Bab 15: Ancaman KehancuranThe Eagle's Wings

284 21 146
                                    

Ketika Kapal Pesiar The Eagle's Wings merambat di udara hari ini, seperti seekor burung elang yang berkepak dengan anggun, tak satu pun dari penumpang di sana menyadari bahwa kapal gemerlap itu saat ini sedang berada di ambang kehancuran.

Di salah satu sisi, saat ini pertunjukan drama Pura-Pura Mati, legenda tentang pelarian pertama dari Locusta Originia yang dibintangi oleh Timothy Laurence dan Julliette Garreth telah menyebabkan gedung Moonlight Replica Theatre yang megah penuh sesak dengan penonton.

Di salah satu sisi, saat ini pertunjukan drama Pura-Pura Mati, legenda tentang pelarian pertama dari Locusta Originia yang dibintangi oleh Timothy Laurence dan Julliette Garreth telah menyebabkan gedung Moonlight Replica Theatre yang megah penuh s...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tidak ada tempat yang lebih aman," gema suara sang aktor di atas panggung berdengung di telinga. Aktor tampan ini terlihat dramatis dan mempesona dengan pakaian tradisional Eropa Locusta Originia dan gerak-geriknya yang luwes di atas panggung. "Peperangan akan memusnahkan segalanya ... segalanya ... dan api asmaraku kepadamu, Anastasia."

"Benarkah, kekasihku?" Julliette Garreth menunduk sambil mencium setangkai bunga di tangannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Benarkah, kekasihku?" Julliette Garreth menunduk sambil mencium setangkai bunga di tangannya. Dia meragukan ucapan kekasihnya dan itu tampak jelas dari mimik wajahnya.

"Tidak ada lagi tempat yang tersisa di sini," sang aktor tampan berjalan mendekat, memegang bahu sang aktris dari belakang. "Tidak ada tempat di mana cinta kita akan tumbuh dan mekar seperti bunga Aster. Sayangku, jangan pernah kau ragukan keputusan kita untuk pindah ke Morte-Orbis."

"Aku ... entahlah," kata Julliette Garreth yang berperan sebagai Anastasia, berpaling, saling bertatapan. Ekspresi akting gundah dan kegelisahan yang terpancar di wajahnya tampak sangat meyakinkan. "A-aku takut, Pasdensa. Kau seakan melarikan diri dari kenyataan. A-aku tidak ingin ... jatuh cinta dengan seorang ... pecundang."

"Tidak ada kata pecundang untuk sebuah cinta, Anastasia," sahut Timothy Laurence, menarik lengan sang aktris yang hendak berpaling dan menjauh. "Segala yang kulakukan hanya untuk menyelamatkan cinta kita. Cinta yang akan tumbuh seperti bunga Aster di musim semi."

"A-aku ...," Gadis itu tergagap, mengebaskan rambut panjang yang menutupi wajah. Ekspresi kegelisahan di dalam perannya membuat penonton berdesis, terlarut dalam kisah yang dramatis.

"Aku hanya ingin melihat anak-anak tumbuh bersama kita dalam sebuah keluarga," sang aktor memotong kalimatnya. "Tatap mata-ku, Anastasia, hanya cinta alasanku pindah ke Morte-Orbis. Cinta .... Namun cinta ini hanya akan menjadi reruntuhan puing yang berserakan jika kita masih tinggal di Locusta Originia, dunia yang haus perang dan darah. Harapan kebahagian kita cuma ada di Morte-Orbis. Tidak dapatkah kau memahami jalan pikiranku, Sayang?"

PURA-PURA MATIWhere stories live. Discover now