Bab 2: Granny Ladonna

11 2 0
                                    

Serena Drew berbisik di telinga Megan. "Oh, pantas di jadwal hari Rabu tertulis: jam pertama Pelajaran Creativity 1, dan di ujungnya tertulis dalam kurung – kosong."

"Ini," ujar Megan sambil menunjuk pada jadwal di tabletnya.

Rabu : jam pertama : Creativity 1 (kosong)

Di sana tidak tertulis mata pelajaran lain di hari Rabu selain Creativity 1 yang tertulis kosong itu.

"Jadi," kata Bu Ladonna melanjutkan, "untuk seterusnya, hari Rabu kosong."

Seluruh murid menjadi keheranan dan tentu saja, belum begitu mencerna maksud Bu guru. Gembira bercampur heran. Tangan-tangan terjulur, menunjuk ke atas.

"Tolong," ujarnya, "murid yang Ibu tunjuk, tekan tombol data di meja."

Wanita itu kemudian menunjuk pada salah satu murid di sebelah kanan depan. Murid itu kemudian memencet tombol berbentuk kotak tipis kecil di meja yang lantas berubah menjadi hijau.

Tut .. tut ... tut ... terdengar bunyi seperti jam weker elektronik. Di depan papan tulis tiba-tiba terpampang layar hologram elektronik yang memampangkan foto murid yang baru saja memencet tombol di meja.

"Melody Harlow!" seru Bu Ladonna membaca nama yang tertulis di bawah foto gadis itu. "Namamu sungguh menawan. Silahkan kemukakan ide atau pertanyaanmu."

"Maaf Bu Ladonna," suara Melody terdengar melengking. Teman-teman sekelasnya sudah bersiap-siap menutup telinga dengan tangan. "Bu, tadi Ibu bilang hari Rabu kosong, sedangkan di jadwal kelas kami pelajaran Creativity 1 ditulis di jam pertama pada hari Rabu dan Jumat. Aku tidak mengerti mengapa hari Rabu harus kosong dan bahkan tidak tertulis pelajaran lain. Menurutku, kita harus memanfaatkan hari Rabu ini untuk belajar sepenuhnya. Saya termasuk murid yang sangat disiplin dan menghargai waktu untuk belajar."

Melody Harlow senyum tersungging tanpa menyadari seluruh murid di dalam ruangan telah berjengit hebat. Dan yang sedikit mengejutkan, ternyata Bu Ladonna tampaknya sama sekali tidak terkesan dengan ucapan Melody Harlow. Ekspresi wajahnya terlihat datar.

"Ibu maklum mengapa kau tidak paham," dengus Bu Ladonna nyaris sinis. "Kau punya nenek kan, Harlow?"

Melody mengangguk meskipun sedikit bingung dengan perkataan Bu Ladonna. Untuk pertama kalinya kata 'Nenek' terdengar dan tak seorang pun dari murid-murid akan menduga bahwa kata favorit Bu Ladonna itu akan terdengar ribuan kali pada masa yang akan datang.

"Ibu punya nenek yang sulit sekali mencerna perkataan Ibu," gumamnya terdengar seperti gerutuan, seakan menyindir. "Tapi sudahlah," dia mengebaskan tangannya. "Lupakan soal nenek itu. Jadi begini .... Tolong turunkan tangan kalian, Ibu jelaskan dulu, nanti baru nunjuk tangan lagi."

"Siapa di antara kalian yang sudah membaca tema pelajaran Creativity kita?" Bu Ladonna mengernyitkan kening dan kaget sebab hanya satu murid yang menunjuk tangan. "Dennis Reeves!"

Klik! Foto Melody Harlow berganti dengan Foto Dennis Reeves. Para gadis mulai berbisik-bisik. Dennis terlihat sangat tampan dan fotogenik dengan sorot mata yang seakan menatap seluruh ruangan dengan nuansa suram tetapi misterius.

"Find Your Hidden Talent, Bu Ladonna, temukan bakat terpendammu," ujar Dennis dengan suara sedikit lemas.

"Tepat sekali Dennis Reeves!" puji Bu Ladonna keheranan sebab di ruang guru dia telah mendengar nama Dennis Reeves yang katanya harus sedikit diberi perhatian lebih. Pelajar yang berasal dari Locusta Originia itu mungkin agak ketinggalan dari yang lain, tetapi mengapa cuma anak ini yang menunjuk tangan? Terlepas dari insiden 'ikan hiu' yang sangat mengejutkan tadi, anak ini tidak tampak terlalu aneh sekarang.

PURA-PURA MATIOnde histórias criam vida. Descubra agora