Bab 6: Peter Reeves

568 79 74
                                    

Remaja terkadang tidak habis pikir, mengapa ayah kerapkali meledak dalam emosi. Bu Lena memang akurat saat mengutarakan bahwa Peter Reeves, Ayah Dennis itu memiliki perilaku yang tak lazim. Anak laki-laki berkesan misterius itu sering teringat pada ayahnya yang temperamental.

"Benar-benar anak yang tak berguna!" teriak Peter Reeves suatu hari. Kejadian itu terjadi sekitar lima tahun yang lalu, saat Dennis masih kecil. "Hanya kemampuan ini saja yang kau miliki. Kemampuan sampah!"

Peter Reeves mengetahui Dennis memiliki kemampuan yang aneh. Diamatinya, kadang anak itu mampu mengendalikan pesawat kertasnya dengan pikiran.

"Memalukan!" hardiknya lagi. "Lihat anak-anak lain di organisasi kita, semua hebat-hebat, tidak seperti kau yang cuma bisa mengendalikan pesawat kertas dengan pikiranmu. Apa gunanya memiliki kemampuan mengendalikan pesawat kertas dengan pikiran? Sama sekali tidak bisa dimanfaatkan!"

Saat itu mereka sedang berada di pantai teduh yang pesonanya gagal menjinakkan sifat berang pria itu. Dennis kecil merunduk dan sesekali mencuri pandang dengan perasaan yang luar biasa ketakutan. Wajah Peter Reeves terlihat beringas. Pria itu berpaling ke arah sebuah batu besar di tepi pantai dan menunjuk dengan jari tangannya.

"Sekarang, tunjukkan kepadaku, geser, gerakkan dan terbangkan batu itu ke dalam laut dengan pikiranmu."

Dennis melangkah ke arah batu itu dengan ragu, diam sejenak dan menatap dengan tajam, lalu berbisik, "Bergeser!"

Batu itu diam tak bergerak sedikitpun.

"Bergeser!" suaranya lebih keras dan bergetar, tetapi batu itu tetap tak bergerak.

Plak! Sebuah tamparan keras mengenai pelipisnya. Dennis jatuh terjerembab di atas pasir dan meringis kesakitan. Dia memejamkan matanya, gelap, lalu berbisik dalam hati, "Berhenti berdetak."

Telinganya menangkap suara seorang wanita berlari tergopoh-gopoh ke arah mereka dan terdengar berteriak nyaring.

"Peter, hentikan! Astaga, anakmu pingsan!"

Suara ibunya, Jessica yang berkebangsaan Indonesia. Peter Reeves dan istrinya berusaha membangunkan Dennis, tetapi sia-sia. Panik, Jessica memeriksanya berkali-kali. "Peter, apa yang terjadi? Ya, Tuhan, anakmu mati, dia mati, Peter! Kau telah membunuhnya!"

Dennis dapat merasakan mereka meraba pergelangan tangan dan lehernya, tetapi dia tetap diam, pura-pura mati.

"Ya Tuhan, Peter!" Jessica kembali berteriak, "Dennis mati! Jantungnya berhenti berdetak! Lakukan sesuatu, kita akan berurusan dengan polisi gara-gara kau! Mereka pasti mengendus jejak kita!"

Peter Reeves kembali memeriksanya. Detak jantung Dennis sudah terhenti.

"A-apa yang harus kita lakukan?" teriak Jessica panik. "Kita bawa dia pulang!"

Pria itu diam sejenak, seperti sedang memutar otak. "Lemparkan ke laut, jangan bawa pulang. Kita akan terlibat masalah besar kalau membawanya pulang!"

Dia berjalan mendekat dan mengangkat tubuh Dennis, lalu melemparkannya ke laut.

"Ibuuu!" sontak Dennis berteriak saat tubuhnya melayang dan terhempas di atas permukaan air. Kedua suami istri itu kaget bukan kepalang, lalu cepat-cepat berlari dan menariknya ke atas pasir, memeriksanya.

Dennis berdiri gemetaran, menggigil kedinginan. Mereka menyeret anak itu, membopongnyanya dan bergegas pergi saat penjaga pantai terlihat datang mendekat.

Kilasan kejadian itu memudar dari benak Dennis. Saat ini dia menatap pesawat kertas yang berada di tangannya dengan menggigil. Dia duduk di ujung tempat tidurnya dan menatap gelas yang ada di meja dan berbisik, "Bergeser."

Gelas itu tak bergerak sama sekali. Dia melemparkan pesawat kertasnya ke atas dan kembali berbisik, "Berbalik."

