Chapter 27 - Do What I Said

30K 3K 9
                                    

"Hey, Kaniss!"

Aku menoleh ke asal suara. Aiden setengah berlari menghampiriku yang sedang memeriksa chart salah satu pasien Dr. Weisz. Sudah dua hari ini aku ditugaskan untuk mengurusi pasien usus buntu ringan yang sudah dioperasi kemarin siang. Tidak banyak yang perlu kulakukan, hanya perlu memastikan kalau semua berjalan dengan lancar dan pasien dalam keadaan baik-baik saja. Atas perintah Dr. Weisz, tadi malam aku menginap di on-call room.

"Hari ini kau bersamaku," ujar Aiden begitu sampai di hadapanku. Aku mengernyit. "Oh, Dr. Weisz tidak bilang padamu? Dia pergi ke Florida untuk seminar." Aku menggelengkan kepala. Hari ini aku bebas dari Medusa? "Ya sudah, pokoknya kau jadi tangan kananku hari ini. Dan kau beruntung, hari ini aku akan melakukan transplantasi jantung. Kau bisa scrub in bersamaku."

"Serius?" Aku sampai tersedak ludah sendiri saking kagetnya.

Aiden tersenyum, memamerkan gigi rapinya. "Operasi akan dimulai dua jam lagi. Untuk sekarang kau bisa membantu intern-ku mempersiapkan pasien untuk operasi."

"Wow." Aku segera menggelengkan kepalaku cepat. "Maaf, maksudku terima kasih."

Aiden tertawa dengan reaksiku. "Sampai bertemu nanti. Aku mempunyai perasaan bagus untuk hari ini."

Aku menyengir lebar sampai Aiden beranjak dari hadapanku. Hari ini aku bebas dari Medusa, akhirnya Aiden menjadi mentorku walaupun cuma untuk sehari, dan aku akan melihat transplantasi jantung! Ini terlalu menggembirakan untuk kutampung sendiri. Aku celingak-celinguk mencari Logan, tapi batang hidung mancungnya tidak kelihatan. Aku pun segera mengeluarkan ponselku.

"Halo!" seruku bersemangat.

"Wow, calm down," ujar Ezra sambil mendengus tertawa. Subuh tadi Ezra mendadak harus ke San Francisco untuk urusan perusahaannya. Dia sudah SMS setengah jam yang lalu kalau dia sudah mendarat.

"Hari ini gue bebas dari Medusa!" Ezra sudah tau siapa yang kumaksud dengan Medusa.

"Okay, selamat?" ucapnya ragu. Dia tidak mengerti seberapa melegakannya berita ini karena dia tidak pernah mengerti kenapa aku sangat anti dengan Dr. Weisz. Dia bukannya membela Medusa, tapi setiap aku bercerita, dia selalu merespon seolah aku berlebihan.

Tapi ini tidak akan mematahkan semangatku. "Dan kerennya lagi, Aiden ngijinin gue buat ikut di operasi transplantasi jantungnya bentar lagi!"

"Aiden?" nada suara Ezra berubah. Aku baru sadar kalau aku tidak pernah membahas tentang Aiden sama sekali dengan Ezra selain ketika aku bangun di apartemennya setelah mabuk berat hari itu. Lagipula tidak ada yang perlu dibahas dan dia memang sudah kenal Aiden sebelumnya.

"Iya, dia mentor gue hari ini."

"Cuma hari ini?"

Aku mengangkat bahuku. "Ga tau, sih. Gue ga tau Medusa pergi sampe kapan."

"Kok lo bisa ga tau?" Oke, ini mulai mengesalkan.

"Ya kan bukan urusan gue," suaraku mulai ikut naik.

"She's your mentor. Of course you need to know," hardik Ezra ketus.

"Ya udah sih, gue ga ngarep dia balik cepet juga."

"Request for another acting mentor," tegas Ezra dengan nada memerintah.

"Hah?" Apa-apaan ini? "Emang kenapa?"

"Just do what I said."

"What?" hardikku. "Apaan sih lo, ga jelas." Dan tanpa pikir panjang, aku mematikan telfon. Aku menyesal sudah menelfon Ezra. Bukannya merasa semakin bersemangat, dia menjadi satu-satunya hal yang membuatku bete sekarang. Sial. Padahal hari ini bisa jadi hari terbaik selama aku mengikuti program ini.

Ponselku berdering. Dari Ezra, tentu saja. Tapi langsung kumatikan. Aku terlalu kesal untuk mendengar ocehan bossy-nya lagi.

Dan tentu saja berusaha menelfonku sekali tidak cukup untuk Ezra. Aku sampai harus mematikan telfon darinya empat kali sebelum aku memutuskan untuk menonaktifkan ponselku. Aku punya hal lebih penting dari berantem dengan Ezra saat ini. Aku akan melihat jantung dipindahkan!

CollidedWhere stories live. Discover now