Bab 19: Parasut

30 2 0
                                    

Saat menunggu gilirannya tiba, jantung Dennis berdegup kencang. Dia sudah memilih untuk terjun bersama-sama Denziel, Serena dan Megan yang sedari tadi sibuk menenangkannya. Menurut Dennis, saat ini, satu-satunya yang keren tentang terjun payung ini adalah seragam dan helm yang sedang mereka kenakan. Hal lain tampak benar-benar mencemaskan.

"Aku curiga, kau punya Phobia ketinggian seperti Harlow," seloroh Denziel. Mereka berempat tergelak.

"Hei, yuk kita berfoto-foto sebentar," ajak Serena menenangkan kegalauan. Dennis nyengir sebab kegemaran Serena terhadap kamera benar-benar membuatnya teringat pada lusinan remaja dan Netizen bandel dan kreatif di media sosial di Locusta Originia.

"Ini momen bersejarah, pertama kali kita berempat terjun payung dari kapal ini," gumam Serena ceria. Yang lain langsung setuju. Mereka berfoto-selfie dengan berbagai gaya, merekam suasana yang mendebarkan sampai tiba giliran untuk meluncur ke bawah.

Dennis dan teman-temannya melompat dari atas kapal The Eagle's Wings.

Ziiip! Ternyata terjun begini benar-benar mengasyikkan, tidak terjatuh dengan cara seperti yang pernah Dennis bayangkan, seakan langsung terhempas ke tanah dan mati tergeletak. Ada saat-saat hening yang dapat dimanfaatkan untuk merenungi lengkung langit biru yang terentang luas di sana. Cakrawala memang terlihat memukau dalam posisi tertelungkup, kaki menekuk dan tangan direntangkan. Pemandangan dari atas kapal terlihat menakjubkan ketika anak-anak membentuk berbagai formasi, meluncur cepat sampai saat mereka harus menekan tombol pengembang parasut.

"Nilaimu sangat rendah, anak idiot!" sergah Dennis pada diri sendiri, sementara tubuhnya terus melaju ke bawah. Segala hal tentang kapal dan sekolah ini begitu menakjubkan baginya. Namun tampaknya, untuk memiliki dan menjadi bagian yang utuh dari sebuah keadaan yang diidam-idamkan, dia sepertinya harus membuktikan dengan melakukan sesuatu yang dramatis. Hmm ...Bagaimana kalau dia mencoba mendarat tanpa mengembangkan parasut? Ide ini terasa sangat mengejutkan bagi dirinya sendiri, tetapi tantangan yang terpampang telah begitu menggelitik keberaniannya.

Area pendaratan dengan jaring berwarna hijau khusus untuk para penerjun yang mendarat tanpa mengembangkan parasut di bawah sana terlihat semakin jelas. Terentang, seakan menanti hempasan sebuah pendaratan. Megan melesat, terpisah saat parasutnya terkembang. Dennis melihat Serena dan Denziel bergerak turun di hadapannya. Kedua sahabatnya itu menggerakkan tangan, memberi kode kepadanya untuk menarik parasut mengikuti Megan. Namun, Dennis tidak sedikit pun menunjukkan tanda akan menyentuh tombol pengembang parasutnya. Dia malah cengengesan, membuat Serena dan Denziel menjadi begitu cemas. Ah, hidup sudah kacau-balau, kapan lagi mau bersenang-senang? Pikiran bernuansa iseng nekad ini melintas begitu saja di benaknya.

Ketiga remaja itu tampak meluncur ke bawah dengan kecepatan tinggi dan anehnya, Dennis tampak menikmatinya. Kepingan perasaan takut itu seakan telah berserakan dan terbang bersama angin yang berhembus di tubuhnya. Pada titik ini, dia sudah tidak berniat menekan tombol pengembang parasutnya. Mungkin lain kali saja, desisnya dalam hati, meringis sendiri, menantang diri sendiri di dalam hati.

(Ilustrasi, terjun tanpa mengembangkan parasut)

Zip! Tubuh Dennis, Serena dan Denziel jatuh tepat di atas jaring yang langsung merosot ke bawah, terpental dan melambung beberapa kali ke atas dan akhirnya tertahan sebelum menyentuh tanah. Para senior menurunkan jaring hingga terhampar merata di atas tanah dan semua berlarian ke arah ketiga remaja yang masih terbaring berserakan di atas jaring. Serena dan Denziel bergerak ke arah Dennis dan lega karena Dennis terlihat nyengir bahagia.

PURA-PURA MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang