Bab 26: Ratapan Sang Hujan

8 2 0
                                    

"Kita akan melakukan sebuah konser di desa ini," jawab Denziel menatap mereka pasti

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

"Kita akan melakukan sebuah konser di desa ini," jawab Denziel menatap mereka pasti.

"Kita? Grup kita?" seru Sidney terkejut. Anak lain juga heran bercampur rasa kagum terhadap pemikiran dan rencana Denziel.

"Iya, Kita," sahut Denziel pasti. "Maksudku seluruh murid the The Eagle's Wings yang sekarang sedang berada di desa ini."

Seluruh mata menunggu penjelasan Denziel.

"Tentu saja, konser ini akan melibatkan seluruh 30 kelompok yang ada," lanjut Denziel. Dia terlihat sangat tampan dan berkesan seperti seorang pemimpin sejati. "Aku akan mengerahkan seluruh 30 kelompok yang ada untuk bekerja sama. Kita semua akan mengadakan sebuah konser yang bertemakan sesuatu yang terkait dengan kesedihan dan hujan."

"Konser Ratapan Hujan," seru Megan. "Kurasa tema-nya memikat dan cocok sekali, Denziel."

"Ya," ujar Denziel. "Konser ini bertujuan untuk mengguggah perasaan semua penduduk desa ini agar mereka dapat menangis."

"Kita bisa membuat drama yang sedih," usul Serena yang tiba-tiba seperti baru terbangun dari lamunan.

Mereka kemudian mengajukan beberapa ide mengenai acara konsernya seperti puisi, kor, lagu dan tarian.

"Boleh kasi satu ide?" tanya Dennis setelah dari tadi terlihat seperti merenung dan memikirkan sesuatu.

"Ya, silahkan Dennis," kata Denziel.

"Aku memiliki sebuah tarian yang bernuansa sedikit sedih dan pernah kami lakukan di pulau Bali - pulau yang terletak di Locusta Originia tempatku berasal."

"Tarian apa?" tanya Ethan penasaran. Tarian dari tempat misterius seperti Locusta Originia kedengarannya membangkitkan minat.

"Tarian Pura-Pura Mati," sahut Dennis tersenyum simpul, dengan pancaran mata yang berkilat-kilat.

Hening. Mereka serta-merta dapat merasakan sensasi kesedihan yang tersamar di dalam ucapan Dennis. Kematian, meskipun dalam tarian ini mengandung unsur kepura-puraan, rasanya tetap berkonotasi nestapa.

"Tarian ini - kurasa," lanjut Dennis, "cocok dengan suasana desa yang sedang putus asa, seakan menonjolkan sensasi kematian dan kesedihan ke permukaan dan tentunya diharapkan dapat 'menyentil' perasaan penduduk desa ini."

"Apa rencanamu?" tanya Denziel tertarik.

Dennis memaparkan, "Tarian ini dapat kita lakukan bersama-sama - maksudku seluruh murid harus terlibat dalam tarian ini. Aku terinspirasi untuk menarikan tarian ini setelah kita melihat tarian ritual hujan siang tadi."

Ide Dennis ini cukup mencengangkan. Mereka dapat merasakan dan mencoba membayangkan kehebohan yang akan tercipta nanti.

"Tarian Pura-Pura Mati itu Dennis," sela Megan, "apa kau masih ingat dengan seluruh gerakannya?"

PURA-PURA MATIUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum