Bab 7: Dokter Harris

59 3 0
                                    

Sore ini, Dennis memiliki kesempatan bertemu Dokter Harris untuk yang pertama kali. Seperti biasa, dia sedang asyik bermain dengan Rivaldy dan Nicky setelah selesai mengerjakan PR di ruang tengah lantai dasar. Dennis mendengar deru suara mobil di halaman dan Nicky membuka pintu, lalu bergegas kembali ke laptop-nya. Bu Cynthia sedang sibuk mengukir aksara di kamarnya. Biarpun tsunami menerjang, dia tidak akan bergerak ke mana pun saat ini sebab ada ide hebat melintas di benak untuk novel yang harus segera ditulisnya.

Dokter Harris berjalan ke arah anak-anak dan berhenti di hadapan Dennis.

"Hello," Dokter Harris menyapa sambil tersenyum yang ramah.

Dennis menatap Dokter Harris sebentar dan saat berdiri melangkah untuk berjabat tangan, pria tampan itu berkata, "Nah, ini pasti Dennis, anak smart yang sering diceritakan Ibu kalian, ya?"

Dennis berusaha menahan perasaan bangga yang bergejolak di hatinya. Aneh, pikirnya, senang sekali mendapat pujian Dokter Harris yang berkesan ramah, baik hati dan sepertinya memiliki kepribadian hangat ini. Dennis memperhatikan bahwa pria ini benar-benar mirip gambaran tentang seorang dokter tampan berkacamata yang simpatik.

"Hello Pak Harris, namaku Dennis," kata Dennis. Menurut, pria ini sangat cocok menjadi suami wanita sebaik Bu Cynthia. Beruntung sekali Rivaldy dan Nicky memilik kedua orang tua dengan citra seperti dalam cerita keluarga yang harmonis ini. Rasanya jadi sedikit iri terhadap Rivaldy.

"Pak Harris baru pulang dari kantor, ya?" tanya Dennis.

"Benar, Dennis." Dokter Harris lantas membuka tasnya dan mengambil sesuatu. "Ini untuk kalian bertiga."

Beberapa jenis coklat yang lezat. Dennis tertawa nyengir.

"Untuk kami bertiga? Untuk aku juga, Pak?" tanya Dennis heran karena pikirnya dia tak mungkin dapat bagian. Dia kan bukan anak Dokter Harris. Baik sekali dia mau membelikan untuknya juga, meskipun dia bukan anaknya.

"Ya, tentu saja Dennis, ini memang Bapak belikan untuk kalian bertiga. Tadi Ibu Rivaldy menelefon dan mengatakan Dennis ada di sini. Bagaimana PR sekolahnya?"

"Beres, Pak Harris." ujar Dennis nyengir.

Saat itu Rivaldy dan Nicky sedang sibuk dengan game mereka. Dokter Harris berbicara dengan sedikit berbisik, "Bagimana Dennis, bisa tidak Rivaldy mengerjakan PR-nya sendiri? Tentunya bukan Dennis kan yang mengerjakan?"

Rivaldy sedikit tersinggung mendengar percakapan mereka, lalu berkata tanpa menoleh dari laptopnya, "Aku kerjakan sendiri. Dennis yang menunjukkan caranya."

"Benar Dennis?"

Dennis mengangguk lugu. Dokter Harris menggiring Dennis duduk di sofa. "Rivaldy benci matematika, tapi sejak Dennis sering menemaninya, nilainya meningkat. Thanks ya, Dennis, membuat Rivaldy lebih semangat dalam belajar."

Dennis kembali mengangguk, sedikit kebingungan untuk memberi respons. Dia bangga bisa melakukan sesuatu yang berarti untuk keluarga Dokter Harris. Pria itu kemudian berkata dengan suara nyaring, mengimbangi suara tembakan permainan di laptop anaknya. "Ayah ada rencana, besok kita akan piknik ke pantai."

Kedua anak itu menghentikan permainannya dan menoleh ke belakang.

"Aku tidak mau pergi kalau Dennis tidak ikut," rengek Rivaldy dengan ekspresi wajah merengut manja.

"Tentu saja Dennis boleh ikut," tukas Dokter Harris. Dia gembira karena anaknya sudah mau bermain di alam terbuka. Biasanya kedua anaknya selalu menolak kalau diajak keluar bersama-sama. "Bagaimana Dennis, apa besok pagi kau bebas?"

Dennis tersenyum gembira. "Ya Pak Harris, aku tidak ada kegiatan apa-apa." Dan pikir Dennis, seandainya dia punya kegiatan pun, dia akan tinggalkan terlebih dahulu. Dia harus ikut piknik ke pantai dengan keluarga yang mengasyikan ini.

PURA-PURA MATIWhere stories live. Discover now