Bab 23: Kapten Kapal

39 3 0
                                    

"Tidak!" teriak Dennis. "Terus, Pak ... jangan putar haluan!"

Kapten kapal itu mengepulkan asap dari cerutu dan memicingkan matanya, lalu berkata dengan suara yang berat dan dingin, "Baik, Tuan. Kita akan meneruskan perjalanan."

Namun saat ini, Dokter Harris sedang merasakan suramnya kehidupan di dalam penjara dengan ancaman hukuman mati yang menunggunya. Dia seakan-akan berada di hadapan regu penembak mati, berteriak histeris, di samping Rivaldy dan Nicky yang terlihat menggelepar-gelepar. Rasanya jeruji besi yang kokoh dan kuat sekarang terlihat jelas di matanya.

Sayup-sayup suara celoteh para Whisperers kembali terdengar dan tiba-tiba saja, mereka semua sudah berada di balik kaca-kaca di dinding kapal itu. Sosok-sosok menyeramkan itu tampak mencakar-cakar dengan ganas dan berteriak-teriak histeris!

"Orang tua anak celaka itu penyebab kematian adikmu!" teriak salah satu dari mereka. "Benar-benar anak sial pembawa bencana, kutukan permaian Pura-Pura Mati itu membuatmu harus mendekam dalam penjara."

"Permaian tabu pembawa bencana kesialan, meminta korban sampai kau harus kehilangan nyawa, putarlah haluan, PUTARLAH HALUAAN ... Kembali dan kau akan terjaga pada minggu pagi itu untuk pergi ke pantai bersama keluargamu. Namun, ingatlah, jangan membawa serta anak itu ke pantai. Manjauhlah darinya ... menjauhlah darinya ... Dialah penyebab semua kesialan ini ... menjauhlaaaahhh!"

"Putarlah haluan .... putarlah haluan ....," gema suara makin menjadi-jadi.

Dokter Harris ikut berteriak, "Putar haluan ... putar haluaann!"

Rivaldy dan Niky tampak seperti kejang-kejang, teror suara itu berlomba-lomba merasuki pikiran mereka, mengatakan sesuatu tentang kematian ayah mereka akibat kutukan permaianan Pura-Pura Mati. Sekarang Nicky sudah mulai ikut berteriak-teriak, "Pulang Ibuuu, pulang Ayaaah, kembali-kembali ... putar haluaan ...."

Sementara itu, saat Dennis memejamkan matanya, dan saat suara-suara itu hampir berhasil menghipnotisnya, Dennis mengambil sebuah keputusan untuk memainkan permainan Pura-Pura mati sekarang! Dia berbaring di atas lantai, menghentikan detak jantung dan nadinya. Jeritan hingar bingar di sekelilingnya langsung lenyap seketika.

Sambil memejamkan matanya, dia berkata, "Bu Cynthia, Pak Harris, Rivaldy dan Nicky, jangan terbujuk bisikan, ingat, saat kita merayakan ulang tahun perkawinan Bapak dan Ibu yang ke dua belas."

Dennis terengah-engah, "Semua itu nyata, semua itu terjadi setelah kita pergi ke pantai. Para pembisik ini pembohong. Jangan terjebak bujukan mereka, kita harus tetap pergi ke Morte-Orbis, kita akan merayakan hari ulang tahun perkawinan Bu Cynthia dan Pak Harris bersama-sama lagi, setiap tahun ... teruslah Pak Harris teruslah ... jangan hiraukan bisikan ini ...."

Dennis membuka mata dan berpaling ke arah kapten, "Terus, Kapten, terus, jangan putar haluan, teruskan perjalanan kita!"

Dengan kepala tersandar, Dennis terus membujuk keluarga Dokter Harris untuk tersadar dari hipnotis suara-suara para Whisperers. Kilasan-kilasan memori berperang dalam pikiran mereka. Sementara itu, para Whisperers telah bergerak mengelilingi kapal mereka, terus-menerus berbisik, dengan wajah-wajah beringas yang ditempelkan ke dinding kaca. Dengan pakaian-pakaian yang melambai-lambai, wajah seram menempel di kaca jendela dan tangan-tangan mencengkeram, mereka tampak sangat menakutkan – tak berhenti melakukan teror mengguncang-guncang kapal dengan ganas.

Sesaat kemudian, pikiran Bu Cynthia berangsur pulih, begitu juga dengan Dokter Harris dan kedua anak mereka setelah mendengar ucapan yang dilontarkan Dennis. Langkah dan derap kaki kuda itu tiba-tiba lenyap dan suara celoteh-celoteh makin berkurang, lalu menghilang begitu saja.

"Ibu!" pekik Nicky. Bu Cynthia terbangun dan tersadar dari pengaruh bisikan Whisperers dan memeluk ketiganya. Sosok-sosok pembisik itu telah menghilang entah ke mana.

Kapten kapal itu kembali menoleh ke arah Dennis dan berkata sambil tersenyum, "Sebuah keputusan yang baik, Tuan. Kapal tidak akan pernah sampai di tujuan kalau kita terus-menerus menoleh ke belakang. Setiap kali berlayar ke sebuah tempat yang baru, aku selalu ingin tahu, ada apa di ujung lautan ini."

Kapten kapal itu kembali tersenyum, "Tanpa sebuah ketegaran, kita akan selalu berpaling, kembali ke titik nol dan menghabiskan sisa hidup bertanya-tanya."

Dan dengan selesainya perkataan itu, segala sesuatu di sekeliling berputar cepat. Tiba-tiba saja mereka sudah kembali berada di dalam mobil antik yang tergeletak di dasar laut.

Splash!

Ubur-ubur biru misterius penuntun jalan mereka tiba-tiba muncul lagi. Namun, belum sempat merasakan kelegaan lebih lama, gerombolan ikan hiu beringas tiba-tiba datang lagi, mengejar mereka.

Dokter Harris mempercepat laju mobilnya. Hiu-hiu keparat itu bergerak cepat mengejar dari belakang. Saat ini ubur-ubur itu melesat dengan kecepatan tinggi mendekati dinding batu karang. Tiba-tiba, lempengan batu karang bergeser dan menimbulkan suara bergemuruh dan menampakkan sebuah rongga seperti pintu masuk ke dalam gua. Ubur-ubur itu melesat dan menerobos masuk. Mobil dokter Harris dengan cepat mengikuti. Tiba-tiba, sebuah bunyi berdengung terdengar saat pintu tertutup kembali. Gerombolan ikan-ikan hiu tampak menggelepar-gelepar terjepit di pintu batu.

Gelap dan hening. Dalam kegelapan ubur-ubur biru itu terlihat bercahaya gemerlap. Niky sampai keheranan mengapa tak seorang pun memelihara ubur-ubur seindah itu dalam akuarium. Dokter Harris segera menyalakan lampu mobilnya, menerangi lorong-lorong yang redup. Bu Cynthia berkali-kali mencubit lengannya untuk memastikan apakah mereka sudah mati atau belum.

Gua itu seperti lorong yang luas pada tempat tertentu dan sempit sehingga langit-langit gua yang sangat tinggi. Karang-karang berbagai jenis menjulur tajam dan berwarna putih keabu-abuan. Di tempat lain, dinding gua terlihat seperti ukiran-ukiran yang eksostis. Di saat lain, gua itu keluar ke tempat ruang yang luas dengan langit-langit yang tidak kelihatan dan batu-batu berbentuk persegi empat yang berserakan seperti puing dan reruntuhan kuil.

Tanpa bantuan ubur-ubur berwarna biru itu, sulit bagi mereka memilih gua berikutnya karena ada begitu banyak lorong-lorong bertebaran di sekitar mereka. Ubur-ubur itu masuk ke salah satu gua. Mereka kembali berada di dalam lorong gua yang sempit dan berliku-liku hingga akhirnya ubur-ubur itu berenang naik ke atas.

Mobil bergerak menyusul. Mereka tiba-tiba berada atas permukaan air di antara lorong gua yang di penuhi udara seperti sungai kecil yang menakjubkan. Aliran air telihat sebening kaca. Ubur-ubur itu berenang di atas permukaan air menuntun mereka melalui sebuah lorong yang sebagian dialiri rembesan air dari atas, lalu mereka sampai di tepian dengan ruangan gua yang melebar luas.

Tiba-tiba, mereka melihat sebuah sinar yang gemerlap mengelilingi ubur-ubur itu dan kemudian munculah seorang pria dengan jubah berwarna biru dari balik kilauan cahaya tersebut. Mereka tertegun.

"Ayo naik ke sini, Dokter Harris!" seru pria berjubah biru itu. Dia menoleh ke arah yang lain, tersenyum. "Dennis! Bu Cynthia, Rivaldy dan Nicky, selamat datang di gerbang dunia Pura-Pura Mati."

Follow, Vote, and Comment. Thank you

PURA-PURA MATIWhere stories live. Discover now