Saat itu pesawat kertas nyaris menyentuh dinding dan tiba-tiba berbalik arah, meluncur dan mendarat di telapak tangannya. Namun, Dennis memutuskan dalam hati bahwa kemampuan sampah yang dimilikinya ini cuma hayalannya saja dan sama sekali tak berguna, seperti kata ayahnya dulu.

Dennis membuka laci meja dan merogoh sebuah jam rantai keemasan. Benda itu tampak unik. Setiap kali melihat pada jam itu, ingatannya akan kembali pada sebuah kejadian aneh di pantai, tiga tahun silam. Saat itu, dia berjalan di pantai sendirian, menerbangkan pesawat kertasnya. Pikirannya kosong. Dia berlari ke arah pasir tempat pesawat kertas itu tergeletak dan melihat sebagian rantai keemasan terkubur, menariknya keluar. Jam rantai itu tampak begitu memesona.

Kejadian itu berlangsung begitu cepat. Dia belum dapat memastikan apakah peristiwa itu cuma hayalan dalam pikirannya, atau memang pernah benar-benar terjadi. Saat itu, tiba-tiba saja, di hadapannya muncul dua orang pria dewasa. Salah satu dari pria tersebut menodongkan pistol ke arah kepala pria yang lain.

"Berikan jam itu kepadaku!" bentak pria berpistol. "Atau kutembak dia!"

"Jangan!" teriak pria yang satunya lagi ke arah Dennis.

"Berikan kepadaku," pria itu mengacungkan pistol ke arah Dennis sekarang. "Lemparkan, atau kutembak kau!" Pria itu berjalan makin mendekat. "Jangan macam-macam, anak ini pasti mati di tanganku!"

"Jangan!" teriak pria yang satunya lagi. "Lemparkan ke aku ... lemparkan, lalu kita pura-pura mati bersama dalam hitungan ke tiga. Satu, dua, tiga...!

Dennis dan Pria itu itu roboh ke tanah setelah melemparkan jam tangan itu ke atas. Perasaan aneh menyergapnya, dia harus mengikuti perintah pria itu. Mereka pura-pura mati, serentak.

Sunyi. Satu menit berlalu, Dennis membuka matanya. Pria yang memegang pistol telah menghilang. Pria yang tadi tergeletak di pasir bergerak dan berdiri di depannya dan tiba-tiba berubah menjadi seorang remaja.

Dennis sangat terkejut karena remaja itu begitu mirip dengannya, walaupun tubuhnya lebih tinggi dan besar. Dennis mengulurkan jam rantai kepada remaja itu, namun tiba-tiba saja, remaja yang sekarang tersenyum itu menghilang secara perlahan. Dengan keheranan, Dennis memperhatikan jam tangan rantai itu dan kemudian menyelipkannya ke dalam kocek.

Sementara itu, di rumah seberang penginapan, hari ini, Bu Cynthia tampak berada di ruang tengah. Berita televisi hari ini mengalihkan konsentrasinya saat menulis ide untuk novelnya di laptop.

Seorang remaja berumur 15 tahun di Rusia ditemukan tewas dengan tanda QQQ di telapak tangan.

Dia berhenti mengetik, termenung sedih memikirkan berita itu. Sepanjang tahun, berita kematian misterius para remaja berusia di bawah 17 tahun di beberapa belahan dunia dengan bekas tanda QQQ yang tercetak di telapak tangan ini telah menguras perhatian publik internasional.

Tercatat, sudah lima belas remaja menjadi korban. Diperkirakan, meskipun semua korban berasal dari negara yang berbeda, mereka adalah korban dari pelaku yang sama, mengingat jejak tanda di tubuh para korban memiliki kesamaan. Para penyelidik mengambil kesimpulan sementara bahwa sejenis organisasi terlarang bertanggung-jawab dengan motif yang tidak jelas. Ada juga yang menyatakan secara liar, semua itu ulah dari para alien dari luar angkasa. Penyelidikan selanjutnya yang melibatkan agen rahasia dari beberapa negara makin diperketat.

"Dunia yang makin gila," dengus Dokter Harris, muncul dari belakang sambil berjalan tergopoh-gopoh ke arah pintu. Saat ini dia begitu sibuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kepindahannya ke Bali. Bu Cynthia mengiringinya ke pintu. "Sore ini pulang cepat ya, Sayang. Aku ingin memperkenalkan anak pintar yang sering membantu Rivaldy dalam pelajaran dan PR-nya. Percayalah, kau pasti menyukai anak itu."

"Iya, Sayang, mudah-mudahan rapatnya cepat selesai."

 Follow, Vote, comment, Thank you :)

PURA-PURA MATIOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz