Bab 23: Serangan

11 2 0
                                    

Kedua anak laki-laki itu kembali bergabung dengan Ethan dan kelima gadis yang saat ini sibuk memperhatikan pepohonan, bunga liar dan tumbuhan di sekitar.

"Apa ya, filosofi yang bisa kita temukan?" gumam Erika terlihat berpikir keras. "Kita sudah berada di tengah hujan begini, tapi aku belum menemukan petunjuk tentang fislosofi hujan sedikit pun."

"Filosofi hujan itu berbeda untuk setiap orang," sela Melody Harlow. "Jangan dipaksa, mungkin filosofi hujan datang menginspirasi secara alami. Bagiku, mungkin hujan ini melatih kesabaran kita."

"Setuju," timpal Megan, sambil menghirup aroma bunga berwarna kuning. "Dan Kurasa, ini sebuah permulaan yang baik. kita mulai menyukai dan menghargai hujan. Ada keindahan di balik suasana muram yang ditimbulkan oleh hujan."

Semua setuju mendengar perkataan Megan dan Melody Harlow.

"Ayo kita ...."

Ucapan Serena tiba-tiba terpotong.

"J-jangan bergerak!" teriak Dennis tiba-tiba. Wajahnya tampak pucat-pasi.

"A-ada apa?" tanya Megan heran.

"Ada ikan hiu baru saja melintas di balik rimbunan semak itu!" teriak Dennis.

"Jangan mulai lagi, Dennis," kata Sidney dengan mata melotot.

Namun detik berikutnya, mereka semua terpana. Dari balik semak, tiba-tiba muncul seekor ikan hiu besar, bergerak perlahan dan sekarang mengapung tepat di hadapan mereka. Kedelapan remaja itu berdiri membeku seperti patung. Erika, Sidney, Ethan dan Melody Harlow terpana. Baru sekarang mereka menyadari bahwa selama ini Dennis Reeves tidak berbohong tentang ikan hiu terbang yang selalu mengincarnya.

Binatang yang tak mengenal rasa kasihan itu tampak seperti mengamat-amati dan sekarang 'berenang' ke kiri dan ke kanan lalu berputar mengitari mereka seolah-olah sedang memilih mangsa.

"J-angan panik!" desis Dennis, menahan perasaan takut. "Kalian bergerak perlahan menjauh dari tempat ini – ke sebelah kanan. Aku akan bergerak ke sebelah kiri. Ikan hiu ini mengincarku."

"T-tidak!" kata Denziel, suaranya seperti tercekik. Dia tak mau meninggalkan Dennis sendirian, begitu juga teman-teman yang lain.

"Lakukan saja, Denziel!" bisik Dennis dengan suara tertahan. "A-aku akan mencoba mengecoh ikan hiu ini!"

Sementara anak-anak yang lain mulai bergeser secara perlahan, ikan hiu itu tampak mem-fokus-kan pandangannya pada Dennis. Dan benar saja, binatang bergigi tajam itu tak bergerak, seolah-olah tidak menggubris anak-anak lain, selain Dennis! Ketika Dennis bergeser perlahan, kepala ikan hiu itu mulai ikut bergerak mengikutinya.

"Awas Dennis! " teriak Denziel tiba-tiba.

Ziiiiip!

Ikan hiu itu melesat dengan cepat – bergerak menyambar Dennis. Hap! Dennis melompat menghindar – berusaha bergerak menjauhkan diri dari kelompoknya. Kekuatan baru yang dimilikinya sangat membantunya untuk melakukan aksinya. Plak! Dennis mendarat di atas tanah. Sementara ikan hiu itu melewatinya dan kemudian melakukan gerakan secara tiba-tiba memutar balik, Dennis mengambil kesempatan itu untuk secepatnya berlari ke arah sebuah pohon besar.

Seluruh anak-anak yang lain menggigil ketakutan dan telah bersembunyi di balik semak terdekat ketika ikan hiu tersebut secara perlahan mengitari pohon, mengikuti gerakan Dennis. Ke mana pun kaki Dennis melangkah mengelilingi pohon itu – ikan hiu itu terus mengikutinya berputar.

Tiba-tiba, dari arah semak belukar terdengar teriakan keras!

Astaga! Denziel tampak nekat, melompat dari dalam semak. Di tangannya tergenggam sepotong kayu. Anak laki-laki itu mengendap-ngendap, berusaha memukul ikan hiu yang sedang mengambang di udara – yang saat ini posisinya membelakangi Denziel.

PURA-PURA MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang