Bab 2: A Table for Three

40 2 0
                                    

"Perhatian!" seru petugas pria berumur kisaran 30 tahun, berbadan tegap, memberi pengumuman. "Kita hampir sampai di tujuan. Silahkan ambil dan kenakan peralatannya. Barang-barang lain mohon dititip untuk dibawa serta."

Sudah sampai? Sampai di mana? Dennis melayangkan pandangan ke sekeliling, ke tengah laut biru yang tak bertepi. Tidak ada apa-apa di sini, tetapi dia lantas mengekori kedua sahabatnya. Mereka harus segera berganti dengan pakaian dan mengenakan alat penyelam.

"Kita mau menyelam, ya?" tanya Dennis gembira bercampur bingung.

Megan dan Serena mengangguk sambil saling berpandangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dennis memperhatikan, setelah berganti dengan pakaian penyelam, pakaian dan tas mereka dijejalkan dengan rapi ke sebuah tempat sejenis kotak oleh seorang petugas. Dia termanggu-manggu saat salah satu petugas kemudian terjun membawa kotak itu ke dalam laut. Seorang petugas melambai ke arah mereka bertiga dan penumpang lain untuk mengikuti.

"Ayo, kita terjun sekarang!" ajak Megan. "Ikuti kami Dennis!"

Akhirnya, seluruh penumpang menceburkan diri ke dalam laut dan menyelam mengikuti beberapa petugas. Laut terlihat sebening kaca. Segerombolan ikan berwarna-warni tampak berseliweran ke sana-kemari. Dennis menjadi sedikit waspada mengingat pengalaman mencekam ketika dia dan keluarga Dokter Harris mengarungi dasar samudra, diseruduk ikan hiu ganas dan para Whisperers.

Mereka sampai di dasar samudra dan para petugas menuntun menjelajahi keindahan karang-karang. Berbagai binatang laut, gerombolan ikan berwarna-warni kadang-kadang menghampiri dan mengerumuni mereka. Dennis melihat seekor kura-kura kuning berbintik hitam besar berenang dengan anggun melewatinya. Kura-kura itu tampak sangat jinak dan segera berputar-putar mengitari Dennis. Mereka berdua kemudian tampak asyik berenang bersama-sama di atas karang. Suasana laut yang begitu tenang dan damai membuat semua penyelam meluap dalam kegembiraan.

Tak lama kemudian, Dennis terpana saat menyaksikan sebuah objek yang berbentuk sebuah kapal besar tampak tergeletak di dasar laut. Saat mereka bergerak makin dekat, Dennis sungguh tak dapat menyembunyikan keheranannya. Megan dan Serena terlihat saling bertukar pandang, tersenyum geli.

Di dalam kapal laut itu, di balik beberapa dinding kaca, penuh dengan pengunjung yang sedang nongkrong sambil bersantap dan sekarang melambai-lambaikan tangan ke arah mereka. Di sekeliling kapal, suasana dirancang seperti taman yang membuat lidah berdecak kagum. Dennis sedikit menyesal tidak membawa serta kedua kura-kuranya, Alfonso dan Diego. Pasti mereka senang sekali berenang di tempat yang indah seperti ini.

Rombongan kemudian berenang ke arah lambung kapal dan menerobos pintu yang tiba-tiba bergeser ke samping. Saat sudah berada di dalam, pintu tertutup kembali dan genangan air merembes keluar. Mereka menerobos melalui sebuah pintu lain dan mendadak sudah berada di dalam sebuah ruangan kapal. Ketiga remaja itu mengikuti semua penumpang lain untuk berganti pakaian di sebuah ruangan khusus, dipandu oleh para petugas yang sekarang tampak sibuk menyampaikan beberapa informasi seputar kapal.

"Selamat datang di Shipwreck, restoran dan kafe Kapal Karam, Dennis!" seru Serena membungkukkan tubuh dan tangan melambai di tengah keterpukauan Dennis yang saat itu sedang mengamati lingkungan sekitar dengan perasaan campur aduk.

Alunan suara musik yang terdengar mirip irama jaz di Locusta Originia dari pemain band di sudut ruangan langsung mengiringi langkah kaki mereka. Gerombolan ikan haring tampak berputar-putar di balik kaca. Meja-meja tersebar dan tertata elegan, dipenuhi sekelompok keluarga, teman dan kenalan yang tampak sibuk mengobrol, bercanda dan tertawa sambil bersantap menikmati hidangan. Lampu-lampu eksostis tampak menjulur dari atas langit-langit. Ruangan benar-benar terlihat seperti di dalam sebuah kapal dan didesain menjadi kafe dan restoran mewah dan eksostis, dengan pemandangan menerobos dari kaca-kaca yang memamerkan dasar samudra bening kebiruan.

