Chapter 34 - Follow Me

27.8K 2.6K 5
                                    

KANISS

Aku berjalan lesu memasuki rumah sakit. Aku sudah merasa lebih baik. Jauh lebih baik. Semalam aku kembali tidur di apartemen Ezra, dan itu yang membuatku jauh merasa lebih baik. Dia bersikap sangat baik dan tidak lepas dari sampingku. Kami tidak bicara banyak, tapi keberadaannya sudah lebih dari cukup untuk membuatku tenang. Dia juga yang mengantarku ke sini barusan.

Dan sekarang aku kembali lesu karena aku merasa malu. Aku tidak bermaksud menarik perhatian banyak orang kemarin. Logan sempat menelfonku kemarin sore dan aku sudah meyakinkannya kalau aku baik-baik saja. Yang membuatku makin tidak mood hari ini adalah Logan libur. Cuma dia yang mungkin bisa membuatku merasa lebih baik di rumah sakit. Aku malas bertemu siapa-siapa karena bisa saja gosip sudah menyebar dan mereka menganggapku sakit mental.

"Hai, selamat pagi," Aiden dengan senyum manisnya menyapaku begitu aku keluar dari ruang loker untuk para intern. Tidak biasanya aku melihat dia di sini.

"Hai," sapaku balik, sambil tersenyum tipis.

"Sudah merasa lebih baik?" tanyanya ramah.

Aku mengangguk. "Maafkan aku soal kemarin. Aku janji tidak akan terulang lagi," kuharap aku bisa memegang janjiku.

"Jangan terlalu dipikirkan. Yang penting kau tidak apa-apa." Aiden menyeringai tipis. "Akan ada operasi bypass hari ini, kuharap itu bisa menghiburmu."

Aku tersenyum melihat Aiden sebaik ini. Setidaknya ada yang bisa kusyukuri. Hariku pasti lebih buruk kalau Dr. Weisz tidak ke Florida.

---

Seperti yang dijanjikan, Aiden mengijinkanku ikut dalam operasi bypass-nya hari ini. Biasanya aku akan loncat kegirangan diberi kesempatan seperti ini, tapi kali ini aku diam saja sampai selama operasi berlangsung. Aku lebih banyak termenung dibandingkan mendengarkan penjelasan Aiden soal operasi ini. Dan ketika aku diminta memegangi suction, aku hampir saja membuat kekacauan fatal hingga ujung-ujungnya Aiden meminta salah satu suster untuk mengambil suction dari tanganku. Ini untuk pertama kalinya aku mendengar Aiden marah.

Aku merasa bersalah dan sungkan sehingga selama mencuci tangan pasca operasi aku tidak bicara sepatah kata pun. Lagipula Aiden terlihat masih geram. Wajar saja, aku hampir membuat operasinya gagal.

Aku sudah yakin aku akan dibuang dan diabaikan untuk sisa waktu hari ini ketika Aiden mengucapkan sesuatu sebelum keluar dari ruang operasi, "ikut aku."

Aku menggigit bibirku khawatir. Apa aku akan dihukum? Dari caranya mengajakku, sepertinya begitu. Tapi tanpa protes aku berjalan mengikutinya dari belakang.

Langkah Aiden cukup cepat dan dia tidak berkata apa-apa atau sekedar menoleh memastikan kalau aku mengikutinya. Dia baru berhenti di depan pintu tangga darurat. Dia membuka pintu tersebut dan akhirnya menoleh ke arahku, memberi gestur menyuruhku masuk. Aku mengernyit tidak mengerti namun tetap menurut.

CollidedWhere stories live. Discover now