Chapter 48 - Torn Apart

23.7K 2.3K 8
                                    

"You look awful."

Aku hanya bisa mengadah menatap Logan sinis tanpa mengatakan apa-apa. Tidak perlu melihat cermin pun aku tau seburuk apa aku terlihat sekarang. Aku hampir tidak tidur tadi malam. Tidak, aku tidak menangis. Aku hanya tidak bisa tidur. Aku terus memutar semua yang terjadi kemarin dan beberapa hari sebelumnya. Bersama Ezra, hidupku benar-benar dibuat jungkir balik. Bagaimana bisa hariku 180 derajat berubah dari memberi makan gelandangan dan pernyataan cinta Ezra, menjadi apa yang terjadi tadi malam?

Pernyataan cinta. I'm torn apart between believing it and laughing at it.

Ezra terlihat sangat tulus ketika mengucapkannya. Terlihat serius. And I believed him. Tapi kemudian dia terang-terangan menyatakan kalau dia tidak pernah berniat serius denganku. Dia bahkan menertawakan kemungkinan kami akan menikah.

Well, bukannya aku berharap dinikahinya dalam waktu dekat, tapi setidaknya itu ada di benakku soal masa depan. Tentu saja itu menjadi tujuanku. Kalau tidak, buat apa aku berpacaran dengannya?

"Hei."

Aku tersentak dari lamunanku. Logan masih di hadapanku dengan wajah khawatir.

"Kalian bertengkar lagi?"

Aku menarik nafas panjang dan berat. "Lebih buruk," jawabku. "Sepertinya kami putus." Sepertinya? Apa yang sudah kukatakan? Jelas-jelas aku dan Ezra sudah putus tadi malam.

Tapi... entah lah. Semalaman aku berharap Ezra mengetuk pintu kamarku untuk memberi penjelasan dan memohon agar aku menarik kata-kataku.

Okay, Kaniss, stop being so pathetic. Dia ga serius sama lo, lo udah putusin hubungan kalian, get over it.

"Oh, Kaniss. Aku sangat ingin mendengar ceritamu dan menghiburmu saat ini juga, tapi banyak yang harus kulakukan sekarang." Logan memegang kedua bahuku. "Kau tau apa? Berikan kunci apartemenmu padaku." Aku mengernyit tidak mengerti permintaannya. "Aku pulang lebih awal hari ini. Akan kusiapkan minuman, makanan, film, dan apapun itu untuk menghiburmu malam ini. Aku akan menginap di apartemenmu dan kau bisa bercerita atau menangis semaumu."

Untuk pertama kalinya sejak semalam, aku tersenyum, meskipun tipis. "Ide yang tidak terlalu buruk. Tapi kenapa tidak di apartemenmu saja?" Rasanya aku tidak sanggup untuk kembali ke apartemenku, tau Ezra berada di lantai yang sama. Tadi ketika keluar dari apartemen, aku sempat deg-degan kalau-kalau berpapasan dengan Ezra. Tapi tentu saja Ezra tidak muncul. Pintu apartemennya tertutup rapat. Dan jujur aku sedikit kecewa tidak berpapasan dengannya.

"Tidak apa-apa. Biar dia tau kalau kau baik-baik saja," terang Logan bersemangat.

Hhh. Apa aku mau Ezra menganggapku baik-baik saja?

"Sudah, jangan murung terus. Dr. Miles sudah menanyakanmu sebelum kau muncul. Ganti pakaianmu lalu temui dia. Sepertinya ada urusan penting."

"Baiklah." Aku pun melenggang pergi.

"Hei!" panggil Logan. Aku kembali menoleh ke arahnya. "Kunci apartemenmu!"

Aku pun menyeringai sambil mendengus. Kurogoh tasku lalu melemparkan kunciku padanya. Terserah dia lah, aku tidak peduli apa yang akan dia lakukan di apartemenku.

---

"Oh, hai, Kaniss," sapa Aiden begitu aku menemukannya di lounge untuk para attending. Aku hanya memaksakan senyum membalas sapaannya.

"Logan bilang kau mencariku?"

"Iya," Aiden bangkit dari duduknya, berjalan mendekat ke arahku. "Aku berhasil meminta ijin Dr. Weisz." Dia tersenyum lebar. Aku menatapnya bingung. "Kau lupa?" Kedua alisnya terangkat. "Kemarin kan aku menjanjikanmu operasi besar."

Oh, iya. Aku sampai lupa. "Oh, iya, tentu saja," aku buru-buru membenarkan sikapku. "Yay," tambahku berusaha tedengar senang, tapi justru keluar hambar.

Tak heran Aiden langsung menanyakan keadaaanku. "Kau baik-baik saja?"

"Tidak. Tapi aku tidak akan breakdown seperti waktu itu, kau tidak perlu khawatir." Lebih baik aku jujur. Berkata aku baik-baik saja tidak ada bedanya dengan mengaku kalau aku sedang dalam masalah. Wajahku jelas mengatakan itu.

Aiden sudah membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu. Kutebak pasti sesuatu yang menunjukan keprihatinannya padaku. Oleh sebab itu, aku buru-buru memotong sebelum dia sempat bersuara, "jadi apa saja tugasku hari ini?"

Sepertinya Aiden sadar kalau aku tidak ingin membahas masalahku. Dia pun menarik nafas lalu tersenyum seperti biasanya. "Sesuatu yang menarik. Ayo, ikut aku."

CollidedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang