Bab 38: September 15

212 22 62
                                    

Beberapa hari sebelum tanggal 15 September – tanggal penyelenggaraan Konser Ratapan Hujan yang telah diajukan oleh Dennis Reeves dan disetujui oleh Denziel Larson sebagai ketua – tersebar desas-desus di antara beberapa kalangan penduduk Village of...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beberapa hari sebelum tanggal 15 September – tanggal penyelenggaraan Konser Ratapan Hujan yang telah diajukan oleh Dennis Reeves dan disetujui oleh Denziel Larson sebagai ketua – tersebar desas-desus di antara beberapa kalangan penduduk Village of Endless Rain yang putus asa bahwa kelompok Sword Fire milik Dillon dan Logan telah behasil menemukan solusi turunnya hujan untuk masa 1000 tahun mendatang.

"Astaga!" bisik seorang pria di salah satu kafe, terperanjat. "Tak terpikirkan olehku selama ini bahwa binatang itulah yang sebenarnya diidam-idamkan oleh dewa hujan sebagai tumbal yang dapat memicu turunnya hujan di desa ini!"

"Ssst," desis kawannya sambil celingak-celinguk. "Rahasia kita ya, jangan sampai tersebar ke mana-mana sebelum acara mereka dilaksanakan. Kurasa akan ada sejumlah pihak yang tidak setuju dengan penggunaan binatang itu sebagai tumbal."

Sapi?

Namun, dari cara penduduk desa yang kasak-kusuk itu, agaknya tumbal yang dimaksud bukan mamalia pemakan rumput itu, sebab kematian seekor sapi – jika dikaitkan dengan tumbal – tak pernah benar-benar diperhitungkan di desa ini.

Memang, beberapa hari yang lalu, ketua kelompok Sword Fire, Dillon Giorgio telah berkeliling desa untuk mencari seekor sapi yang akan mereka gunakan dalam pertunjukan Drama Tumbal Hujan. Seorang remaja laki-laki yang berasal dari Village of Endless Rain bernama Sean Filmore telah mereka hubungi untuk mengulurkan tangan dalam mencari tumbal sapi.

"Bagaimana, Sean," tanya Dillon waktu itu, terdengar sedikit putus asa. Kedua anak itu berada di atas kereta kuda yang sedang berjalan, duduk bersebelahan. "Apa kau berhasil mendapatkan sapi itu?"

"Sial!" gerutu Sean, yang berambut pirang ikal, wajah berbintik-bintik dan berkesan seperti anak berandalan. "Aku tertangkap tangan pamanku saat menggiring sapi itu ke tempat latihan, habis aku diomelin sepanjang hari!"

"Aduh, bagaimana dong," keluh Dillon, meringis. "Kita harus bisa mendapatkan sapi itu, apa pun yang terjadi!"

"Sebenarnya, kita bisa saja 'mengambil' sapi-sapi lain milik penduduk desa ini," ujar Sean bergidik teringat pada jeruji sel tahanan saat dia ketahuan mencuri beberapa tahun yang lalu. "Tapi sumpah, aku tidak mau lagi masuk penjara!"

Dillon Giorgio menjadi sangat cemas, kilasan wajah Logan menghantui benaknya. Wakilnya itu pasti berang dan mengamuk kalau dia tidak mendapat hasil apa-apa.

"Apa harus sapi tumbalnya, Dillon?" tanya Sean mengernyitkan kening.

"Tidak," sahut Dillon asal-asalan. "Binatang yang mirip sapi pun boleh."

"Menurutku, tumbal sapi kedengarannya sangat konyol," Sean tampak seperti termenung. "Aku yakin Dewa Hujan atau siapa pun yang bersemayam di atas sana tidak akan pernah tertarik pada binatang itu, lagi pula menurutku, sapi tidak memiliki kualitas percikan aura dramatis."

PURA-PURA MATIWhere stories live. Discover now