32. PERASAAN TIDAK BISA DI PAKSAKAN

338 101 15
                                    

Meskipun tau perasaanya bukan untuk ku, aku tetap mencintainya

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Meskipun tau perasaanya bukan untuk ku, aku tetap mencintainya.

_Satya Saviera_

Saat ini Alula sedang berada di kantin bersama Carina di depan stand dimsum Mba Wati, salasatu menu makanan yang banyak di minati anak anak sekolah.

Carina masih berdiri untuk memesan makan, sedangkan Alula juga ikut mengantri untuk membeli minum.

Cukup lama menunggu pesannya selesai, Alula dan Carina kini mematung di antara lautan manusia yang tengah sibuk menyantap makan siang mereka.

Keduanya melihat ke segala penjuru tempat di mana setiap kursinya sudah di tempati, kemudian secara mengejutkan, Agam si ketua OSIS SMA Neo Teknologi itu datang dan menarik tangan Carina.

"Ayo, bareng sama gue aja," Ujarnya kepada Alula dan segera membawa Carina untuk mengikutinya.

Alula tersenyum mendapati Gara yang duduk bersama Juan dan Satya, gadis itu hendak duduk dan bergabung, namun secara tiba tiba, entah datang dari mana, Luna dengan satu gelas jus mangga di tangannya langsung duduk di kursi kosong di sebelah Gara yang seharunya menjadi tempat duduk untuk Alula.

"Hai Gar, gue boleh gabung kan?" Ujarnya yang hanya di respon oleh Satya, laki laki yang saat ini merasa bersalah kepada Alula karena kelakuan Luna.

"Lo mau duduk juga?" Tanya Luna.

"Ga usah cari gara gara Lun," Peringat Satya padanya.

"Tau Lo, tiba tiba banget datang mana ga di undang udah kayak jailangkung aja," Sahut Juan.

"Gue kan cuma nanya, sewot aja lo semua sama gue, kayak Gara dong, diem," Jawab Luna.

"Udah udah, biar gue cariin bangku lagi."

"Ga usah Gam, gue mau makan di kelas aja."

"Gue ikut Al," Carina hendak pergi namun dengan segera Alula mencegahnya, gadis itu tau betapa senangnya Carina bisa bersama Agam.

"Ga usah."

"Gue duluan kalo gitu," Alula pergi dengan kecewa, kecewa lantaran Gara hanya menatapnya tanpa membela atau juga mengeluarkan sepatah kata untuknya, laki laki itu benar benar hanya diam tak bersuara.

"Gar, gue ada tiket nonton, Lo pulang sekolah ada waktu ga?"

"Ga ada," Bukan Gara yang menjawab, melainkan Satya tengah cemburu sambil memakan bakminya pura pura acuh.

"Apaan sih lo Sat, gue nanya Gara ya."

"Jawaban gue sama ko sama Satya barusan," Sahut Gara.

"Lo kapan sadarnya sih Lun, bukan Gara yang suka sama lo, tapi orang di sebelah gue nih," Timpal Juan sambil melirik ke arah Satya.

Sementara Agam cukup diam sambil sesekali tersenyum ke arah Carina, dunia serasa milik berdua untuk orang yang sama sama jatuh cinta.

"Gue duluan deh, mau ke kelas," Ucap Gara dan kemudian segera bangkit dari duduknya, di ikuti Luna yang juga langsung berdiri untuk mengejar Gara.

Satya menatap kepergian Luna dengan sendu, ia berharap di kemudian hari Luna bisa berbalik arah untuk melihat ke belakang, di mana ada dirinya yang selalu menunggu gadis itu di tempat yang sama dengan perasaan yang sama pula.

Ibaratkan mengejar orang yang sedang lari maraton, itulah Satya sekarang, sekeras apapun ia meraihnya orang itu akan tetap lari menjauh dan hanya fokus pada apa yang ingin di capai, jadi bukanya bisa berjalan bersama, Satya hanya mendapat lelahnya saja.

"Gara!" Suara teriakan Luna menggema di koridor, yang akhirnya membuat Gara berhenti di sana.

"Ada yang mau gue tanyain."

"Apa?"

"Lo sama Alula ga pacaran kan?"
Gara menaikkan alisnya bingung.

"Dia bilang ke gue lo susulin dia ke Bandung, terus lo sering ajak dia makan di luar, lo juga katanya pernah ngajak Alula jalan ke pantai, ketemu sama Abang sama sepupu lo, itu ga bener kan? dia cuma halu dan bohongin gue kan Gar?" Gara membuang nafasnya pelan.

"Itu semua bener, Alula ga bohong," Luna memalingkan wajahnya sambil tertawa hambar, selama mendengar yang Alula ucapkan ia hanya menganggap jika Alula berbohong dan dia tidak percaya jika Gara benar benar melakukanya.

"Kenapa Gar? "

"Kenapa Alula? kenapa bukan gue? lo tau gue suka sama lo Gar bahkan dari sebelum dia datang, tapi kenapa dia yang lo terima."

"Perasaan bukan sesuatu yang bisa di paksa Luna."

"Ga bisa Gar, ini ga adil, lo tau? air panas yang tumpah ke tangan dia, itu ulah gue dan gue bisa lakuin hal yang lebih gila lagi," Luna tersenyum miring sementara Gara masih terkejut dan tidak menyangka jika Luna benar benar segila itu.

"Luna!," Gara menahan tangan Luna ketika ia hendak pergi.

"Kenapa sayang?" Luna tersenyum, senyuman yang membuat Gara muak bukan main.

"Lakuin apapun yang lo suka, dan lo inget, gue akan terus lindungi Alula."

"Lo juga harus inget, lo ga bisa 24 jam ada buat dia," Jawab Luna kemudian berlalu dari sana.

Tidak lama setelah kepergian Luna, Gara buru buru datang ke kelas Alula, di mana gadis itu tidak ada di sana.

Gara sempat bertanya pada orang yang ada di kelas Alula, namun tak satupun yang mengetahui keberadaannya, bahkan katanya, mereka tidak melihat Alula ke kelas sedari tadi.

Sedangkan Luna yang diam diam memperhatikan Gara sedari tadi menyunggingkan senyumnya merasa puas setelah melihat Gara yang terlihat gelisah dan ketakutan sendiri, bagi Luna, Gara adalah miliknya dan selamanya akan tetap begitu.

Setelah berjalan cukup lama dari kelas Alula menuju tribun lapangan indoor, Gara menghela nafasnya lega begitu retinanya menangkap sosok gadis yang tengah duduk dengan mulutnya yang terisi penuh.

Begitu melihatnya Gara pun segera menghampiri Alula, di mana ia sedang makan sendirian di pinggir lapangan basket.

"Ga jadi ke kelas?" Alula menengok ke arah belakang, di mana Gara datang kemudian duduk di sebelahnya.

"Lo ngapain ke sini?"

"Lewat aja," Alula membalasnya dengan ber'oh ria dan kembali melanjutkan makannya.

"Al," Panggil Gara setelah melihat Alula selesai makan.

"Apa?"

"Kita ga bisa 24 jam sama sama, tapi kalo ada apa apa lo hubungi gue ya, kapanpun dan di manapun, gue akan datang buat temuin lo," Ucap Gara sebelum akhirnya pergi meninggalkan Alula yang masih mengerutkan keningnya bingung.

Alula tidak mengerti dengan apa yang Gara sampaikan barusan tapi gadis itu menyimpulkan jika Gara sudah memiliki perasaan yang sama padanya dan jika laki laki itu tidak langsung pergi mungkin Alula akan mengungkapkan perasaannya untuk kesekian kalinya.

"Gue tambahin lagi apa ya limitnya," Ujar Alula sambil bangun dari duduknya dan tersenyum senang ke sembarang arah.



Teruntuk pembaca ku tersayang, terimakasih atas vote dan komennya, yang belum vote, mohon dukungannya ya, ayo kita saksikan kelanjutan kisah Gara dan Alula, Terima Kasih.
。・:*˚🌷:✧。

HEKSAGARA PRANADIPTA (END)Kde žijí příběhy. Začni objevovat