Bab 24: Nongkrong

10 2 0
                                    

"Belum jelas," sahut Dennis. "Kurasa ada hubungan dengan kepindahanku dari Locusta Originia. Seseorang di sana memburuku. Mungkin ada hubungan dengan kemampuanku dalam menerbangkan pesawat kertas dengan pikiran."

"Kau yakin jumlah ikan hiunya cuma satu?" tanya Melody Harlow, kengerian terpancar di raut wajahnya.

"Ya. Dulu aku juga mengira kalau jumlah hiu itu banyak," jelas Dennis. "Ada keterangan di artikel ini yang mengatakan bahwa mereka mengadakan semacam sayembara untuk membunuhku. Metode pembunuhan dengan ikan hiu ini telah terpilih menjadi pemenang dari semua rancangan yang diajukan."

"Tapi mengapa mereka memasang chip dengan informasi seperti ini?" tanya Serena heran. "Mereka seharusnya menyembunyikannya, kan?"

"Kurasa, karena mereka tidak menduga bahwa hiu ini akan bisa dikalahkan," sahut Dennis menerka dengan pancaran mata seperti menutup-nutupi sesuatu. "Chip ini juga tak sengaja terjatuh dari tubuh ikan hiu itu dan mungkin mereka pikir tidak akan berfungsi lagi jika hiu itu mati."

"Hiu itu bukan robot, kan?" tanya Erika yang masih menggigil teringat pada gigi tajam ikan hiu yang mengatup-ngatu dengan ganas.

"Bukan, itu hiu asli yang telah dirancang dengan teknologi canggih sehingga dia bisa 'berenang' diudara," ungkap Dennis. "Kalian lihat sendiri darah yang keluar dari tubuh ikan hiu itu, kan?"

"Jadi kau yakin bahwa kita tak perlu melaporkan hal ini?" sela Ethan.

"Percuma," dengaus Dennis kembali muram. "Ujung-ujungnya aku yang jadi korban bulli-an lagi. Kalian juga bisa terimbas. Lebih baik kita ber-fokus pada misi untuk menaikkan level kita di desa ini, mencari filosofi hujan yang belaku untuk kita masing-masing sehingga level kita bisa meningkat."

Hening. Hampir semua tidak setuju dengan keputusan Dennis, tetapi anak laki-laki itu bersikeras. Dia memang sedikit gusar, sebab selama ini tak ada yang memercayainya kecuali Denziel, Serena dan Megan.

"Ayo kita keluar," usul Denziel. "Kita ke kafe, menenangkan diri di sana."

Ketika mereka hendak keluar dari pintu, tampak Logan dan Jude berjalan dengan payung yang terkembang. Sejak pagi, kedua anak itu sudah keluyuran ke kelompok lain dan bergabung dengan teman-teman yang mereka sukai. Wajah keduanya tampak merengut.

"Logan, Jude," kata Denziel. "Kami mau nongkrong di kafe. Ayo bergabung."

"Malas," jawab Logan ketus. "kalian pergi saja. Aku dan Jude mau beristirahat sebentar."

"Hey, mau ke mana kalian?" terdengar suara lain dari dalam ruang tamu.

Mereka menoleh. Noah rupanya. Michael tampak nyengir di sampingnya.

"Kami mau pergi nongkrong di kafe, Noah," kata Denziel.

"Oh, kalau begitu, ayo kami antar," kata Noah menawarkan diri dengan tatapan mata yang terarah pada Serena.

Anak-anak setuju dan dengan pikiran yang sangat kusut naik ke dalam kereta kuda yang lantas membawa mereka melewati jalan menuju ke tengah desa.

"Kau yakin ikan hiu itu benar-benar cuma satu?" tanya Melody Harlow mengulangi pertanyaan Ethan. Trauma insiden serangan hiu tadi tampaknya akan meneror pikirannya seumur hidup.

"Iya, sekarang aku sangat yakin," sahut Dennis pasti. "Ikan hiu itu sudah muncul berkali-kali. Ingat, binatang itu bahkan pernah muncul di kapal kita. Kalau lebih dari satu, mestinya yang lain juga sudah pernah melihat mereka di lokasi yang berbeda, bukan?"

Mereka tiba di sebuah kafe dengan suasana yang langsung mempengaruhi perasaan mereka menjadi sedikit lebih tenang. Kafe ini berkesan ramah dan sangat antik dengan jendela-jendela kaca yang menampakkan rintik hujan dan penuh dengan pengunjung yang duduk mengobrol dan bersantai. Lukisan seorang wanita yang duduk memegang payung dengan seorang pria yang berdiri di sampingnya tampak bertengger di dinding. Di salah satu sudut beberapa orang sedang bermain catur.

PURA-PURA MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang