Chapter 25 - Lucky Day

31.4K 3.1K 6
                                    

Logan sudah berada di balik kounter suster ketika aku datang. Dari jauh senyumnya sudah mengembang lebar melihatku mendekat.

"Malam yang indah, huh?" godanya begitu aku sampai di kounter.

"Hey."

Aku menoleh dan Ezra sudah berdiri di hadapanku. Aku mengernyit. "Your phone." Sebelah tangannya terjulur memegang ponselku.

"Oh." Aku meraih ponselku dari tangannya. "Thanks," ucapku lalu dia tersenyum dan melenggang pergi. Aku membuang nafas panjang melihat punggungnya menjauh.

Ketika aku menoleh kembali ke kounter, aku mengernyit heran melihat Logan juga menatapi punggung Ezra.

"Sekarang aku mengerti kenapa kau sama sekali tidak tertarik dengan Dr. Miles," ucapnya lalu menoleh ke arahku. Aku mendengus tertawa melihat ekspresinya. "Dia pria yang bisa membuat laki-laki normal merasa gay. Percaya padaku. Aku tau."

Aku tertawa lepas.

"Ada apa dengan klan Reinhard? Genetik mereka tidak masuk akal," Logan terlihat kesal dan itu membuatku semakin ingin tertawa. "Apa dia juga dokter? Ahli kandungan mungkin?"

Aku menyeringai geli sambil menggelengkan kepala.

Logan terlihat lega.

"Dia pengacara." Walaupun aku tidak yakin apa Ezra kembali menjadi pengacara, aku sengaja mengatakan ini untuk melihat reaksi Logan.

"You've got to be kidding me," seru Logan dengan kedua tangannya melayang. "Kenapa mereka belum juga masuk TV? Mereka seperti versi benarnya Kardashians."

Tawaku lagi-lagi lepas. "Sudahlah, aku harus segera bersiap-siap masuk kandang singa." Logan tau siapa yang kumaksud dengan singa.

Aku hampir bertubrukan dengan Aiden ketika berbalik badan. Mataku reflek membulat karena aku belum sempat bertemu dengannya lagi setelah malam itu.

"O-ow." Aku bisa dengar gumaman Logan di belakangku. Rasanya aku ingin mencekik orang itu. Semoga Aiden tidak dengar.

"Hai," Aiden menyapaku duluan. Dia terlihat sangat santai.

"Hai," aku berusaha terdengar sekasual mungkin.

"Apa kabar?" tanyanya ramah. Kami hanya tidak bertemu kemarin, jadi aku tau yang dia tanyakan adalah kabarku setelah aku mabuk berat waktu itu.

"Um, baik," sepertinya aku berlebihan dalam berusaha bersikap santai ini, "aku belum sempat bilang, tapi terima kasih," ucapku sambil melihat ke kedua tanganku baru menghadap wajahnya, "untuk waktu itu," aku segera menambahi.

Aiden mendengus tersenyum. Dia hendak mengatakan sesuatu, tapi Dr. Weisz tiba-tiba lewat di samping kami.

"Oh, Dr. Farah. Tumben datang cepat," sindirnya dan aku hanya bisa tersenyum paksa. Dr. Weisz sudah mengenakan scrub-nya jam segini. Mungkin dia on-call tadi malam. "Dr. Miles," dia menyapa.

"Dr. Weisz."

Medusa kembali menoleh ke arahku. "Segera ganti pakaianmu lalu persiapkan pasien di kamar 1006 untuk operasi jam sebelas nanti. Kalau beruntung, kau bisa masuk ke ruang operasi."

Mulutku membulat kaget. Dua minggu di sini, baru sekali Dr. Weisz pernah mengajakku masuk ke ruang operasi bersamanya, itu pun hanya bertahan dua puluh menit karena dia mengusirku untuk mengurus pasien lain.

"Jangan terlalu senang dulu. Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh pasien di meja operasi," ucap Dr. Weisz lalu melenggang pergi.

Aku masih terdiam kehabisan kata-kata. Aku menoleh ke arah Aiden. "Kau dengar tadi? Dr. Weisz membiarkanku masuk ruang operasi!"

Aiden mendengus tertawa. "Selamat. Kudengar pasien itu memiliki tumor besar di frontal lobe-nya. Sepertinya hari ini hari keberuntunganmu."

Aku masih tidak bisa mengatupkan mulutku. Aiden benar, hari ini hari keberuntunganku!

CollidedWhere stories live. Discover now