Bab 25: Penjaga Pintu Gerbang

314 35 22
                                    

"Perkenalkan, ini Twilight Gerladina, Ursulla Kimberlee dan Adrian Yvor," ujar Nicolas memperkenalkan. "Kami adalah penjaga pintu gerbang Pura-Pura Mati, pintu ke Morte-Orbis yang telah tercipta jauh sebelum kami ada."

Twilight Gerladina berwajah ramah. Dari tudung longgar dikepalanya, mereka dapat melihat bahwa wanita yang berkesan seperti berusia 40-an itu memiliki rambut cokelat yang diikat kebelakang. Seuntai kalung berlian menjulur di dadanya. Meski tampak ramah, sorot biru matanya berkesan tegas.

Ursulla Kimberlee berparas cantik dengan rambut yang hitam legam terurai panjang. Matanya berwarna ungu dengan alis yang tertata rapi dan tajam. Wajahnya nyaris seperti sosok yang baru saja membilas wajah setelah menangis sepanjang malam. Dia mengenakan jubah berwarna merah darah. Meskipun mencoba tersenyum ramah, Bu Cynthia dapat melihat aura sedih yang manaungi wajahnya.

Adrian Yvor memiliki wajah yang sangat tampan dengan pakaian seperti kaus hitam yang ditutupi dengan jubah hitam panjang dan celana panjang gelap yang necis. Dia mengenakan sepatu lars hitam dengan motif naga. Dia terlihat seperti pemuda berumur antara 25-30 tahun dengan rambut legam pendek dan rapi. Mata hitamnya penuh selidik. Kerah jubahnya yang sedikit menutupi pipinya membuatnya berkesan misterius. Secara keseluruhan dia terlihat seperti seorang pangeran tampan dari Mesir.

Nicolas Al-Portero kembali menjelaskan, "Di sini, di gerbang Pura-Pura Mati, seandainya memilih untuk kembali, kalian masih memiliki kesempatan. Semua yang telah kalian alami sampai di gerbang ini akan dihapus secara total dari ingatan."

"Alasannya apa, Pak?" tanya Dennis keceplosan, penasaran dan mulai terbawa arus cerita Nicolas Al-Portero.

Nicolas Al-Portero mengernyitkan keningnya.

"Alasan mengapa Morte-Orbis tidak campur tangan dengan kehidupan di bumi," ulang Dennis. Bu Cynthia segera memberi kode dengan telunjuk tangan dibibir agar Dennis diam. Keningnya berkerut.

"Tidak, tidak apa-apa," gumam Nicolas Al-Portero. Dia merasa gembira karena ketegangan sudah mulai mereda. "Salah satu alasan mengapa penduduk di dunia Morte-Orbis tidak mencampuri kehidupan di bumi adalah karena mereka memiliki jenis 'udara' yang berbeda."

Pria itu melanjutkan penjelasannya. "Selain itu, memang sampai saat ini belum ditemukan jalan dari sana untuk sampai ke sini, ke bumi. Berbagai upaya telah dilakukan tetapi belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Sebagai penjaga gerbang Pura-Pura Mati, kami memahami bahwa Morte-Orbis memang telah tercipta bagi penduduk bumi yang ingin berpura-pura mati, memalsukan kematian mereka dan mencari kehidupan yang baru: Pergi dan tak kembali, begitu istilahnya. Sekarang timbul pertanyaan dalam pikiran kalian. Bagaimana kami menemukan jalan untuk ke Morte-Orbis, bukan?"

Mereka mengangguk perlahan, terdiam sambil menatap pria misterius ini dengan pikiran yang penuh tanda tanya.

"Seperti sudah saya jelaskan sebelumnya," Nicolas Al-Portero menambahkan, "sama halnya dengan bumi, bukan kami yang menciptakan Morte-Orbis. Kami hanya penerus, penjaga dan pemegang kunci untuk menerobos ke sana, yang terpilih karena kebetulan memiliki sedikit kekuatan khusus yang tidak boleh dipergunakan serampangan dalam kehidupan kami di bumi. Untuk penjelasan selanjutnya, Adrian akan melanjutkan."

Adrian Yvor mulai berbicara. Suaranya terdengar berat. "Kami berempat adalah keturunan pemegang kunci pintu gerbang Pura-Pura Mati, orang-orang yang telah mengalami reinkarnasi selama beratus-ratus kali dibumi. Kami adalah pencinta bumi dengan segala kekurangan dan kelebihannya dan berniat hidup untuk jangka waktu yang lama dengan alasan masing-masing. Kami bertugas menjaga pintu gerbang sampai semua tujuan kami tercapai. Setelah itu, kami akan menunjuk empat keturunan lain, yang juga telah mengalami reinkarnasi untuk menggantikan posisi kami menjadi penjaga pintu gerbang."

PURA-PURA MATIOnde histórias criam vida. Descubra agora