Bab 22: Gerimis

235 20 112
                                    

Diluar dugaan, Dennis Reeves ternyata semakin menyukai hujan. Saat ini remaja galau itu terbenam dalam lamunan di jendela kamarnya sambil menatap hujan yang turun dan membasahi rerumputan, pohon, bunga dan atap rumah penduduk.

Agaknya, Dennis mulai merasa seperti para penulis puisi yang sering memuja hujan dan menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat spesial di hati mereka.

Ada begitu banyak filosofi hujan yang tampaknya cocok untuk suasana hati Dennis saat ini dan salah satu darinya tiba-tiba melintas di benaknya.

Berhentilah berlari Dennis, walaupun sejenak dan perhatikan ke selilingmu. Redam ambisimu untuk sesaat, tata ulang rencanamu.

Dennis merasakan tubuhnya menjadi ringan ketika dia berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Dia mulai merasa betah dengan suasana kamar yang memiliki latar hujan yang tak pernah berhenti di luar jendela.  Remaja pelarian dari Locusta-Originia ini juga menyukai sebuah lukisan di dinding kamar  –  silhouette seorang pria yang sedang berjalan dengan payung dan tampak hampir terlepas dari tangannya.

  Remaja pelarian dari Locusta-Originia ini juga menyukai sebuah lukisan di dinding kamar  –  silhouette seorang pria yang sedang berjalan dengan payung dan tampak hampir terlepas dari tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, Kamar Denziel Larson kosong. Sejak tadi dia diantar oleh Noah dan Michael dengan kereta kuda menuju ke tengah kota untuk bertemu dengan para ketua kelompok lain karena mereka akan melakukan rapat pemilihan ketua umum. Kegiatan ini dituntun oleh Pak Rafael, guru Filosophy yang bertugas memantau murid-murid dan tinggal di tengah-tengah desa.

Sementara Megan sedang berkonsentrasi menulis sebuah puisi di dalam kamarnya. Gadis itu berkali-kali menoleh keluar jendela mencari inspirasi. Dia membaca ulang puisi yang baru saja ditulisnya di dalam hati.

Setelah gagal mengusir sepi, 

aku terperangkap di bingkai jendela.

Cinta adalah: hujan

Namun ku tak berani menyentuhnya.

Sebab gerimis telah  telah mendingin

dan membekukan hati

Sedang rintiknya terlalu mudah menjadi

tetesan air mata ...

"Pusing, ah," cetusnya sambil meletakkan buku catatan dan melangkah keluar menuju kamar Serena.

"Masuk, Megan," seru Serena setelah Megan mengetuk pintu dan memanggil namanya.

Serena tampak terbenam dalam lamunan sambil merajut di atas sofa. Dia telah jatuh cinta pada kegiatan ini dan mulai belajar merenda dari Nek Rosemary. Gadis itu memilih gambar sebuah payung untuk dirajut. Mereka langsung larut dalam obrolan. Siangnya, Denziel pulang dari rapat dan membawa sebuah berita yang membuat ketiga sahabatnya merasa bangga.

PURA-PURA MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang