Bab 29: Hilang

34 1 0
                                    

"Siapkan senjata kalian!" seru Pak Norman sambil menatap ketiga peti yang belum terbuka. Mereka menunggu beberapa saat, tetapi peti-peti tidak bergerak sama sekali. Dia menunjuk ke arah salah satu peti dan berkata, "Tekan tombol di peti yang itu."

Seorang polisi menekan tombol yang terletak di salah satu peti, lalu bergerak mundur dengan cepat, waspada sambil mengacungkan senjatanya. Seseorang tampak menggeliat dengan pita putih yang bergerak melepaskan diri dari lilitan tubuhnya.

"Mundur!!"

Semua menarik langkah ke belakang. Tiba-tiba keluar makhluk yang sangat menyeramkan, seperti mayat hidup yang sebagian terbungkus pita mumi yang compang-camping. Sosok itu melompat ke arah mereka dan sontak menimbulkan kepanikan. Saat tubuhnya melayang, beberapa polisi menyemprotkan laser elektronik listrik. Makhluk itu terbakar dan lenyap seketika. Anehnya, tiba-tiba terdengar suara sayup bergema di udara dan muncul bayangan transparan yang semakin memudar dan menampakkan suasana seperti di sebuah kamar tidur.

"Bangun ... bangun ... kau bermimpi! Sudah kubilang, tidur cepat ... jangan terlalu banyak main game sampai larut malam!"

Bayangan dan suara itu lantas menghilang secara perlahan.

"Para remaja kurang ajar yang tak punya kerjaan di bumi," keluh Pak Norman. "Praktek lucid dream yang mereka mainkan semakin liar dan tak terkendali, menyebabkan mereka tersesat dan menimbulkan kegaduhan dalam proses perpindahan para imigran dari bumi ke sini."

Laki-laki itu diam sejenak seperti sedang menimbang-nimbang dan kemudian berkata, "Buka peti yang ini."

Peti terbuka, seorang wanita keluar dari dalam peti. Pita putih panjang yang melilitnya terlepas. Sebagian pita-pita mumi itu tampak masih melekat di tubuhnya.

"Cynthia!" Dokter Harris berteriak. Wanita itu menoleh dengan sorot mata merah yang dingin dan liar. Mata itu mulai berpijar. Dokter Harris bergerak untuk mendekatinya, tetapi segera ditahan oleh para polisi.

"Mundur!"

Pak Norman kembali ke tabletnya dan berkata kepada wanita itu, "Ini mimpimu, jangan berbuat macam-macam! Ayo bangun dan kembali ke rumahmu."

Sosok yang sangat mirip Bu Cynthia itu menggeram. Detik berikutnya, dia sudah berubah menjadi monster yang menakutkan, melompat dan menerkam mereka. Sinar laser menghancurkannya dengan seketika dan gema sayup-sayup kembali terdengar, beriringan dengan bayangan kabur yang semakin pupus, menunjukkan seseorang wanita yang terbangun di ranjang.

"Astagaa! Aku bermimpi aneh, untung saja kau bangunkan!"

Peti terakhir dibuka. Sosok pria tua tampak meringkuk di dalamnya. Dia bangkit berdiri dan menatap ke arah mereka dengan sorot mata kosong. Dia berkata, "Ini mimpi! Aku bisa berbuat sesukaku. Siapa kalian?" Dia terkekeh. "Berhasil, aku berhasil melakukan lucid dream-ku yang pertama ha ha ha."

"Penyusup!" teriak Pak Norman lagi.

Pria aneh itu menatapnya, kemudian membentak keras, "Ini mimpiku, tahu! Kalian semua ciptaanku. Aku bisa melakukan semua yang kusuka." Dia kembali terbahak-bahak.

"Kau tersesat, idiot!" hardik Pak Norman. "Ini bukan ruang mimpi lucid dream, bikin onar saja! Ayo, terbangunlah sebelum polisi-polisi itu menumpasmu."

Laki-laki itu tak menggubrisnya. Dia merangkak ke arah danau dan sekarang menjejakkan kakinya di atas air, lalu berlompatan keluar masuk permukaan air sambil tertawa keras. Pak Norman melihat pemandangan itu dengan geram, "Kita harus membuatnya terbangun sebelum dia melakukan hal-hal yang lebih aneh lagi."

Namun tiba-tiba, laki-laki itu melompat dan berubah menjadi monster yang menakutkan, dan melesat ke arah mereka. Ziiiip, tubuhnya hancur seketika terkena sengatan api dari senjata. Bayangan kabur aneh itu kembali mucul dengan sebuah suara gema yang sayup-sayup terdengar.

