Bab 6: Terjun

8 2 0
                                    

Saat Dennis Reeves melompat, helikopter segera bergerak menjauh untuk menurunkan keenam anggota The Eagle's Wings Squad di sisi lain. Sesaat kemudian, Denziel dan kelima murid itu terjun satu persatu dari pesawat. Ketiga helikopter itu segera bergerak menjauh untuk menghindari jebakan racun polusi dan kembali ke kapal pesiar The Eagle's Wings. Pak Salvator menundukkan kepala, memikirkan kengerian membayangkan bahwa Dennis Reeves saat ini sedang meluncur dan akan mendarat di sekitar jaring yang penuh dengan batu-batu runcing. Dia tentu saja berharap Dennis akan berhasil mengemban misinya, namun dia tak yakin bahwa Dennis dapat menghindari batu-batu runcing yang menunggunya di bawah sana.

Sementara itu, Dennis Reeves meluncur dari atas helikopter. Langit dan lautan di bawah sana terlihat sangat luas. Dia membalikkan tubuhnya seperti tertelungkup dan mengarahkan pandangan matanya ke bawah, di mana jaring telah dipasang dan tampak terentang. Kengerian maha hebat mencekam jiwanya. Dia tahu, batu-batu runcing itu sudah siap menembus tubuhnya. Pada detik-detik yang sangat menentukan, dia berusaha menajamkan penglihatannya. Tubuhnya semakin lama semakin mendekat ke arah jaring yang terentang di bawah sana. Batu-batu runcing tampak begitu mengerikan. Dalam perasaan yang luar biasa mencekam, dia berusaha berkonsentrasi penuh.

Tubuhnya meluncur terus dengan kecepatan tinggi. Terjadi kontraksi di dalam benaknya, seperti pijaran listrik yang menunjukkan tanda pergulatan di dalam pesikologis antara rasa takut, kematian, konsentrasi, dan hambatan zat beracun yang mengitari udara di sekitar pulau, seakan-akan tarik menarik dan akan meledakkan kepalanya.

Lima... empat... tiga... dua... satu!

Ziiiiip!

Tubuh Dennis jatuh tepat ke atas jaring yang terentang, di antara batu-batu runcing. Nyaris saja tertancap di salah satu batu runcing yang terletak di bawah jaring. Dia kembali terpantul dan meluncur ke arah jaring. Ziippp! Dennis Reeves memiringkan tubuhnya sedikit sehingga ketika dia terhempas kembali mengenai jaring, tubuhnya terpantul sebanyak dua kali dan terhindar dari batu runcing. Dennis mengerahkan kekuatannya agar dia terlempar ke arah luar jaring dan jatuh mendarat di atas rumput.

Brak!

Dennis Reeves terguling dan tergeletak dengan wajah menghadap ke langit. Napasnya ngos-ngos-an. Dia memejamkan matanya selama beberapa menit. Anak itu menoleh ke arah jaring. Batu-batu runcing menjulang itu tampak sangat mengerikan. Dia masih belum yakin apakah dia masih hidup atau sudah mati. Dalam situasi seperti saat ini, Dennis merasa heran sendiri, mengapa dia begitu nekad menghadapi tantangan ini. Dia berjengit ngeri melihat kerangka dan tengkorak yang tergeletak berserakan di bawah jaring.

Dennis segera merogoh sebuah alat pengukur kotak tipis dari dalam kantongnya dan memencet tombol.

"Ah, berhasil!" serunya kegirangan. Di layar, tampak data pengukuran level-nya menunjukkan angka 100%. Alat komunikasi berbentuk ponsel-nya berdering. Dia segera mengambil dan melihat, figur Denziel yang tertera di layar.

"Denziel!" teriak Dennis sambil berdiri. "Berhasil! Aku selamat!"

Terdengar teriakan lega di ujung sana. Suara Megan, Serena dan teman-teman mereka yang lain.

"Oh Tuhan, Dennis!" teriak Denziel. "Syukurlah kau selamat! Kami berada di pantai sekarang!"

"Tunggu aku di sana, ya! Aku harus menerobos hutan dulu untuk sampai ke tempat kalian."

Dennis Reeves berdiri. Tubuhnya terasa ringan sebab level 100% yang dia miliki telah beradaptasi dengan udara di pulau ini dan menyebabkan kekuatannya meningkat berkali lipat. Pandangan matanya tiba-tiba mampu menangkap daun-daun yang bergetar tertiup angin jauh di atas dahan dengan sangat jelas. Dia bahkan dapat melihat semut-semut di sana seakan menggunakan kaca pembesar. Pendengarannya pun semakin menajam. Dennis mengamati hutan yang terpampang di depannya dan segera melangkah. Dia berusaha untuk tetap waspada terhadap bahaya yang mengintainya. Dengan satu sentakan, dia menarik senjata dari punggung dan mengacungkannya ke depan.

PURA-PURA MATIOù les histoires vivent. Découvrez maintenant