Chapter 53 - I'm Fucked Up

25.1K 2.5K 86
                                    

EZRA

"Kau baik-baik saja?"

Aku mengadah menatap perempuan ini. Bagaimana aku bisa baik-baik saja setelah menutup pintu di depan wajah Kaniss. Wajah syoknya setelah melihat Nadine bersamaku. Tidak hanya itu, I literally kicked her out of this building.

But why shouldn't I? Di depan mataku dia membawa Aiden masuk ke dalam apartemennya. God knows what they've done. And she has to know that she can't play with me like that.

But what the hell is she doing knocking on my door like that?

"Hei." Nadine melambaikan sebelah tangannya di depan wajahku. Aku, yang sedang duduk di sofa, menarik wajahku kesal.

Kenapa juga aku memilih untuk menghabiskan malam tadi bersama Nadine? She slept with my Dad, for fuck's sake.

"Sebaiknya kau pulang," ujarku seketika jengah dengan keberadaannya.

Kedua alisnya terangkat terkejut. "Apa yang terjadi? Last night you seemed very much into me."

Aku menghela nafas berat. It was an angry sex, of course it was great. All I could think about was all the sex that I didn't get from Kaniss, meanwhile she's with him. Dan ketika Nadine melepas pakaiannya sendiri, yang ada di bayangkanku adalah Kaniss malam itu ketika akhirnya dia membiarkanku melepas t-shirt-nya. Fuck, she's beautiful. Kaniss is.

"Just go," hanya itu yang bisa kuucapkan berharap Nadine segera keluar dari apartemenku tanpa banyak bertanya.

"Kau menjemputku tadi malam, ingat?" Nadine terdengar kesal.

"Baiklah, akan kucarikan taksi." Aku bangkit mencari pakaianku tanpa mempedulikan Nadine yang menatapku tidak percaya.

"You're an asshole."

"Yeah," ucapku tidak peduli sambil mengenakan sweatpants dan kaos. By the time I reach the door, she's already clothed. Begitu aku membuka pintu, Nadine langsung berjalan cepat keluar. Dia benar-benar terlihat kesal. Tapi aku tidak peduli. Melihatnya tidak menungguku mencarikan taksi, bagus, berarti aku tidak perlu turun.

Begitu aku berbalik hendak menutup pintu, pintu apartemen Kaniss terbuka. Teman gay Kaniss keluar dari apartemen itu, terlihat kacau dengan wajah mengantuk.

Aku mengernyit tidak mengerti. "Dia di dalam?" tanyaku tanpa basa-basi.

Logan sepertinya baru sadar dengan keberadaanku. Dia menoleh ke arahku dengan wajah cukup terkejut. "Siapa?" tanyanya bodoh.

"Siapa lagi?"

Logan berdecak pelan sambil memijat pelipisnya. Aku menatapnya tajam menunggu jawaban. "Kaniss sudah berangkat ke rumah sakit, sepertinya. Entahlah, aku masih tertidur ketika dia keluar."

Hah? "Kau menginap semalam?"

Logan mengangguk. "Teman kami, Marissa, dia masih tertidur di dalam. Kalau kau masih ada ketika dia keluar, bisa tolong bilang padanya untuk tidak lupa mengunci apartemen ini dan menyerahkan kuncinya pada Kaniss?"

Aku dibuat semakin tidak mengerti. Jadi pria gay ini dan teman perempuannya menginap di apartemen Kaniss tadi malam? Lalu Aiden?

"Apa yang terjadi semalam?"

Logan menghembuskan nafas yang sangat menggangguku. Aku butuh penjelasan dan tingkahnya justru membuatku semakin kesal. "Kami mengadakan pesta kecil-kecilan tadi malam. Kau tidak diundang karena pesta itu diadakan untuk melupakanmu."

Sungguh, kalau bukan karena aku masih bingung dan masih butuh penjelasan darinya, kepalan tanganku ini pasti sudah melayang ke wajahnya.

"Di mana Aiden?"

"Dr. Miles? Oh," Logan mengernyitkan dahinya dengan kedua mata menerawang. "Aku tidak terlalu ingat, tapi setauku dia pulang tadi malam."

"Tidak mungkin. Mobilnya masih terparkir di bawah tadi malam," bantahku tegas.

"Entahlah, dude. Aku tidur di lantai, Marissa tidur bersama Kaniss di kasur. Mungkin Dr. Miles tidur di bath tub, aku tidak tau. Tapi aku tidak melihatnya pagi ini." Aku tidak lagi mendengarkan omongannya. Jadi tadi malam Kaniss tidak berduaan dengan Aiden di apartemennya? "Bisakah aku pergi sekarang? Aku sudah hampir telat."

Aku tidak menggubrisnya, dan yang kudengar dia hanya berdecak lalu melangkah. Tapi langkahnya terhenti. Dan ketika aku mengadah, Kaniss sudah berdiri di ujung tangga menatap Logan lalu menoleh ke arahku singkat sebelum dia berjalan cepat masuk ke apartemennya. Aku mematung melihat Logan mengejar Kaniss masuk ke dalam. Mereka membiarkan pintunya terbuka. Aku bisa lihat Kaniss membuka kopernya lalu dengan terburu-buru memasukan semua pakaiannya.

Dan aku hanya bisa berdiri terdiam, melihatnya melakukan apa yang kuminta.

This is fucked up.

I am fucked up.

CollidedWhere stories live. Discover now