79. LUNA, SATYA, DAN PERASAANNYA

149 17 0
                                    

Perasaan itu dinamis, dia bisa berubah kapan saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Perasaan itu dinamis, dia bisa berubah kapan saja

_Satya Saviera_

Hari sudah berlalu, banyak waktu terlewatkan begitu saja, hari libur yang seharunya di habiskan dengan kegiatan kegiatan seru seperti berlibur bersama teman, dan hingga quality time bersama keluarga tidak bisa dirasakan oleh Alula.

Planning yang gadis itu buat sebelumnya harus sirna karena kecelakaan yang menimpanya.

Bunga di nakas ruangan rawat inap itu sudah ada tiga belas buket, yang artinya Alula sudah hampir dua Minggu kurang satu hari tidak sadarkan diri, dan Luna, gadis itu membutuhkan waktu yang lama untuk bisa membujuk ibunya agar menghentikan rencana jahatnya.

Seperti biasanya, Gara datang ke rumah sakit untuk menemui Alula, mengajaknya bicara meskipun tidak pernah ada jawaban dari kekasihnya, saat ini, melihat detektor denyut jantung yang berbunyi lebih menenangkan ketimbang berdiam diri di rumah tanpa melihat Alula.

Di tengah-tengah ucapannya, Gara menoleh ke arah pintu, dimana ia merasa ada seseorang yang memperhatikannya.

Di luar sana, Luna berdiri melihat Alula lewat sebuah kaca pada pintu ruangan, ia tercekat ketika Gara menoleh dan mendapatinya yang tengah diam diam melihat ke dalam.

Berniat ingin segera pergi dari depan ruangan itu, Luna justru malah terdiam di tempatnya ketika Renan dari arah kantin rumah sakit berjalan mendekati tempat Luna berada.

"Sudah pulih kamu?"

Luna yang semula menundukkan kepalanya langsung membalas tatapan Renan setelah mendengar pertanyaan itu, tapi bukannya menjawab ia malah menangis di sana.

Setelah membuat Alula seperti ini, Renan tidak memukul atau juga memarahinya, laki laki paruh baya itu justru malah bertanya tentang kesehatannya, Luna benar benar merasa bersalah sekarang, Alula dan Renan begitu baik padanya, namun yang ia dan Ibunya lakukan justru sebaliknya.

"Ga ada yang perlu di tangisi, Alula seperti ini memang benar karena Ibu kamu," Ujar Renan begitu melihat Luna terisak di tempatnya.

"Maafin Luna Yah," Ucap Luna untuk pertama kalinya, sebab setelah kejadian itu ia tidak pernah berbicara lagi dengan Renan, bahkan menyebutnya Ayah saat ini terasa asing untuk Luna, mungkin memang seharunya dari awal ia tidak melakukan itu.

"Alula yang lebih butuh permintaan maaf itu daripada saya."

Usai mengatakan itu Renan berlalu meninggalkan Luna yang masih menangis di depan ruangan, dan tak lama setelahnya Luna juga pergi dari rumah sakit, pulang ke apartemen yang akhir akhir ini menjadi rumahnya bersama Vanya.

Butuh waktu sekitar 40 menit untuk Luna bisa sampai di apartemennya, ia pergi menggunakan taksi dan pulang pun juga menggunakan taksi, sebab seseorang yang selalu ada kini tidak lagi hadir untuknya, bahkan pasca kecelakaan itu Satya tidak ada menghubunginya, entah hanya untuk menanyakan kabar atau keadaannya, laki laki itu seolah menghilang begitu saja, meninggalkan Luna dengan penyesalan yang menyiksanya.

HEKSAGARA PRANADIPTA (END)Where stories live. Discover now