Bab 11: Tali Yang Terentang

11 3 0
                                    

Ke tujuh remaja itu terpana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ke tujuh remaja itu terpana. Naik sepeda motor melalui tali yang merentang di atas jurang ini? Namun tampaknya, hal inilah yang memang mereka harus lakukan. Tidak ada pilihan lain. Dennis memperhatikan jam tangannya.

"Kita dikejar waktu," ujar Dennis. Perasaan gelisah menggerogoti pikirannya, teringat pada nasib kapal The Eagle's Wings dan Pak Salvator D'Albertis yang pasti saat ini sedang menunggu keberhasilan misi mereka. "Kita harus segera menelusuri tali tambang besi ini supaya bisa tiba di seberang sana."

"Ini tipuan mata!" teriak Albert ketakutan. "Aku yakin ini bukan jurang tapi dataran tanah yang keras! Gila! Sangat mustahil bagi kita untuk melewatinya dengan sepeda motor di atasnya! Kita pasti mati, jatuh ke bawah jurang sana!"

Albert mengambil sebongkah batu dan melemparkannya ke arah jurang. Batu itu meluncur, jatuh, menimpa batu-batu runcing di bawah sana.

"Astaga!" teriak Albert. Perasaan histeris mencengkeram pikirannya. "Bukan, bukan tipuan mata! Ini nyata sekali! Apa yang harus kita lakukan? Aku tidak mau mati konyol, naik sepeda motor di atas tali tambang besi ini! T-tidak, ini berbahaya sekali! Oh Tuhan!"

"Apa tidak lebih baik kalau kita berjalan kaki untuk menelusuri tali tambang besi ini?" tanya Justin yang tiba-tiba merasa ngeri mendengar ucapannya sendiri. "J-jangan naik sepeda motor, kurasa lebih aman! Level kekuatan yang ada di tubuh kita mungkin mampu membuat kita berjalan seimbang di atas tali ini!"

"Tidak, kita harus naik sepeda motor!" kata Denziel, "sesuai dengan perintah yang kita dapatkan di sepeda motor tadi. Kita harus tiba di stadium dengan kendaraan ini."

Dennis berkata, "Keluarkan kekuatan pikiran kita semua saat ini, kita analisis bagaimana caranya agar kita dapat melalui tali tambang besi ini dengan selamat."

Keenam remaja lain menoleh ke arah suara Dennis dengan heran. Suara anak itu bergema, terdengar sangat berwibawa dan merasuki pikiran mereka. Bahkan Logan pun tampak keheranan. Ekspresi wajah Dennis terlihat memukau.

"Fokuskan pada tali yang merentang di hadapan kita," tambah Dennis. Anak itu menyadari, dia harus terlihat tenang di hadapan semua sahabatnya agar kepanikan tidak melemahkan kekuatan yang mereka miliki. Percikan aura itulah yang tertangkap oleh teman-temannya tadi. "Ayo, semua berdiri di depan masing-masing tali ini."

Hening, suara angin berdesir saat ke tujuh remaja itu terpaku menatap tali tambang besi yang menujulur lurus ke seberang sana. Mereka mengerahkan kekuatan level intelejensia yang saat ini telah meningkat drastis, menganalisis segala kemungkinan yang dapat mereka lakukan untuk mengatasi rintangan. Segala ide melintas di dalam benak mereka.

Brak!

Anak-anak menoleh, Justin jatuh tergeletak. Para remaja itu segera mengerubutinya.

"Ada apa, Justin?" seru Dennis khawatir.

"T-tidak," ujar Justin, "tidak apa-apa, kepalaku pusing saat melakukan konsentrasi tadi."

Wajah Justin tampak pucat pasi, keringat menetes di keningnya. Tenaganya melemah saat berusaha keras memikirkan solusi dari masalah yang sedang mereka hadapi saat ini. Namun, anak laki-laki itu sepertinya sudah menemukan sebuah kesimpulan berkat konsentrasi pikiran yang dilakukannya barusan.

PURA-PURA MATIWhere stories live. Discover now