51. SUKA DUKA JATUH CINTA

338 98 36
                                    

Jangan pernah jatuh cinta jika tidak ingin merasakan sakitnya, sebab luka dan sakit hati tidak akan luput dari sebuah kisah asmara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan pernah jatuh cinta jika tidak ingin merasakan sakitnya, sebab luka dan sakit hati tidak akan luput dari sebuah kisah asmara

_Guntur Juantara_

Pagi pagi buta Alula sudah bangun dari tidurnya, gadis itu langsung menuju ke dapur menyiapkan sarapan untuk di bawanya ke sekolah, dan juga untuk Ayahnya.

Di banding Vanya yang berperan sebagai ibu sambungnya nyatanya Bu Sumi jauh lebih perhatian, wanita paruh baya itu semalam menghampiri Alula ke kamarnya, menanyakan keadaan Alula dan menyarankan untuknya bercerita tentang kejadian hari itu kepada Ayahnya, dan jawaban Alula tentu saja tidak, ia tidak ingin Ayahnya kembali marah, melihatnya yang semalam tidak mempedulikannya saja sudah lebih dari sakit, Alula tidak ingin jika nanti Ayahnya mengusirnya dan kembali termakan omongan palsu dari wanita licik yang di nikahi Ayahnya itu.

Mungkin untuk kedepannya, Alula hanya akan terus mencari bukti, mencari sebanyak banyaknya agar Ayahnya bisa percaya padanya, ia yakin jika ia bisa bertahan lebih lama lagi.

Masih sama seperti sebelumnya, Ayahnya masih saja tidak peduli dengan Alula, lantas dengan inisiatifnya sendiri, Alula berjalan mengitari meja makan, mengambilkan sarapan untuk Vanya, Luna kemudian Ayahnya.

Ibu tirinya itu mengernyitkan keningnya penuh curiga, kemudian menduga duga jika Alula sendang menyusun rencana untuk kembali menyerangnya, seperti pada saat itu contohnya, ketika ia dan Renan cekcok hanya karena perbedaan pendapat tentang nasi goreng yang Alula sajikan pada saat itu.

"Ini adalah persembahan aku sebagai permintaan maaf kemaren, karena udah salah paham sama Ibu," Menjijikkan rasanya memanggil Vanya dengan sebutan ibu, padahal sikapnya saja tidak mencerminkan sebagai orang tua.

"Nah gitu dong dari kemaren, Ayah nunggu permintaan maaf kamu," Miris sekali rasanya, padahal mereka yang menggoreskan luka tapi kenapa justru malah Alula yang harus meminta maaf, lucu.

"Ya udah, kalo gitu Alula pamit duluan, Gara udah ada di depan."

"Masih pagi, gimana kalo ajak dulu Garanya sarapan," Suara itu bukan berasal dari Ayahnya, bukan juga dari Ibu tirinya Alula, melainkan dari Luna.

"Kayanya ga usah deh, gue sama Gara udah biasa sarapan di sekolah, buat tukeran bekel," Alula mengangkat tinggi tinggi wadah tempat makannya yang sudah ia isi dengan nasi goreng yang katanya mulai saat ini menjadi menu sarapan favorit untuk Gara.

Luna mengepalkan tangannya kuat, Alula benar benar sengaja memancing emosinya, dan sialnya Luna harus tetap menjaga sikap di depan Ayah sambungnya dan berujung tidak bisa menyalurkan rasa kesalnya.

Berjalan sambil  bersenandung kecil, Alula merasa sangat senang melihat ekspresi wajah Luna barusan, tidak ada niat untuk membuatnya cemburu, Alula hanya ingin menegaskan jika Luna sudah tidak berhak lagi bersikap seolah olah Gara adalah miliknya, karena saat ini, Heksagara Pranadipta seutuhnya milik Alula.

HEKSAGARA PRANADIPTA (END)Where stories live. Discover now