Bab 24: Nicolas Al-Portero

295 40 25
                                    

Pria berjubah biru itu tampak bertengger di atas undakan batu di pinggir danau

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pria berjubah biru itu tampak bertengger di atas undakan batu di pinggir danau. Pijar sinar biru perlahan menipis dan menghilang dari sekitar tubuhnya. Suaranya terdengar berat dan berkesan misterius.

Mobil antik biru yang dikemudikan Dokter Harris tampak meluncur perlahan di atas permukaan air dan merapat ke tepi. Dengan perasaan was-was, mereka semua turun dan menjejakkan kaki ke darat.

"Selamat datang di gerbang dunia Pura-Pura Mati, dunia pelarian setelah memalsukan kematian!" Pria itu berseru dengan kedua tangan yang direntangkan bagaikan sedang meyambut tamu. "Saya secara pribadi sungguh salut dengan Anda, Dokter Harris. Hanya segelintir yang mampu melewati tantangan, sebagian akhirnya harus kembali ke awal lagi. Tapi Anda dan keluarga terus melangkah dan percaya dengan petunjuk di dalam mimpi itu. Selamat."

Gua itu tampak luas, melebar di berbagai sisi. Mereka dapat melihat langit-langit tinggi dengan batu-batu besar yang berserakan di beberapa tempat. Lantai gua terlihat eksostis, seperti ditata oleh tangan manusia yang terampil.

Dokter Harris bergetar sambil menatap wajah pria misterius di hadapannya. Dia lebih memilih untuk tetap membisu karena belum pulih dari kegaduhan yang baru saja dilaluinya. Benar-benar mirip dalam sebuah mimpi. Namun Dokter Harris menyadari bahwa dia tidak sedang bermimpi.

"Begitu juga dengan anggota keluarga anda yang begitu berani," lanjut pria itu. "Bu Cynthia, Dennis, Rivaldy dan Nicky, selamat."

"Malaikat pencabut nyawa," desis Nicky di dalam hati, membayangkan dosa yang telah diperbuatnya selama ini. Nyontek, berbohong dengan ayah dan ibu serta guru di sekolah. Hukuman apa yang akan diterimanya sekarang? Aduh!

"Jangan takut!"tukas pria itu mengelus jenggotnya menenangkan. "Bu Cynthia, saya yakinkan bahwa kalian semua belum mati dan semua ini nyata." Dia diam sejenak, seperti sedang merenung, "Dan ini ... yeeah cuma sebuah pilihan yang saya anggap sangat tepat bagi kalian semua. Kalian masih memiliki kesempatan untuk kembali lagi ke dunia sebelumnya. Ketahuilah, polisi belum menemukan mayat kalian yang tenggelam di jurang itu."

"Ppolisi ... b-belum menemukan mayat kami?" Dokter Harris gemetaran. "Bukankah kami ada di sini dan masih hidup?"

"Ya, tentu saja, kalian ada di sini dan masih bernapas," pria itu bergumam dengan suara rendah. "Nanti mobil ini akan kembali ke tempat semula untuk mengantar mayat kalian ke pantai Kelingking di dekat jurang tempat kalian melompat tadi."

Panik, Dokter Harris memeriksa kedua lengannya, membayangkan jangan-jangan tubuhnya sudah berubah menjadi ruh, tetapi tangannya baik-baik saja, masih dapat disentuh dan sama sekali tidak berpijar. Dia menoleh ke arah istri dan anak-anaknya. Mereka kelihatan baik-baik saja dan sama sekali tidak seperti mayat. Tidak seberkas sinar pun muncul dari tubuh mereka atau setidaknya terlihat putih menyilaukan seperti ruh-ruh dalam imajinasinya. "A-apakah ... kami sudah mati!?"

Pria berhidung mancung bengkok dengan mata berwarna biru dan dagu yang runcing itu tersenyum. "Tidak, kalian belum mati. Adrian dan tim-nya akan menyiapkan mayat-mayat pengganti yang mirip dengan kalian saat ditemukan di bawah tebing jurang itu."

PURA-PURA MATIWhere stories live. Discover now