Bab 24: Kastil Exspiravito Zombra

25 2 0
                                    

Dennis dan ketiga sahabatnya berjalan kembali ke aula dan menemukan murid-murid lain sedang bermain 'Awas ada ikan hiu terbang!', tampak saling kejar-kejaran dengan tangan yang diperagakan mengatup-ngatup seperti rahang ikan hiu yang sedang melahap mangsa dengan brutal.

Keempat remaja itu lantas meringkuk di sudut aula, masih terlihat pucat pasi dan menggigil akibat pengalaman horor yang baru saja mereka alami. Mereka menoleh ke sana-kemari, khawatir kalau-kalau binatang ganas itu mendadak melongok dan menerobos dari pintu dan jendela yang terbuka.

"Bagaimana kalau hiu itu 'berenang' ke sini?" tanya Dennis dengan bibir yang tampak gemetar.

"Itulah yang kucemaskan," sahut Megan, bola matanya menelusuri sudut-sudut ruangan. "Mereka tidak percaya dengan kita, dan ini sangat berbahaya."

"Miris," timpal Serena suram. "Bagaimana kalau monster itu jumlahnya banyak?"

Mereka diam, tak sanggup membayangkan betapa horornya jika itu terjadi.

"Apakah hiu bisa terbang di Morte-Orbis?" tanya Dennis, memecah keheningan. Pikirannya kacau sekali saat ini.

Ketiga temannya serentak menggelengkan kepala.

"Dennis, hiu itu ...." sela Denziel, tercekat. "Hiu itu mengincarmu, Dennis."

"Benar," sahut Dennis. "Aku tak mengerti apa salahku."

Jam 8.00 malam, setelah bersantap, Dennis dan Denziel terserak di belakang aula kastil bersama seluruh murid yang lain. Dengan pikiran yang dijejali kilasan rahang dan gigi tajam ikan hiu, Dennis melipat kertas dan membentuk sebuah pesawat. Denziel Larson tampak melamun, belum pulih dari insiden horor siang tadi. Di sudut lain, Megan dan Serena tampak sibuk berdiskusi dengan tiga gadis berkacamata tebal Harper, Sidney dan Nora, membicarakan tentang penampilan dan nama grup mereka dalam tugas pelajaran Bu Samantha Hopes.

"Sweet Flower," desis Harper bersemangat. "Aku yakin nama ini sangat mengesankan dan catchy."

Megan berusaha tidak bertatapan dengan Serena. Catchy atau Crazy? dengus Megan dalam hati, jengkel. Sejak mereka sepakat untuk berkolaborasi dalam grup yang sama, ketiga gadis bertampang ilmuan yang dikenal dengan julukan 'tiga kutu buku kelas' itu telah memberi kesulitan tersendiri bagi Megan dan Serena.

Megan dan Serena telah berusaha keras meyakinkan mereka bahwa nama Sweet Flower bukan pilihan yang tepat untuk sebuah grup Girlband. Namun sampai hari ini, mereka tidak berhasil mengubah pendirian mereka.

"Tapi itu nama grup musik kesayangan nenekku," rengut Harper semakin bersikeras dan sentimental. "Sangat menginspirasi bagi grup kita nantinya."

Dennis meringis mendengar diskusi sengit Serena dan kelompoknya sambil melempar kertas itu ke arah depan tepat saat Pak Rafael Warterfield melongok di ambang pintu. Pesawat kertas itu menabrak keningnya. Pria itu berjongkok dan memungutnya. Ruangan menjadi hening seketika.

"Well, Dennis Reeves," pria itu bergumam dengan wajah yang masih terlihat ramah. Dia tampak mengebaskan tangan, melontarkan pesawat kertas itu hingga membumbung tinggi dan jatuh di atas meja Dennis. Anak-anak terkesima. "Kau pernah memenangkan sebuah kamar di kapal berkat keahlianmu melempar pesawat kertas," katanya menatap tajam. "Dan hari ini, pesawatmu itu akan memenangkan sebuah kamar yang lain – kamar detensi sekolah kita. Setelah kita kembali ke kapal nanti, temui Bapak di sana, oke?"

"B-baik, Pak," kata Dennis gelagapan. "Maaf, saya tidak sengaja tadi."

Pak Rafael Waterfield bertubuh ramping, dengan kacamata tebal yang bertengger di hidungnya yang bengkok dan rambut hitam lebat, dikenal memiliki ketenangan yang luar biasa dalam hampir semua situasi.

PURA-PURA MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang