Bab 10: Peserta Fashion Show

249 20 163
                                    

Jangan meremehkan gadis yang sehari-hari di-cap lebay kalau dihubungkan dengan penampilan di atas panggung sebab terkadang gerak-gerik mereka secara otomatis menjadi pas dan terlihat sangat natural. Itu terjadi saat Serena Drew, Megan Heffner, Melody Harlow dan kedua teman mereka dari kelas lain, Sharon Agneta dan Isabelle Maureen tengah berlatih kareografi grup Girlband mereka.

"Begini," kata Melody Harlow penuh percaya diri, "gerakkan kepala ke kanan, tangan kanan di pinggang – sambil menyorongkan bahu kanan ke depan dan kaki ditekuk sedikit."

Keempat gadis lain terlihat sangat kaku sehingga Melody Harlow harus mempraktekkan gaya 'anggun-sentak-kejut-nya' dihadapan mereka berkali-kali. Setelah latihan berjalan, Melody Harlow tampaknya sudah berubah menjadi pelatih gaya grup mereka. Gadis-gadis itu terpukau saat Melody Harlow bergerak dengan ekspresi wajah dan gaya yang sangat pas mengikuti hentakan lagu pengiring.

Sementara itu, beberapa murid kelas tiga Junior yang ditugaskan Bu Samantha Hopes telah berburu ke semua kelas 1 untuk mencari calon peserta Fashion Show. Kedua pelajar putra-putri itu sekarang masuk ke dalam kelas Dennis.

"Baik," kata Stanley Alfonse Philips berdiri di samping Dakota Agnes di depan kelas, dengan ekspresi wajah yang sengaja dipasang galak. "Jadi, bagaimana dengan kelas kalian, siapa calon putra dan putrinya?"

"Kami telah sepakat mengirim Natalie Bree," jelas Logan setelah menunjuk tangan. Seluruh anak laki-laki lain tampak merunduk dan menundukkan kepalanya. "Tapi untuk peserta cowok, semua mengundurkan diri."

"Wah, tidak bisa begitu!" seru Dakota langsung merengut. "Mau di-cap jadi kelas pecundang apa kelas kalian? Kalah sebelum bertanding. Bu Samantha Hopes berpesan, seluruh kelas 1 harus mengirim peserta untuk diseleksi. Ini hari terakhir. Kami menunggu keputusan kalian sekarang."

Kelas menjadi ribut sebab anak-anak saling menyodorkan nama teman mereka. Tak satu pun dari mereka bersedia mewakili kelas ini.

"Tidak, kau saja, jangan aku! Kakiku terkilir main basket kemarin."

"Bohong! Kakimu baik-baik saja, alaa alasan!"

"Jangan aku, dia saja, dia lebih baik, dia lebih ganteng!"

"Kulit wajahku lagi alergi, biasanya akan ditumbuhi banyak jerawat dalam minggu-minggu mendatang, tidak, kau saja!"

"Siapa coba yang suka ngaku-ngaku ganteng! Kau saja, buktikan kegantengamu sekarang!"

"Jangan aku! Hidungku pesek, mana cocok jadi model di panggung!"

Kelas menjadi sangat riuh-rendah. Sementara kakak kelas di depan saling bertukar pandang dan menggeleng-gelengkan kepala.

"Tenang! Tenang!" suara Logan terdengar lebih keras dari yang lain. Setelah kode-kodean dengan teman-teman sekelasnya, dia berseru lantang, "bagaimana kalau Dennis Reeves yang jadi wakil kelas kita? Setuju?"

Seluruh kelas tiba-tiba ribut berteriak.

"Ya, kami setuju!" sahut Jude. "Ikan hiu kan hobi berlenggok di udara, jadi tidak masalah kalau Dennis berlaga di catwalk!"

"Ikan hiu ... ikan hiu!" seseorang mulai berteriak dan tiba-tiba saja seluruh kelas kecuali Dennis, Megan, Serena dan Denziel sudah serentak mengikuti.

"Diaam!" bentak Stanley. Kelas menjadi tenang. "Bagaimana, Dennis?"

"Tidak!" kata Dennis, "Aku tidak punya bakat untuk kegiatan ini."

"Nah!" kata Dakota mulai menggerutu. "Kelas kalian ini kelas yang paling parah. Kalian tidak memiliki kesepakatan tentang wakil kalian. Anak yang ditunjuk tidak bisa ikut serta kalau dia tidak setuju. Yang kami lihat di sini, kalian main sembarang tunjuk, seharusnya kelas sudah berdiskusi dari kemarin-kemarin, bukan baru memutuskan sekarang!"

PURA-PURA MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang