Bab 6: Melempar Pesawat Kertas

30 2 0
                                    

Dennis merogoh kertas undian miliknya dari kocek, memperhatikan sekilas, lalu meremukkan dan melemparkannya ke bawah kursi. Dia sudah mengamati, pesawat kertas itu harus diterbangkan dalam jarak tertentu agar mampu menerobos ke dalam botol yang ujungnya kecil. Andai pesawat kertas itu mampu menyentuh moncong botol tersebut, percuma, sayap pesawat yang lebar tidak akan mampu menerobos ke dalam botol tersebut, terlalu sempit dan pasti tersangkut.

Para penonton memaki-maki dengan kenyataan itu dan menuduh maskapai kapal The Eagle's Wings telah dengan sengaja merancang agar undian itu tidak dapat dimenangkan oleh siapa pun juga. Mereka tetap melampiaskan emosi, meskipun pihak Eagle's Wings kerap memberi penjelasan resmi bahwa undian itu murni berasal dari sang pendiri kapal pertama - yang telah merancang ribuan trik untuk setiap setahun sekali agar setiap peserta memiliki kemungkinan untuk memenangkan kamar nomor 203.

Maskapai kapal juga berbaik hati mengganjar hadiah bagi siapa saja yang berhasil membuat kapal kertas itu hinggap di atas botol. Beberapa orang telah memenangkan hadiah berupa tiket gratis ke beberapa tempat di atas kapal seperti pertunjukan drama, restoran yang mahal dan hadiah-hadiah lain yang menggiurkan.

Teriakan penuh kekecewaan bergema. Beberapa orang harus cukup puas karena pesawat kertas yang mereka lempar masih bisa hinggap di atas botol kaca mengapung di tengah ruangan dan dikontrol dengan sistem seperti Drone yang dipergunakan di Locusta Originia. Beberapa yang lain menikmati kegaduhan di dalam ruangan aula maskapai kapal sambil menunggu pembacaan nomor undian dengan harap-harap cemas.

"Waktu hampir habis!" sang MC berkata, setelah beberapa jam bergulir. "Kami umumkan, setelah peserta ini, kami akan membacakan satu nomor undian terakhir untuk satu orang lagi agar bisa mencoba untuk yang terakhir kalinya hari ini. Jika tidak ada pemenang, kita akan lanjutkan besok."

Suara MC bergema kembali bergema keras. "Mari kita coba keberuntungan hari ini, siapa tahu andalah pemilik kamar nomor 203 yang legendaris itu!"

Bersama dengan para petugas, dia mengutak-ngatik nomor-nomor yang diletakkan dalam kotak, mengambil satu lembar terakhir, lalu membaca dengan lantang, "Dan undian yang berhak untuk tampil ke depan adalah nomor ... 931970!"

"Dennis, itu nomormu!" pekik Denziel. "Di mana kau simpan kertasmu?'

Dennis celingukan dan memungut kertas remuk yang tadi dilemparnya ke atas lantai di dekat kakinya. Dan benar saja, itu nomor yang baru disebut oleh MC.

"Untuk yang terakhir kalinya, kami panggil nomor undian 931970."

"Cepat, Dennis, ayo maju ke dapan!"

Dengan jantung yang dag-dig-dug dan perasaan pecundang kelas satu, seakan merasa akan kalah sebelum bertanding, Dennis melangkah ke depan dan disambut oleh ketiga petugas wanita, lalu menyerahkan nomornya untuk diperiksa.

Percuma saja, pikirnya dengan lunglai, trik itu terlalu sulit untuk dimenangkan. Aku akan kembali ke kursiku dan keluar ruangan ini dengan perasaan yang sangat kecewa, pikirnya, dan seluruh sisa hidupku akan kuhabiskan dengan penyesalan akan kekalahan ini.

"Hai," sambut salah satu para petugas dengan ramah. "Sungguh sebuah keberuntungan. Bagaimana, siap untuk mencoba?"

Dennis mengangguk suram. Senyum getir menghiasi wajahnya.

"Baik, silahkan ambil satu pesawatnya dan bersiap-siap," pinta petugas itu lagi sambil menyodorkan kotak bergambar kapal pesiar tersohor tersebut.

"Aku tak tau apa aku bisa atau tidak," gumamnya, nyengir bego sambil memilih satu pesawat kertas dalam kotak.

Gadis itu tersenyum. "Bisa atau tidak, harus dicoba, siapa tahu keberuntungan berpihak kepadamu. Semoga berhasil, ya!"

Dennis mengucapkan terima kasih.

PURA-PURA MATIWhere stories live. Discover now