"Wow!" seru Dennis. "Ini benar-benar sebuah kejutan untukku. Aku belum pernah ke tempat yang seperti ini. Thanks ya, Serena, Megan. Kalian benar-benar membuatku sangat gembira hari ini!"

"Kami tahu kau bakal suka, Dennis," ujar Megan, girang melihat wajah Dennis yang sudah mulai mereda kegundahannya. "Kita ke sana, ke bagian atas."

Mereka bergerak ke atas, disambut seorang petugas pria berwajah ramah yang menuntun ke sebuah meja kosong di sudut dengan dinding kaca lebar yang menghadap ke arah dasar lautan. Desain meja dengan gelas kristal, kursi dan meja seakan dipersiapkan untuk menyambut pangeran dan putri kerajaan yang mampir untuk bersantap. Menu Seafood yang menerbitkan air liur tiba setelah Serena meminta mereka memesan sebanyak mungkin. Dana yang ada memang disediakan dari organisasi Acampanar untuk mereka.

"Aku pesan air kelapa," seloroh Serena, menerbitkan sengir di wajah Dennis, teringat pada pesanan gadis itu saat mereka bertemu pertama kali di pinggir Danau Whispering Waters. Serena menatapnya dengan sinar mata jenaka. "Kenapa Dennis, kau masih heran bahwa di sini juga ada minuman air kelapa?"

"Aku pesan jus Nespasque," celetuk Dennis, sontak membuat Serena tergelak, merasa sedikit de zafu. Megan terlihat kebingungan.

"Jus Nespasque," Megan meringis ngeri. "Buah-buahan berduri itu sudah bisa diracik menjadi jus sekarang? Aku ketinggalan info."

Serena berkata, "Kata Dennis di dunianya, buah sejenis itu ... apa sebutannya Dennis?"

"Kaktus"

"O iya, kaktus, bisa dijadikan jus."

"Jangan coba-coba dengan Nespasque," Megan mengambil daftar menu, "Sangat beracun dan pasti membuatmu menggelepar."

Serena dan Megan sudah beberapa kali berkunjung ke restoran ini bersama orang tua dan teman-teman sebelumnya. Tempat ini tentunya sudah menjadi restoran favorit mereka. Obrolan terasa sangat menyenangkan diiringin lagu instrumentalia sayup-sayup dan gerombolan ikan yang berseliweran di balik kaca. Suasana bertambah meriah saat para penyanyi bergantian mengalunkan lagu yang terdengar sangat pas dengan suasana restoran di bawah laut ini.

"Aku salah duga," Dennis mengambil sendok dan garpu sambil memperhatikan seekor ikan pare besar yang lewat di balik kaca. "Morte-Orbis ternyata sangat unik, tapi tahu tidak, dari segala hal yang kutemukan, ada dua hal yang paling membuatku bahagia."

"O yaaa?" seru Megan. Mereka berpandangan. "Katakan Dennis, apa itu?"

"Kalian berdua, Megan dan Serena," Dennis menatap kedua sahabatnya itu lekat-lekat. "Kalian berdua yang membuatku paling bahagia."

"Yeiii!" seru Serena gembira. Megan senang sekali mendengarnya. "Ayo, kita bertiga bersulang sekarang!"

Beberapa ubur mengintip dari balik kaca saat ketiganya mengangkat gelas bersama-sama. Serena berkata, "Untuk Dennis Reeves, yang akan memulai lembaran baru di dunia Morte-Orbis, lembaran baru yang lebih baik."

Suasana bertambah seru ketika Serena dan Megan tampil ke depan dan meminta pemain band mengiringi mereka melantunkan lagu berirama jaz "Don't be sad, my friend" yang membuat Dennis Reeves terpukau sekaligus gundah sebab tak lama lagi kedua sahabat barunya itu akan memulai sekolahnya dan terpisah selama enam bulan. Namun, saat Dennis tenggelam dalam lamunan di tengah alunan lagu itu, memikirkan betapa sepinya hidup di danau tanpa Megan dan Serena, dia sama sekali tak menyangka, sebuah peristiwa penting akan terjadi dan mengubah kehidupan anak yang suka bepura-pura mati itu tiga ratus enam puluh derajat!

Follow, Vote, and comment. Thank you

PURA-PURA MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang