Chapter 51 - He's Serious About You

23.8K 2.2K 17
                                    

EZRA

"Satu lagi."

Bartender dengan cepat membuat yang kuminta, vodka on the rock. I think this is my... third? Or fourth glass? I don't count and I don't care.

Setelah menenggak gelas yang baru datang ini, bartender sudah memberikan satu gelas lainnya. Aku belum pesan.

"Ini dari wanita yang duduk di meja sana."

Aku menoleh ke arah yang ditunjuk. Seorang wanita pirang duduk di pojok bar cukup jauh dariku. Dia mengangkat gelasnya sambil mengedipkan sebelah matanya ke arahku. What? Is that supposed to be flirting? Aku hanya menggelengkan kepalaku jijik sambil membuang wajah darinya. Minuman yang dia berikan tetap kutenggak.

Sesaat aku sempat berfikir untuk menghampiri mejanya lalu mengajaknya ke apartemenku hanya untuk menunjukan pada Kaniss kalau aku tidak peduli dengannya bersama Aiden. Tapi aku mendengus tertawa dengan ide itu. Membawa perempuan random sama sekali tidak sebanding dengan apa yang Kaniss lemparkan ke depan wajahku. I might have been an asshole, but what she did, what she's doing... it's worse. I've been waiting and now she's with him?

No way. Kaniss wouldn't have sex with Aiden. She's not easy. Not even close.

But what do you know. Aiden is her type. And with those amount of beers.

Fuck it.

"Hey," aku memanggil bartender terdekat. "Berapa total semua minumanku?"

"Tiga puluh lima dolar."

Aku mengeluarkan lembaran lima puluh dolar dan meletakannya di atas meja lalu beranjak keluar dari bar ini. Ketika aku meletakan kembali dompetku ke dalam kantong jaket, aku sadar ada sesuatu yang terselip. Begitu aku keluarkan, rupanya sebuah kartu nama. Kartu nama milik Nadine.

Sejenak aku memperhatikan kartu nama yang dia berikan ketika aku tidak sengaja bertemu dengannya di rumah sakit. Something came up to my mind. Dengan perempuan random memang tidak setimpal, tapi dengan Nadine...

No. Still not a good idea.

Aku memasukan kembali kartu nama itu ke dalam kantong jaketku lalu lanjut berjalan menuju apartemen. Aku tidak membawa kendaraan karena tau kemungkinan besar aku akan minum banyak. Lagipula jarak bar ini tidak terlalu jauh.

Selama berjalan, otak tipsy-ku membuat rencana apa yang akan kulakukan begitu sudah sampai di apartemen karena jelas, tidur tenang tanpa mengetahui apa yang sedang Kaniss lakukan adalah hal yang tidak mungkin. Ini sudah jam satu pagi, tidak mungkin Aiden masih di sana—kuharap demikian. Dan aku tidak peduli kalau Kaniss sudah tidur, aku akan mendatangi apartemennya dan meminta penjelasan.

Tapi ketika aku sampai, mobil milik Aiden masih terparkir dekat dengan mobilku. Aiden masih berada di atas, di apartemen Kaniss. Di gedungku.

Setelah meremas rambutku emosi, aku merogoh kantong jaketku. Dengan tidak ragu-ragu aku menekan nomer telfon itu.

"Hey, Nadine, I'm sorry I call you this late." Masih berusaha menahan emosi, aku berjalan bolak balik di trotoar dekat mobilku dan mobil Aiden. "I wonder, maybe we could talk?" Aku mengigit ibu jariku menunggu jawaban Nadine. "Yeah, right now... great, I'll pick you up."

---

KANISS

Setelah dua film cheesy dan berkaleng-kaleng bir, Logan terkapar di karpet apartemenku. Marissa sendiri tadinya mau pulang, tapi tidak kuijinkan karena dia cukup mabuk untuk membawa kendaraan. Kubiarkan dia tidur di kasurku yang cukup untuk dua orang.

Collidedحيث تعيش القصص. اكتشف الآن