Chapter 54 - Be Careful, Okay?

25.4K 2.4K 26
                                    

KANISS

Dua minggu berlalu semenjak aku keluar dari gedung itu. Aku belum merasa lebih baik. Bagaimana aku bisa merasa lebih baik, Ezra mengusirku di depan mantan pacarnya yang setengah telanjang berdiri di sampingnya. Atau mungkin sudah menjadi kekasihnya lagi, aku tidak tau.

Kalian tau apa yang paling menyedihkan? Setelah merasa sesakit hati ini, aku tetap tidak bisa menegaskan bagaimana perasaanku terhadap Ezra sekarang. Aku membencinya—aku harus membencinya. Tapi terkadang aku rindu. Terkadang aku masih berharap menerima telfon darinya yang tidak pernah datang. Aku menyedihkan karena setelah apa yang dia lakukan, yang kupikirkan justru salah apa yang kuperbuat sampai dia tega melakukan itu.

Salahku, sudah jatuh cinta pada orang sebrengsek dia.

Salahku, sudah sangat bodoh dan membiarkan Ezra lagi-lagi menyakitiku. Aku benar-benar bodoh sudah percaya kalau dia mencintaiku. Pfft, he said he loved me just to get into my pants.

Seminggu pertama, aku tidak banyak bicara. Memang sepertinya sejak dulu itu defense mechanism-ku untuk melawan rasa sakit. Aku tidak menangis, aku hanya diam. Tidak mau berfikir. Aku tinggal bersama Logan untuk sementara waktu, sampai sekarang. Aku belum berniat mencari apartemen baru. Mungkin tidak akan, mengingat internship-ku sebentar lagi selesai. Untungnya Logan tidak keberatan—justru dia terlihat senang dengan keberadaanku sebagai housemate­-nya. Aku sangat beruntung memiliki teman seperti Logan, yang belum lama kukenal tapi sudah sangat baik terhadapku.

Bunda sempat menelfon dan tentu saja aku hanya membahas hal-hal kecil seperti bagaimana mentorku semakin baik memperlakukanku atau hal-hal positif lainnya yang terjadi di rumah sakit. Tidak sedikit pun aku membahas soal Ezra. Ketika kami masih bersama pun aku tidak pernah menyebut soal Ezra ketika berbicara dengan bunda. Mungkin tanpa kusadari alam bawah sadarku tau kalau hubunganku dan Ezra tidak mungkin bertahan. Mungkin sebenarnya aku tau that we just don't work. Hanya saja, aku tidak menyangka akan berakhir secepat ini, sesadis ini.

Tapi apa aku kemudian akan terus membiarkan diriku terpuruk karena sikapnya? Tentu saja tidak. Aku pernah melewati yang lebih buruk dari ini. Tunanganku, Tama, meninggal di hadapanku. Pria yang kucintai lebih dari hidupku yang ternyata pernah berselingkuh dengan wanita yang sudah kuanggap seperti kakakku sendiri. Memang butuh waktu lama untukku bangkit dari kejadian itu, tapi aku pernah melewatinya. Kali ini tentu saja tidak akan sesulit itu. Apalagi yang sekarang terjadi karena purely kebodohanku. Aku tau Ezra. Aku pernah dibuatnya sakit hati. Dia bahkan mengaku terang-terangan kalau dia pria brengsek. Aku yang bodoh bisa percaya padanya. Benar-benar bodoh.

Sebisa mungkin aku tidak lagi memikirkan soal Ezra, walaupun sulit—SANGAT sulit. Di depan Logan dan yang lain aku selalu berusaha ceria, berharap kalau mereka bisa percaya aku sudah moved on, aku sendiri bisa percaya dengan hal itu. Tidak ada yang tau tentang kejadian Ezra mengusirku. Yang mereka tau aku hanya tidak mau lagi pusing soal Ezra makanya aku keluar dari apartemen itu. Aku tau Logan curiga ada yang terjadi pagi itu, tapi dia cukup pengertian untuk tidak memaksaku membahasnya.

Kalau soal internship, aku tidak bohong pada bunda. Dr. Weisz memang memperlakukanku dengan lebih baik, entah apa alasannya. Mungkin akhirnya dia sadar kalau aku bukan dokter yang seburuk dia kira. Program internship-ku yang akan segera berakhir ini sangat terbantu dengan perubahan sikap Dr. Weisz.

Tidak pernah kusangka sebelumnya sakit hatiku bisa sedikit terobati oleh Medusa.

---

"Kerja yang baik hari ini, Dr. Farah," puji Dr. Weisz setelah kami sudah keluar dari ruang OK. Ada operasi besar sejak pagi tadi dan aku menemaninya enam jam penuh.

CollidedWhere stories live. Discover now