"Sudah kukatakan jangan coba-coba lagi lucid dream sialanmu itu! Hampir tiap malam kau mengerang-erang. Ayo cuci mukamu!"

Kemudian, tutup peti mati Firaun bergerak dan melayang ke atas peti. Tiga peti mati yang dihuni pemimpi lucid dream yang tersesat tiba-tiba menghilang begitu saja. Kelima peti yang lain berderak sendiri dan kemudian tiba-tiba terlempar ke atas dan melayang ke permukaan danau. Air danau bergerak mendorong peti-peti itu ke tengah. Hanya keempat peti mati Firaun yang bergerak melayang dan mendarat di atas kereta. Peti yang terakhir seperti tenggelam sebentar, membuat semua keheranan. Namun, beberapa saat kemudian melayang ke atas dan mendarat ke samping peti-peti yang lain. Kuda putih itu meringkik dan mengepakkan sayapnya, lalu melayang ke atas dan menghilang di kejauhan.

Penduduk di pinggir danau terpukau, sementara beberapa yang lainnya mengeluh karena semua foto dan video yang mereka ambil tiba-tiba terhapus.

"Sudah kubilang, percuma, dulu juga begitu, semua foto dan video terhapus sendiri."

Terdengar teriakan histeris dari Dokter Harris, "Cynthia dan Nicky, tolong, ke mana mereka?"

"Maaf Pak, kami sedang melakukan penyelidikan." Petugas itu berusaha menenangkan. "Bapak harap sabar dan tenang dulu. Kami berjanji akan menangggulangi masalah ini dengan baik dan memastikan bahwa istri dan anak Anda dapat ditemukan."

Para pria itu kemudian mengarahkan Dokter Harris, Dennis dan Rivaldy ke sebuah ruang kaca berukuran besar dan menuntun mereka masuk. Saat pintu ditutup, kabut berwarna-warni tampak menjejali kotak tersebut. Lima menit kemudian pintu dibuka.

"Aman," teriak salah satu wanita petugas medis berkulit gelap yang kemudian berpaling ke arah Dokter Harris. "Maaf Pak, itu tadi untuk proses penyesuaian, supaya Bapak dan anak-anak dapat beradaptasi dengan udara di sini dengan baik, agar sisa-sisa udara bumi yang masih melekat di tubuh tidak mencemari lingkungan sini. Tapi sekarang Bapak dan anak-anak sudah steril."

Selanjutnya Pak Norman memerintahkan untuk mengirim Dokter Harris, Dennis dan Rivaldy ke rumah sakit di kota terdekat. Dokter Harris, khususnya, dijaga ketat karena terus-menerus berteriak histeris. Dua orang perawat wanita menemani Dennis dan Rivaldy, mencoba menghibur karena mereka berdua kelihatan menangis tak berhenti.

Beberapa petugas polisi yang lain segera naik ke atas kapal kecil dan menyusuri danau sampai ke tengah. Beberapa dari mereka melakukan penyelaman untuk menyelidiki hilangnya Bu Cynthia dan Nicky. Tapi nihil, mereka tidak ditemukan. Dokter Harris, Dennis dan Rivaldy tentu saja mengalami perasaan sedih luar biasa atas hilangnya Bu Cynthia dan Nicky. Mereka juga bingung dengan perubahan tiba-tiba yang sedang mereka alami. Nicolas Al-Portero sudah memberi tahu tentang semua ini. Namun, ketika semuanya benar-benar terjadi, perasaan tak karuan tetap melanda mereka. Benarkah sekarang mereka berada di dunia Pura-Pura Mati?

Tiba-tiba teriakan Dokter Harris terdengar lagi!

"Cynthiaaa, Nickyyyy! Di mana kalian? Apa yang terjadi pada mereka?"

Perasaan cemas melanda Dokter Harris, perasaan bahwa dirinya akan kehilangan istri dan anak bungsunya. Segalanya sudah tak tertahankan lagi. Dia meronta-ronta di atas mobil dengan semua polisi yang berusaha menahannya.

"Sudah kubilang, jangan bawa-bawa Dennis! Dia pembawa sial ... Cynthia, Nicky!"

Dia terus berteriak histeris dan petugas segera bergegas memegangnya. Dennis Reeves mengendus aroma tragedi yang mengintai. Bagaimana dia harus menghadapi hari esok jika dia kehilangan Bu Cynthia dan Nicky, sementara Dokter Harris tiba-tiba terdengar seperti ayahnya, mengatakan bahwa dia pembawa sial!

Follow, Vote, and Comment. Thank you

PURA-PURA MATIDonde viven las historias. Descúbrelo ahora