Chapter 20 - Who Does He Think He Is?

40.4K 3.4K 12
                                    

"Oh, hello, Miss-aku-tidak-ada-apa-apa-dengan-Dr-Miles."

Logan menemukanku yang sedang duduk sendirian di kursi kantin. Daguku bersandar pada kedua tanganku yang terlipat di atas meja. Aku baru saja dimarahi habis-habisan oleh Dr. Weisz sampai-sampai dia memintaku untuk kerja besok saja karena dia tidak butuh servisku yang dianggapnya masih hang over hari ini. Dia bilang sekali lagi aku telat untuk alasan tidak jelas, dia tidak akan segan-segan membuangku dari program ini.

Aku melirik malas ke arah Logan yang berjalan mendekat sambil membawa tray berisi makan siangnya. Aku sendiri belum makan karena tidak nafsu. Ini efek samping dari hang over dicampur semua yang Ezra ucapkan pagi tadi. Semua kata-katanya terus terulang di benakku sampai aku sama sekali tidak peduli dengan ancaman Dr. Weisz. Technically, Dr. Weisz menyuruhku pulang, tapi aku tidak punya tempat untukku pulang. Lagipula, kepulanganku hari ini bukan lagi hal yang remeh. 

'I know it's too late, but if there's a chance you think it's not, come back here tonight.'

Oh, God, aku mesti apa?

"Aku menuntut cerita detail soal apa yang terjadi tadi malam. Sudah kubilang kan, kau tidak mungkin pulang!" Logan kelewat bersemangat. Matanya berbinar-binar. "Apa Dr. Miles pandai di ranjang? Apa kepunyaannya sebesar tangannya? Aku berani bertaruh demikian."

Normalnya, aku pasti berdesis geli dengan rentetan pertanyaan Logan yang terlalu vulgar, tapi kali ini aku hanya memutar bola mataku jengah. "Aku tidak tidur dengan Dr. Miles."

Seketika kedua alis Logan menyatu kencang. "Hah? Lalu kau tidur di mana tadi malam? Kau kembali ke apartemenmu?"

"Aku tidur di apartemen Ezra." Aku bahkan tidak cukup peduli untuk menyaring jawabanku, atau memikirkan cara menjelaskan dengan baik tanpa langsung menyebabkan spekulasi yang tidak-tidak.

Benar saja, kedua mata Logan langsung membelalak. "Apa? Bagaimana itu bisa terjadi? Kau jadi berpesta di Nick's bersama Dr. Miles kan tadi malam?"

"Aiden mengantarku pulang ke apartemen Ezra. Aku mabuk berat dan tidak ingat apa-apa."

Logan terdiam sejenak, masih dengan ekspresi kagetnya. "Tunggu sebentar..." satu tangannya terangkat. "Aku tidak mengerti. Kalian berpesta bersama lalu dia mengantarmu pulang ke apartemen pria lain? Apa yang sudah kau lakukan sampai Dr. Miles melakukan hal itu?"

Aku membuang nafas lelah yang sengaja kukeraskan. Aku duduk tegak dan mulai bercerita apa yang terjadi, mulai dari kemungkinan aku memberikan alamat apartemen Ezra kepada Aiden bukannya apartemenku sendiri, sampai pengakuan Ezra tadi pagi. Aku tidak bercerita detail apa saja yang Ezra katakan, karena somehow aku mau menyimpannya hanya untukku. Aku hanya bercerita garis besarnya.

"Wow. Wow. Wow," adalah reaksi pertama Logan begitu ceritaku selesai. "Jadi apa yang kau tangkap dari pengakuannya? Kalau dia ternyata tidak brengsek?"

"Well, dia sendiri sudah mengakui kalau dia brengsek. Tapi yang kutangkap, dia meninggalkanku karena merasa tidak bisa memenuhi ekspektasiku soal pacar," aku membuat tanda kutip dengan tanganku di kata pacar. "Menurutku dia pengecut dan sok tau. Dia pikir aku menunggunya untuk memberi kabar soal pertunanganku yang sudah berakhir karena berharap dia bisa jadi pengganti Fathir. Dan dia pergi karena dia tau dia tidak bisa melakukan itu. Bodoh bukan? Buat apa aku memutuskan Fathir kalau cuma untuk mencari orang yang mirip dengannya?" Untuk pertama kalinya setelah pengakuan Ezra, aku merasakan sesuatu. Aku merasa emosi.

"Setidaknya dia tidak pergi untuk mempermainkanmu."

"Itu sama saja dengan mempermainkanku." Aku tidak mengerti, kenapa Logan masih bisa membela Ezra? Orang itu sudah keterlaluan. Dia pergi begitu saja dan sekarang tiba-tiba mengatakan itu semua. Itu pun tentu saja karena aku tiba-tiba muncul lagi di hadapannya. Dia pikir aku bisa dengan mudahnya memaafkannya begitu saja? Well, aku sudah mengatakan kalau aku sudah memaafkannya, bahkan sebelum aku ke New York aku sudah ikhlas. Tapi justru sekarang aku emosi dengan kelakuannya. Dia pikir dia siapa?

"Hm." Logan memasang tampang sok berfikir. "Aku tidak mau dianggap sok tau. Tapi dari semua ceritamu soal Reinhard 2.0, aku rasa dia bukan tipe pria yang mudah mengakui apapun yang dia katakan padamu. Kurasa kau bisa sedikitnya menghargai usahanya untuk itu."

"Dia tidak menghargai usahaku datang ke rumahnya, menunggu. Dia pergi begitu saja," protesku.

Logan menarik nafas panjang. "Terserah kalau kau memang masih marah soal itu. Tapi jangan sampai kau menyesal karena tidak mencoba."

Aku diam menatap Logan sembari berfikir.

"Mungkin tidak kalau kau mengenalkanku padanya sebelum kau membuat keputusan? Setidaknya aku tidak jadi terlalu sok tau."

Aku mendengus tertawa. Emosiku mereda secara drastis. "Kau ingin kukenalkan dengannya untuk membantuku membuat keputusan atau untuk melihat wajahnya?"

Logan mengulum senyum jenakanya. "Ayolah, sejak kau pertama kali bercerita soalnya, aku benar-benar penasaran. Kalau Dr. Miles saja tidak membuatmu tertarik, aku tidak tau pria seperti apa yang bisa membuatmu seperti ini."

Aku pun tertawa. Sudahlah, aku masih punya setengah hari untuk berfikir apa aku akan kembali ke apartemennya atau tidak. Meskipun Dr. Weisz tidak membutuhkan servisku hari ini, aku bisa numpang tidur di on-call room atau membaca sesuatu di library. Aku akan melakukan apapun untuk mengenyahkan pikiranku soal orang itu. Setidaknya untuk sementara waktu.

CollidedWhere stories live. Discover now