Bab 21: Terjun

36 4 0
                                    

Splash!

Tubuh mereka terhempas ke atas permukaan air. Dokter Harris segera berenang menuju ke arah batu karang kecil yang terletak di sebelah karang besar tempat mereka berjalan dan terjun tadi. Dia menyelam ke dalam lautan dan mencari-cari sesuatu di dinding batu karang. Aduh, pikirnya bingung bercampur panik, di mana pintu itu? Dokter Harris melihat Dennis melambaikan tangannya di bawah permukaan air. Pintu itu ada di sana, di dekat Dennis. Dokter Harris bergerak ke arah Dennis dan segera menekan sebuah benda berbentuk tombol di pintu.

Pintu yang sebenarnya cuma pemukaan batu yang berlumut itu bergeser ke samping dan terbuka. Sebuah mobil antik berwarna biru tiba-tiba bergerak dan keluar dari dalam pintu itu. Mobil itu tampak kosong dengan kaca jendela yang terbuka. Ajaib, aliran air sama sekali tidak merembes dan menggenangi bagian dalam kendaraan itu.

Dokter Harris segera menerobos masuk dan memberi kode pada Dennis untuk mengikutinya. Keduanya tidak terlalu heran karena pria berjubah biru telah memberi tahu kepada mereka lewat mimpi tentang kondisi mobil tersebut. Dokter Harris mengemudikan mobil itu lurus hingga tiba di bawah Bu Cynthia, Rivaldy dan Nicky yang sekarang tampak terapung-apung di permukaan air.

"Dennis, tunggu di sini," seru Dokter Harris. "Bapak akan membawa mereka turun ke sini. Mobil ini tak boleh terlihat turis-turis itu."

Dokter Harris keluar dari mobil dan berenang ke atas, membawa mereka semua menyelam ke bawah, lalu memasuki mobil satu per satu. Bu Cynthia memeluk kedua anaknya dan Dennis sambil menangis ketakutan. Ketiga anak itu benar-benar mengalami perasaan yang luar biasa ngeri. Nicky, Rivaldy dan Dennis tak dapat mengucapkan sepatah katapun. Mobil itu mulai berjalan lurus di dalam air yang biru dan jernih.

Lurus terus dan ikuti ubur-ubur berwarna biru. Dokter Harris mengingat-ingat pesan dalam mimpinya. Secara ajaib mobil itu bisa terus melaju tanpa jatuh ke atas permukaan pasir di dalam samudra. Tak lama kemudian, seekor ubur-ubur biru transparan yang bentuk dan gerakannya terlihat sangat indah dan gesit muncul dari samping kiri dan kemudian bergerak ke arah depan mobil itu.

Ubur-ubur itu bergerak turun naik lalu menuntun arah jalannya mobil.

"Harris," Bu Cynthia berkata sambil terisak, "a-apa yang sedang terjadi pada kita? A-apakah kita sudah mati?"

"Jangan panik, Cynthia! Tenanglah, kita semua akan selamat. Ini semua proses keberangkatan kita ke Morte-Orbis. Kalian semua tenang."

Beningnya laut terasa begitu nyata, namun mencekam. Mereka merasa seolah-olah berada di dalam sebuah kapal selam kecil. Dokter Harris mengikuti ubur-ubur yang bergerak dengan anggun itu terus sampai ketengah-tengah samudra. Semua menggiggil ketakutan menghadapi kejadian yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Ikuti ubur-ubur biru itu ... jangan sampai kehilangan jejak dan jangan pernah mundur sedikitpun. Suara petunjuk dalam mimpi terus mengiang-ngiang di kepala mereka. Pada saat tertentu, mereka kehilangan penglihatan terhadap ubur-ubur yang terlihat sangat lincah berenang di dalam air.

"Tutup mata setelah ubur-ubur itu berenang zig-zag," perintah Dokter Harris mengikuti petunjuk berikutnya. "Jangan sampai terbuka sebelum terdengar denting suara musik."

Dokter Harris memerintahkan mereka untuk memejamkan mata sekali lagi. Suaranya seakan-akan tercekik. Dia pun melakukan hal yang sama. Mobil itu terus berjalan, disetir dengan mata terpejam.

Gelap dan hening.

Namun, Rivaldy yang tak tahan dengan semua itu diam-diam membuka mata sebelah kanan, lalu menoleh ke samping. Detik berikutnya, terdengar jeritan keras! Di kejauhan, sebuah tombak dengan ujung runcing menyala tampak melesat cepat kearah mereka. Semua terpaksa membuka mata dengan panik sekarang. Dokter Harris mempercepat laju mobil, bersikap waspada dan untunglah tombak itu melesat di belakang mobil. Namun, detik berikutnya, sebuah tombak lain kembali melesat cepat dari sebelah kiri.

PURA-PURA MATIWhere stories live. Discover now