan sesuatu," ucap pelayan yang paling tua sebelum dieekori para pelayan lainnya.

Melalui pantulan kaca yang ada di dinding ruangan rekreasi miliknya, Yeseo memejamkan matanya sesat. Dia jujur saat mengatakan jika dia takut untuk saat ini. Namun bukan terhadap debut, melainkan pada sosok yang secara perlahan mulai menampakan dirinya dari balik gaun yang berjejer manis di lemari belakangnya. Pakaiannya sewarna hitam laksana para pelayan yang sebelumnya meninggalkan ruangan itu, namun dengan kelancangan atas membangkang dan penyusupan Yeseo tidak bodoh untuk mengatakan jika sosok itu bukanlah seorang yang sembarangan.

Tanpa membalikkan badan, Yeseo hanya mengeratkan tangannya yang meremat kedua sisi gaunnya. "Aku akan memindahkan gaun dengan bahan yang lebih ringan di sebelah sana, tempat Kakak muncul mungkin persembunyian yang bagus karena gaun-gaun yang ada di sana cenderung besar dan berat." Baru membalikkan badannya kala napasnya yang semula memburu telah kembali teratur. "Kakak pasti sangat sulit bernapas tadi, bukankah begitu?"

Siapa gadis bangsawan yang memiliki kemampuan untuk menyelinap tanpa tertangkap basah? "Kak Dayeon?"

"Berhati-hatilah, penulis itu berniat menyerangmu. Beruntung pagi ini Taehyun berhasil menyusup dan menjadi penerima majalah itu sebelum ada orang lain yang menerimanya." Dayeon berucap degan nada yang serius.

Yeseo mengangguk patuh. "Kalian tidak membunuh si loper koran?"

"Inginku begitu, tapi Taehyun beranggapan jika itu akan lebih membuat opini rakyat semakin memojokkan kaum bangsawan." Yeseo kembali mengangguk, bagaimanapun juga dia adalah yang termuda di tempat ini. Banyak orang yang lebih tua dan terlewat licik darinya, menjadi yang paling pintar bukanlah hal yang mudah dan berpura-pura atas hal itu juga bukan langkah yang tepat. Tidak ada pilihan lain.

Selain diam dan menunjukkan citra selayaknya seorang gadis baik-baik.

I Love How I'm CalledWhere stories live. Discover now